Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena saya telah diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul Islam dan Perkembangan Teknologi
yang membahas tentang perkembangan ilmu teknologi menurut perspektif Islam.
Dalam penyusunana makalah ini, saya mendapat
banyak tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak
tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya dapat mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan
Yang Maha Esa
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan maupun materinya. Kritik dan
saran akan selalu saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat membarikan
manfaat bagi kita sekalian
Makassar, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
2.1 Sejarah Penerapan
Teknologi Dalam Peradaban
Islam...............................5
2.2 Cara Pandang Barat Terhadap Teknologi............................................................6
2.3 Perspektif Islam terhadap Perkembangan Teknologi dan Komunikasi..7
2.4 Facebook Dalam Pandangan
Islam.........................................................................8
BAB III KESIMPULAN
.........................................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................................................11
BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk
yang unik. Ia tahu bahwa ia tahu dan ia tahu bahwa ia tidak tahu. Ia
mengenal dunia sekelilingnya dan lebih dari itu ia mengenal dirinya
sendiri. Manusia memiliki akal budi, rasa, karsa, dan daya cipta yang
digunakan untuk memahami eksistensinya, dari mana sesungguhnya ia berasal,
dimana berada dan akan kemana perginya. Pertanyaan-pertanyaan selalu muncul,
akan tetapi pertanyaan itu belum pernah berhasil dijawab secara tuntas. Manusia
tetap saja diliputi ketidaktahuan. Demikianlah sesungguhnya manusia, siapa
saja, eksis dalam suasana yang diliputi dengan
pertanyaan–pertanyaan. Manusia eksis di dalam dan pada dunia filsafat dan
filsafat hidup subur di dalam aktualisasi manusia.
Berdasarkan rasa, karsa dan daya cipta yang dimilikinya manusia
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Namun, perkembangan
teknologi yang luar biasa menyebabkan manusia “lupa diri”. Manusia menjadi
individual, egoistik dan eksploitatif, baik terhadap diri sendiri, sesamanya,
masyarakatnya, alam lingkungannya, bahkan terhadap Tuhan Sang Penciptanya
sendiri. Karena itulah filsafat ilmu pengetahuan dihadirkan
ditengah-tengah keaneka ragaman IPTEK untuk meluruskan jalan dan
menepatkan fungsinya bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini.
Kemajuan sains dan
teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan
manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba
Allah dan khalifah-Nya. Allah telah mengaruniakan anugerah kenikmatan kepada
manusia yang bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan kenikmatan
sains teknologi.
Agama dan Ilmu
pengetahuan-teknologi merupakan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lain. Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya
berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau
aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih
dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Namun, terlepas
dari semua itu, perkembangan teknologi tidak boleh melepaskan diri dari
nilai-nilai agama Islam. Sebagaimana adigum yang dibangun oleh Fisikawan besar,
Albert Einstin yang menyatakan: “Agama tanpa ilmu akan pincang,
sedangkan ilmu tanpa agama akan Buta”.
Sebagai umat Islam kita
harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk mengembangkan ilmu dan
teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini banyak
mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai
contoh adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 80 yang artinya guna
memelihara “Telah kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk
kamu diri dalam peperanganmu.” Dari keterangan itu jelas sekali
bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu dengan sarana teknologi. Sehingga
tidak mengherankan jika abad ke-7 M telah banyak lahir pemikir Islam yang
tangguh produktif dan inovatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kepeloporan dan
keunggulan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan sudah dimulai pada abad
itu. Tetapi sangat disayangkan bahwa kemajuan-kemajuan itu tidak sempat
ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya sehingga tanpa sadar umat Islam akhirnya
melepaskan kepeloporannya. Lalu bangsa Barat dengan mudah mengambil dan
menransfer ilmu dan teknologi yang dimiliki dunia Islam dan dengan mudah pula
mereka membuat licik yaitu membelenggu para pemikir Islam sehinggu sampai saat
ini bangsa Baratlah yang menjadi pelopor dan pengendali ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah
Penerapan Teknologi Dalam Peradaban
Islam
Di era keemasan Islam, para
cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersifat teknologis
sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik, ilmu pembakaran cermin,
ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan pemetaan, ilmu tentang sungai
dan kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang mesin kerek, ilmu tentang
mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air tersembunyi. Para
penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam menempatkan para
rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan terhormat.
Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara ilmuwan Muslim,
pada masa itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan.
Al-Kindi, misalnya, selain dikenal
sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah seorang
rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai seorang ahli
kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur sebagai seorang
astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan.
Selain itu, peradaban Islam juga
telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu tentang timbangan dan
pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut al-Hassan, teknik mesin
dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu matematika, bukan satu-satunya
subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai sains. Para ilmuwan Muslim memberi
perhatian pada semua jenis pengetahuan praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu
terapan dan subyek-subyek teknologis berdampingan dengan telaah-telaah
teoritis,” ungkap Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalamIslamic
Technology: An Illustrated History. Sejumlah kitab dan risalah yang
ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan
dan teknologis. Menurut al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku
atau kitab karya cendikiawan Muslim, seperti; Mafatih al-Ulum, karya
al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya
al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya
Ibnu Sina dan buku-buku lainnya.
Para rekayasawan Muslim telah
berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang teknik sipil berupa;
bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi, hingga gedung pencakar
langit. Sejarah membuktikan, di era keemasannya, peradaban Islam telah
mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung jembatan itu digunakan
untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air.
Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.
Bendung jembatan itu mampu
menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Muslim di
kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan juga muncul di
kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim pada masa itu
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Selain itu, di era kekhalifahan para
insinyur Muslim juga sudah mampu membangun bendungan pengatur air diversion
dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur atau mengalihkan arus air.
Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun insinyur Muslim di Sungai
Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah itu, bendungan semacam itu
pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia Islam.
Pencapaian lainnya yang berhasil
ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil adalah pembangunan
penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh
kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa kejayaannya, pada malam
hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim yang berada di benua Eropa
itu bertaburkan cahaya.
Selain dikenal bertabur cahaya di
waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal sangat bersih. Ternyata,
pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu menciptakan sarana pengumpul
sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum pernah ada dalam peradaban manusia
sebelumnya
2.2 Cara Pandang Barat Terhadap Teknologi
Menurut catatan sejarah, bangsa
Barat berhasil mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan
lebih dahulu oleh kaum muslimin. Kemudian mereka mengembangkannya di atas
paham materialisme tanpa mengindahkan lagi nilai-nilai Islam
sehingga terjadilah perubahan total sampai akhirnya terlepas dari sendi-sendi
kebenaran.
Para ilmuwan Barat dari abad ke abad
kian mendewa-dewakan rasionalitas bahkan telah menuhankan ilmu dan teknologi
sebagai kekuatan hidupnya. Mereka menyangka bahwa dengan iptek mereka pasti
bisa mencapai apa saja yang ada di bumi ini dan merasa dirinya kuasa pula
menundukkan langit bahkan mengira akan dapat menundukkan segala yang ada di
bumi dn langit.
Tokoh-tokoh mereka merasa mempunyai
hak untuk memaksakan ilmu pengetahuan dan teknologinya itu kepada semua yang
ada di bumi agar mereka bisa mendikte dan memberi keputusan terhadap segala
permasalahan di dunia. Sebenarnya masyarakat Barat itu patut dikasihani karena
akibat kesombongannya itu mereka lupa bahwa manusia betapapun tingg
kepandaiannya hanya bisa mengetahui kulit luar atau hal-hal yang lahiriah saja
dari kehidupan semesta alam.
Mereka lupa bahwasanya manusia hanya
diberi ilmu pengetahuan yang sedikit dari kemahaluasan ilmu Allah. Di atas
orang pintar ada lagi yang lebih pintar. Dan sungguh Allah SWT benci kepada
orang yang hanya tahu tentang dunia tetapi bodoh tentang kebenaran yang ada di
dalamnya.
2.3 Perspektif
Islam terhadap Perkembangan Teknologi dan Komunikasi
Peradaban Islam sangat berbeda
dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang teknologi. Para
cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap teknologi sebagai sebuah
cabang ilmu pengetahuan yang sah. Fakta itu terungkap berdasarkan
pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern terhadap sejarah sains di
Abad Pertengahan.
Demikian pula ajaran Islam ia tidak
akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus
dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf. Dalam pandangan Islam menurut
hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah termasuk segala apa yang
disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu
sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika
terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti mengherankannya. Bukanlah Alquran
sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam bukanlah agma yang sempit? Allah SWT
telah berfirman yang artinya “Di sekali-kali tidak menjadikan kamu
dalam agama suatu kesempitan.” .
Kemajuan teknologi modern yang
begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti
Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya
serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau
anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang
diakibatkannya. Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung
jawab itu. Sebab adanya pelbagai media informasi dan alat-alat canggih yang
dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya faktor manusianyalah
yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu manakala
manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa
dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan
kesenangan semata.
Kemajuan teknologi dalam dunia
kedokteran juga patut untuk kita apresisai secara kritis; proses cloning (bayi
tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan beragam dari para ulama; Sebagian kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada
manusia karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya
mempermainkan Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Juga banyak kalangan
menganggap bahwa pengklonan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini
dapat dianggap sebagai “intervensi” karya Ilahi.
Sebaliknya,
Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, seorang pemandu spiritual muslim
fundamentalis dari Lebanon berpendapat, adalah salah jika menganggap kloning
adalah suatu intervensi karya Ilahi. Peneliti dianggapnya tidak
menciptakan sesuatu yang baru. Mereka hanya menemukan suatu hukum yang
baru bagi ormanisme, sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro
dan transplantasi organ Professor Abdulaziz Sachedina dari Universitas Virginia
mengemukakan bahwa Allah adalah kreator terbaik. Manusia dapat saja
melakukan intervensi dalam pekerjaan alami, termasuk pada awal perkembangan
embrio untuk meningkatkan kesehatan atau embrio splitting untuk
meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, namun perlu diingat, Allahlah Sang
pemberi hidup (Sachedina, 2001).
Di sinilah Islam sebagai agama
paripurna yang mampu memberikan petunjuk bagi manusia. Ini semua tidak lepas
dari karakter agama Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Memang
dalam abad teknologi dan era globalisasi ini umat Islam hendaklah melakukan
langkah-langkah strategis dengan meningkatkan pembinaan sumber daya manusia
guna mewujudkan kualitas iman dan takwa serta tidak ketinggalan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2.4 Facebook Dalam pandangan Islam
Facebook adalah sebuah kata yang
tidak asing lagi di telinga masyarakat kita pada saat ini,hal ini di karenakan
sudah merebaknya informasi di masyarakat kita baik melalui media cetak maupun
elektronik,bahkan baru2 ini yang lagi trend adalah berita tentang dampak
negative
Dari penggunaan Facebook pada
kalangan pelajar,bahkan ada beberapa pelajar yang hilang karena habis kenalan
dengan seseorang yang ada di facebook tersebut.
Disamping dampak negative ternyata
facebook juga ada dampak positifnya loe misalnya,ada beberapa orang yang
kehilangan temannya yang sudah lama sekali bahkan puluhan tahun dan setelah
mereka mencari teman mereka di jejaring social ini akhirnya dia bisa menemukan
temannya yang sudah lama tidak ketemu tersebut,contoh lainnya adalah penulis
sendiri,saya mempunyai teman yang dahulu sama2 tinggal dalam satu pesantren
dengan saya,setelah kita sama2 tamat dari pesantren kita telah kehilangan
kontak kurang lebih selama 4 tahun,akhirnya setelah saya cari di jejaring
social saya bisa menemukan temen saya itu,alhamdulilah.
Kalau kita berbicara teknologi
tentunya ada 2 sisi yang bisa kita soroti baik itu dampak positif maupun dampak
negative tinggal kita bagaimana memanaj-nya saja,sebenarnya tujuan awal dari
facebook sendiri itu sebagai jejaring social untuk mempererat tali
silaturahmi,Cuma dalam perkembangannya banyak di salah gunakan oleh beberapa
oknum yang tidak bertanggung jawab,jadi intinya kita boleh2 saja menggunakan
teknologi asalkan di gunakan untuk kegiatan2 yang positif.
Kaitannya dengan facebook,dalam islam kita di
perintahkan untuk silaturahim atau membentuk suatu jaringan (network dalam
istilah modern) sebanyak-banyaknya ya tentunya untuk hal yang positif donk
sesuai sabda nabi SAW:”waman kana yu”minu billahi walyaumil akhiri
falyasil rokhimah” barang siapa saja yang mengimani allah dan hari
akhir maka hendaklah menyambung tali silaturahmi (HR Al-Bukhori Dan Muslim)
Dari hadits sohih tersebut dapat di simpulkan bahwa
kita sah-sah saja bermain facebook asalkan niat dan tujuan kita untuk men yambung
tali silaturahmi antara sesama muslim,oleh karena itu buat sahabat2 muslim yang
seiman marilah kita gunakan teknologi yang ada untuk kemslahatan umat serta
sebagai wadah untuk berdakwah lewat dunia maya serta menunjukkan kepada dunia
bahwa islam adalah agama yang damai serta bener2 rohmatal lil-alamin.
BAB III
KESIMPULAN
Peradaban modern adalah hasil kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang gemilang yang telah dicapai oleh manusia setelah
diadakan penelitian yang tekun dan eksperimen yang mahal yang telah dilakukan
selama berabad-abad. Maka sudah sepantasnya kalau kemudian manusia menggunakan
penemuan-penemuannya itu guna meningkatkan taraf hidupnya. Kemajuan teknologi
secara umum telah banyak dinikmati oleh masyarakat luas dgn cara yang belum
pernah dirasakan bahkan oleh para raja dahulu kala.
Namun seiring dengan upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kita pun harus jeli menentukan pilihan ini. Untuk
apakah semua kemajuan itu? Apakah sekadar untuk menuruti keinginan-keinginan syahwat
lalu tenggelam dalam kemewahan dunia hingga melupakan akhirat dan menjadi
pengikut-pengikut setan? Ataukah sebaliknya semua ilmu dan kemajuan itu dicari
untuk menegakkan syariat Allah guna memakmurkan bumi dan menegakkan keadilan
seperti yang dikehendaki Allah serta untuk meluruskan kehidupan dengan
berlandaskan pada kaidah moral Islam?
Ada banyak tantangan yang harus kita jawab dengan
pemikiran yang berwawasan jauh ke depan. Namun terlepas dari problema dan
kekhawatiran-kekhawatiran sebagaimana diuraikan di atas kita sebagai umat Islam
harus selalu optimis dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Karena sungguhpun
perubahan sosial dan tata nilai kehidupan yang dibawa oleh arus westernisasi dan sekularisasi terus-menerus
menimpa dan menyerang masyarakat Islam tetapi kesadaran umat Islam untuk
membendung dampak-dampak negatif dari budaya Barat itu ternyata masih cukup
tinggi meskipun hanya segolongan kecil umat yaitu mereka yang tetap teguh untuk
menegakkan nilai-nilai Islam.
Daftar
pustaka
Di
akses pada tanggal : 2 Juni 2012
Diakses pada tanggal : 2 Juni 2012
Diakses pada tanggal : 2 Juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar