Selasa, 26 November 2013

Islam dan Perkembangan Teknologi


Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena saya telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul Islam dan Perkembangan Teknologi yang membahas tentang perkembangan ilmu teknologi menurut perspektif Islam.
Dalam penyusunana makalah ini, saya mendapat banyak tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya dapat mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran akan selalu saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membarikan manfaat bagi kita sekalian



Makassar, Desember 2012

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
2.1 Sejarah Penerapan Teknologi  Dalam Peradaban Islam...............................5
2.2 Cara Pandang Barat Terhadap Teknologi............................................................6
2.3 Perspektif Islam terhadap Perkembangan Teknologi dan Komunikasi..7
2.4 Facebook Dalam Pandangan Islam.........................................................................8
BAB III KESIMPULAN .........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11



BAB 1
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang unik. Ia tahu bahwa ia tahu dan ia tahu bahwa ia tidak tahu. Ia mengenal dunia sekelilingnya dan lebih dari itu ia mengenal dirinya sendiri. Manusia memiliki akal budi, rasa, karsa, dan daya cipta yang digunakan untuk memahami eksistensinya, dari mana sesungguhnya ia berasal, dimana berada dan akan kemana perginya. Pertanyaan-pertanyaan selalu muncul, akan tetapi pertanyaan itu belum pernah berhasil dijawab secara tuntas. Manusia tetap saja diliputi ketidaktahuan. Demikianlah sesungguhnya manusia, siapa saja, eksis dalam suasana yang diliputi dengan pertanyaan–pertanyaan. Manusia eksis di dalam dan pada dunia filsafat dan filsafat hidup subur di dalam aktualisasi manusia.
Berdasarkan rasa, karsa dan daya cipta yang dimilikinya manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Namun, perkembangan teknologi yang luar biasa menyebabkan manusia “lupa diri”. Manusia menjadi individual, egoistik dan eksploitatif, baik terhadap diri sendiri, sesamanya, masyarakatnya, alam lingkungannya, bahkan terhadap Tuhan Sang Penciptanya sendiri. Karena itulah filsafat ilmu pengetahuan dihadirkan ditengah-tengah keaneka ragaman IPTEK untuk meluruskan jalan dan menepatkan fungsinya bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini.
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya. Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan sains teknologi.
Agama dan Ilmu pengetahuan-teknologi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Namun, terlepas dari semua itu, perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari nilai-nilai agama Islam. Sebagaimana adigum yang dibangun oleh Fisikawan besar, Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang, sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”.
Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yang artinya guna memelihara “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu diri dalam peperanganmu.” Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kepeloporan dan keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan menransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula mereka membuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.




BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Sejarah Penerapan Teknologi  Dalam Peradaban Islam
Di era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal,  ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Para penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat.  Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim, pada masa itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan.
Al-Kindi, misalnya, selain dikenal sebagai fisikawan  dan ahli metalurgi adalah seorang rekayasawan.  Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan.
Selain itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah teoritis,”  ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill   dalamIslamic Technology: An Illustrated History. Sejumlah kitab dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau kitab karya cendikiawan Muslim, seperti;  Mafatih al-Ulum, karya al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum  (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.
Para  rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung pencakar langit.  Sejarah membuktikan, di era keemasannya, peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.
Bendung jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Selain itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pencapaian lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa itu bertaburkan cahaya.
Selain dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia sebelumnya

2.2 Cara Pandang Barat Terhadap Teknologi
Menurut catatan sejarah, bangsa Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan lebih dahulu oleh kaum muslimin. Kemudian mereka mengembangkannya di atas paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi kebenaran.
Para ilmuwan Barat dari abad ke abad kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan iptek mereka pasti bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini dan merasa dirinya kuasa pula menundukkan langit bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yang ada di bumi dn langit.
Tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keputusan terhadap segala permasalahan di dunia. Sebenarnya masyarakat Barat itu patut dikasihani karena akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tingg kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yang lahiriah saja dari kehidupan semesta alam.
Mereka lupa bahwasanya manusia hanya diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas orang pintar ada lagi yang lebih pintar. Dan sungguh Allah SWT benci kepada orang yang hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yang ada di dalamnya.

2.3  Perspektif Islam terhadap Perkembangan Teknologi dan Komunikasi
Peradaban Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang teknologi.  Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah.  Fakta itu terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan.
Demikian pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yang sempit? Allah SWT telah berfirman yang artinya “Di sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.” .
Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran juga patut untuk kita apresisai secara kritis; proses cloning (bayi tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan beragam dari para ulama; Sebagian kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada manusia karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya mempermainkan Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Juga banyak kalangan menganggap bahwa pengklonan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini dapat dianggap sebagai “intervensi” karya Ilahi.
Sebaliknya, Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, seorang pemandu spiritual muslim fundamentalis dari Lebanon berpendapat, adalah salah jika menganggap kloning adalah suatu intervensi karya Ilahi. Peneliti dianggapnya tidak menciptakan sesuatu yang baru. Mereka hanya menemukan suatu hukum yang baru bagi ormanisme, sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro dan transplantasi organ Professor Abdulaziz Sachedina dari Universitas Virginia mengemukakan bahwa Allah adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja melakukan intervensi dalam pekerjaan alami, termasuk pada awal perkembangan embrio untuk meningkatkan kesehatan atau embrio splitting untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, namun perlu diingat, Allahlah Sang pemberi hidup (Sachedina, 2001).
Di sinilah Islam sebagai agama paripurna yang mampu memberikan petunjuk bagi manusia. Ini semua tidak lepas dari karakter agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Memang dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah melakukan langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber daya manusia guna mewujudkan kualitas iman dan takwa serta tidak ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.4 Facebook Dalam pandangan Islam 
Facebook adalah sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga masyarakat kita pada saat ini,hal ini di karenakan sudah merebaknya informasi di masyarakat kita baik melalui media cetak maupun elektronik,bahkan baru2 ini yang lagi trend adalah berita tentang dampak negative
Dari penggunaan Facebook pada kalangan pelajar,bahkan ada beberapa pelajar yang hilang karena habis kenalan dengan seseorang yang ada di facebook tersebut.
Disamping dampak negative ternyata facebook juga ada dampak positifnya loe misalnya,ada beberapa orang yang kehilangan temannya yang sudah lama sekali bahkan puluhan tahun dan setelah mereka mencari teman mereka di jejaring social ini akhirnya dia bisa menemukan temannya yang sudah lama tidak ketemu tersebut,contoh lainnya adalah penulis sendiri,saya mempunyai teman yang dahulu sama2 tinggal dalam satu pesantren dengan saya,setelah kita sama2 tamat dari pesantren kita telah kehilangan kontak kurang lebih selama 4 tahun,akhirnya setelah saya cari di jejaring social saya bisa menemukan temen saya itu,alhamdulilah.
Kalau kita berbicara teknologi tentunya ada 2 sisi yang bisa kita soroti baik itu dampak positif maupun dampak negative tinggal kita bagaimana memanaj-nya saja,sebenarnya tujuan awal dari facebook sendiri itu sebagai jejaring social untuk mempererat tali silaturahmi,Cuma dalam perkembangannya banyak di salah gunakan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab,jadi intinya kita boleh2 saja menggunakan teknologi asalkan di gunakan untuk kegiatan2 yang positif.
Kaitannya dengan facebook,dalam islam kita di perintahkan untuk silaturahim atau membentuk suatu jaringan (network dalam istilah modern) sebanyak-banyaknya ya tentunya untuk hal yang positif donk sesuai sabda nabi SAW:”waman kana yu”minu billahi walyaumil akhiri falyasil rokhimah” barang siapa saja yang mengimani allah dan hari akhir maka hendaklah menyambung tali silaturahmi (HR Al-Bukhori Dan Muslim)
Dari hadits sohih tersebut dapat di simpulkan bahwa kita sah-sah saja bermain facebook asalkan niat dan tujuan kita untuk men yambung tali silaturahmi antara sesama muslim,oleh karena itu buat sahabat2 muslim yang seiman marilah kita gunakan teknologi yang ada untuk kemslahatan umat serta sebagai wadah untuk berdakwah lewat dunia maya serta menunjukkan kepada dunia bahwa islam adalah agama yang damai serta bener2 rohmatal lil-alamin.







BAB III
KESIMPULAN

Peradaban modern adalah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang gemilang yang telah dicapai oleh manusia setelah diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang mahal yang telah dilakukan selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan teknologi secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas dgn cara yang belum pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala.
Namun seiring dengan upaya meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar untuk menuruti keinginan-keinginan syahwat lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari untuk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan seperti yang dikehendaki Allah serta untuk meluruskan kehidupan dengan berlandaskan pada kaidah moral Islam?
Ada banyak tantangan yang harus kita jawab dengan pemikiran yang berwawasan jauh ke depan. Namun terlepas dari problema dan kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas kita sebagai umat Islam harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Karena sungguhpun perubahan sosial dan tata nilai kehidupan yang dibawa oleh arus westernisasi dan sekularisasi terus-menerus menimpa dan menyerang masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam untuk membendung dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup tinggi meskipun hanya segolongan kecil umat yaitu mereka yang tetap teguh untuk menegakkan nilai-nilai Islam.




Daftar pustaka

           Di akses pada tanggal : 2 Juni 2012
Diakses pada tanggal : 2 Juni 2012

Diakses pada tanggal : 2 Juni 2012

I’jaz al-Qur’an


B. Pengertian I’jaz al-Qur’an
Secara bahasa katai’jaz diambil dari kata‘ajz u yang berarti lemah. I’jaz dapatpula diartikan sebagai kemu’jizatan, yaitu sesuatu yang dapat melemahkan, yangmembuat sesuatu atau pihak lain tak berdaya. Pada dasarnya al-Mu’jiz (yangmelemahkan) itu adalah Allah Swt; yang menyebabkan selainnya lemah sebagaibentuk mubalaghah (penegasan) kebenaran berita mengenai betapa lemahnya orang-orang yang didatangi Rasul untuk menentang mu’jiz tersebut.1
Sesuatu yang dinamakan mu’jizat (melemahkan) karena manusia lemah untukmendatangkan yang sama dengannya atau saingannya, sebab mu’jizat memangdatang berupa hal-hal yang bertentang dengan adat, keluar dari batas-batas faktoryang telah diketahui dan dipahami oleh manusia. Hal-hal luar biasa itu hanya bisaditunjukkan oleh Allah2.
I’jazul Quran (kemu’jizatan al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dankeistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baiksecara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu ataumenyamainya. Yang dimaksud dengan kemu’jizatan al-Qur’an bukan berartimelemahkan manusia dengan pengertian melmahkan yang sebenarnya. Artinyamemberi pengertian kepada mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkansesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an; menjelaskan bahwa kitab al-Quran ini haq,dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar3.
Menurut para mutakillimin, mu’jizat adalah sesuatu yang berbeda dengan adatkebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan kebenaran kenabian para Nabi.At-Thusi mendefenisikan mu’jizat sebagai terjadinya sesuatu yang tidak biasa terjadi,atau terjadinya sesuatu yang menggugurkan sesuatu yang biasa terjadi yang disertaidengan perombakan adat kebiasaan sesuai dengan tuntunan.4
1Abu Zahra An Najd, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1991), hlm. 17
2 Muhammad Ali Ash Shabuni, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad Khudhori Umar
dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al Ma’arif, 1987), hlm. 102
3Ibi d, hlm. 103
4 Abu Zahra An Najd,Op.C i t ., hlm. 17
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada NabiMuhammad Saw. Ini dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masadan memang beliau diutus oleh Allah untuk keselamatan seluruh manusia. Allahmenjamin keselamatan dan kemurnian al-Quran sesuai dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an dan Kami pula yang
menjaganya” (QS. 15:9).
Kemu’jizatan al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah danbalaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya sengaja menantang seluruh manusai dan jin untukmembuat yang serupadengan al-Qur’an5 Alah berfirman:
Artinya: Katakanlah sesungguhnya bila manusia dan jin berkumpul untuk membuat
(sesuatu) yang serupa dengan al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat
yang serupa dengan dia sekalippun sebagian mereka menjadi penolong yang lain
(QS. 17:88).
Al-Qur’an adalah mu’jizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arabuntuk menandingi al-Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensiuntuk itu. Ini adalah merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masabahasa ini berada puncak kejayaannya.6
Syaikh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risalauah Tauhid menerangkanbagaimana dan kemauan bahasa serta sastra Arab pada masa turunnya al-Qur’an yaitual-Qur’an diturunkan pada suatu masa dimana pada masa itu banyak sekali terdapatahli-ahli pidato yang menguasai ilmu retorika dengan bagus. Kemudian ia berkata
5 Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90
6 Manna Khalil al Qathtan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka
Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380.
http://htmlimg3.scribdassets.com/idl5w4weq82c0w0/images/5-d1f5345f1c/000.jpg
mengenai mengenai tantangan al-Qur’an terhadap ahli sastra tersebut;”Benarlah
bahwa al-Qur’an itu suatu mu’jizat. Telah berlalu masa yang panjang, telah silihberganti datangnya angkatan demi angkatan, tantangan al-Gur’an tetap berlaku,tetapi tak seorangpun yang dapat menjawabnya....Semua kembali dengan tanganhampa karena lemah dan tiada berdaya. Bu ankah lahirnya kitab al-Qur’an inidibawa oleh seorang Nabi yang buta huruf (ummi), suatu mu’jizat yang terbesaryang dapat membuktikan bahwa ia bukan buatan manusia, memang sebenarnyalahia mu’jizat untuk membuktikan Nabi Muhammad yang terpancar dari ilmu Ilahi”7
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan kepada Nabi-Nabiyang lain ada dua jenis:hiss i danmaknawi. Yanghissi, yaitu mu’jizat yang dapatdilihat oleh mata, didengar. Dirasa, dan ditangkap oleh panca indra. Ia sengajaditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dankecerdasannya untuk menangkap keluar biasaan Allah. Yangm aknawi, yaitu mu’jizatyang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indra semata, tapi harus dicapaidengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Hanya orang-orang yang mempunyaiakal sehat dan kecerdasan yang tinggi, mempunyai hati nurani serta berbudi luhursajalah yang mampu menangkap dan memahami kebesaran mu’jizat model ini.
Kedua jenis ini diberikan kepada Nabi Muhammad dan al-Qur’anmengandung keduanya. Bahkan yang maknawi lebih besar porsinya dibandingdengan yang hissi. Al-Qur’an memang dipersiapkan untuk menghadapi danmemgendalikan segala zaman8.
Misteri-misteri yang berhasil disingkapi oleh ilmu pengetahuan modernhanyalah merupakan sebagian kecil dari fenomena alam. Hakikat-hakikat yang tinggiyang terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi Sang Pencipta sanperencanaanNya. Itulah yang dikemukakandan diisyararatkan oleh al-Qur’an secaraglobal9.
7 Tim Depag RI,Op.Ci t., hlm. 91
8 KH. Munawar Khalil, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60
9 Muhammad al Qhazali Khalil, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah
(Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76
http://htmlimg4.scribdassets.com/idl5w4weq82c0w0/images/6-810812801e/000.jpg
C. Pendapat Para Ulama Tentang I’jaz al-Qur’an
Setelah para ulama sepakat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena dzatnya,serta tidak seorangpun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebandingdengannya, maka pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segikemu’jizatannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-Qur’an adalahsesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing yangberbeda dengan susunan orang arab pada umumnya.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalmlafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah,karena al-Qur’an sastranya termasuk yang tidak ada bandingannya.
Ulama lain berpendapat bahwakemu’jizatan itu karena al-Qur’an terhinadardari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yangghaib di luaar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya, seperti halnya al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihanpendapat.
Ada lagi yang berpendapat bahwavkemu’jizatan al-Qur’an adalah karenaadanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yangmenarik yang terkandung dalam al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalammenutup setiap surat10
Jumhur kaum Muslimin berpendapat bahwa al-Qur’an sendiri merupakanmu’jizat (mu’jizat bidzatihi). Maksudnya al-Qur’an dengan seluruh yang ada didalamnya, termasuk struktur kalimat, balaghah,bayan (penjelasan), perundang-prundangan (tasyri’), berita-beritaghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakanmu’jizat, telah menyebabkan seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupadengannya.11
10 Muhammad Ali Ash Sabuni,Op.C i t., hlm. 117-118
11 Abu Zahra An Najd,Op.C i t., hlm. 18

dan merasakan pada bunyi-bunyi hurufnya dan alunan kata-katanya, sebagaimana
kita dapatkan pada ayat-ayat dan surat-suratnya, bahwa al-Qur’an adalah kalamullah.
Adapun mengenai segi atau kadar manakah yang mu’jizat itu, maka jikaseorang peneliti yang objektif mencari kebenaran al-Qur’an dari aspek manapun yangia sukai, ia akan temukan kemu’jizatan itu meliputi tiga macam aspek, yaitu aspekbahasa, aspek ilmiah, dan aspek tasyri’ (penetapan hukum)15
Setiap manusia yang memusatkan perhatiannya pada al-Qur’an akanmenemukan rahasia-rahasia kemu’jizatan dari aspek bahasanya. Ia akan dapatkankemu’jizatan itu dalam keteraturan bahasanya, bunyinya yang indah melalui nada-nada hurufnya. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan Allah,

Artinya : Dan sekiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka akan
mendapatkan pertentengan yang banyak di dalamnya. (QS. 4:82)
Ayat tersebut mengandung isyarat bahwa perkataan manusia, bila terlalubanyak maka akan banyak terjadi kesalahan dan kontradiksi di dalamnya. Sedangkanal-Qur’an, tidak demikian. Semakin banyak dibaca akan seakin tampak keselarasan,keindahan dan pesonanya. Itulah bedanya al-Qur’an dengan perkataan manusia.
Kemu’jizatan ilmiah al-Qur’an bukanlah terletak pada cakupannya pada teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah sebagai hasil usaha manusia melaluipengamatan dan penelitian, tetapi terletak pada semangatnya memberikan doronganpada manusia untuk berpikir menggunakan otaknya. Semua persoalan atau kaidahilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan, merupakan manifestasi darikegiatan berpikir yang dianjurkan al-Qur’an. Al-Qur’an telah membangkitkan padadiri setiap muslim kesadaran ilmiah untuk memikirkan, memahami dan menggunakanakal sesuai dengan firman Allah;
Artinya : “Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir” (QS. 30:28)
Al-Qur’an menganjurkan manusia memiliki semua sifat utama seperti sabar,jujur dan berbuat baik, santun, pemaaf dan tawadlu’. Karena manusia pada dasarnyaadalah makhluk sosial, maka al-Qur’an memulai dengan pendidikan untukmeluruskangharizah-gharizahnya, membimbing ke arah kebaikan. Di sinilahkemu’jizatan al-Qur’an tampil sebagai obat16.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-Qur’an itutampak dalam tiga hak pokok.Per tam a, susunan redaksinya yang mencapai puncaktertinggi dari sastra bahasa Arab.Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagaidisiplin yang diisyaratkannya.Katiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yangsebagian telah terbukti kebenarannya.17
Al-Qur’an itu mu’jizat dengan segala makna yang dibawa dan yangdikandung oleh lafazh-lafazhnya. Al-Qur’an mu’jizat dalam lafazh-lafazhnya danuslub-uslubnya. Satu huruf darinya merupakan bagian mu’jizat yang diperlukan olehlainnya dalam ikatan kata; suatu kata yang berada di tempatnya juga merupakanbagian mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada di tempatnyamerupakan mu’jizat dalam jalinan surat18
Al-Qur’an menawarkan ajaran-ajaran operatif mengenai alam ghaib,kebenaran-kebenaran spiritual dan masalah-masalah lain umat manusia padaumumnya. Karena alasan-alasan ini tak seorang pun akan berhasil menciptakansesuatu yang serupa dengan al-Qur’an.
Fungsi al-Qur’an adalah untuk memberikan jawaban bagi berbagai persoalandan memberi jalan keluar bagi setiap permasalahan yang terjadi dan dihadapi olehumat manusia.
16Ibdi., hlm. 379
17 M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62
18 Manna’ Khalil al-Qaththan,Op.C i t., hlm. 337
E. Kesimpulan
Dari makalah yang telah dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulanbahwasanya I’jazul Qur’an merupakan sebuah kekuatan, keunggulan dankeistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untukbisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan al-Qur’an bereti Allah menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq.
Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada NabiMuhammad Saw dengan menantang orang-orang Arab yang memiliki kemampuansastra yang tinggi, namun tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahansusunan ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan buktikelemahan bahasa Arab di masabahasa ini berada ipuncak kejayaannya.
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi yanglainnya ada dua jenis;Pertama, mu’jizat yang berbentukhiss i, yaitu kemu’jizatanyang dapat dilihat oleh mata, didengar, dirasa serta ditangkap oleh panca indra.
Kedua, mu’jizat yang berbentuk maknawi, yaitu kemu’jizatan yang tidak dapat
ditangkap oleh panca indra, namun bisa ditangkap dengan kecerdasan akal berpikir.’
Kedua mu’jizatan Ini juga dimiliki al Qur’an, bahkan yang maknawi porsinyalebih besar dari pada hissi. Misteri-misteri yang berhasil diungkapkan olehpengetahuan modern hanyalah sebagian kecil dari perencanaan Allah yang telah diisyarat dalam al Qur’an secara global.
Kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi tiga aspek,Per tam a, aspek bahasa yangmemiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta keindahan sastrayang terkandung didalamya.Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada teori-teorinyadan ilmu pengetahuan yang mantap dan meyakinkan.Ketiga, aspek tasyri’ yangberperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan hidup.
F. Penutup
Ini saja yang dapat kami berikan, semoga makalah ini bisa memberikan
sedikit kontribusi yang berarti bagi kita semua, dan menjadi amal jariyah bagi kami