Selasa, 26 November 2013

Akidah Akhlak



 I.       pengertian dan ruang lingkup akidah akhlak
ü  PENGERTIAN AKIDAH
Kata akidah berasal dari kata ‘aqd yang berartin perhimpunan kata atau ikatan antara ujung-ujung (atau pangkal) sesuatu. Kata ‘aqd ini juga digunakan untuk benda-benda yang keras, seperti ‘aqd (ikatan) tali dan ikatan pada suatu bangunan.
Kemudian kata ini dipinjam (isti’arah) untuk beberapa makna, seperti “akad jual beli”, “akad nikah” dan “perjanjian”. Disamping itu, akidah adalah sesuatu yang padanya berkumpul hati dan perasaan. Kata akidah juga dipakai untuk hal-hal yang dipercayai dalam agama (al-mu’taqadat ad-diniyyah).
Dalam kajian-kajian sosiologis, kata akidah mempunyai beberapa arti:
Akidah berarti ‘itiqad (iktikad), yaitu menerima pendapat sebagai hakikat, dan penerimaan pendapat ini semata-mata bersifat fikri (pemikiran), walaupun kadang-kadang membekas pada perasaan yang menjadi landasan pikiran seseorang dalam melakukan amalan-amalan yang dipilihnya. Akidah juga berarti mu’taqad, yaitu mabda’ atau prinsip yang dipegang teguh sebagai sesuatu yang benar tanpa disandarkan pada dalil sama sekali.
Sedangkan yang saya maksud dengan akidah disini adalah akidah islam, yaitu sesuatu yang terhimpun pada Qalbu seorang muslim, berupa iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta qada dan qadar yang baik dan yang buruk. Kesemuanya disertai rasa tunduk dan patuh kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah kepada-Nya sesuai yang disyariatkan-Nya, dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, beramal ma’ruf dan nahi munkar, serta berjihad demi menjunjung tinggi kalimat Allah.[1]

ü  PENGERTIAN AKHLAK
Kata “akhlak” menunjukkan sejumah sifat tabiat fitri (asli) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah. Akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku. Inilah pengertian akhlak secara garis besar sebagaimana tersebut dalam beberapa kamus.
Saya memandang cukup dengan mendefinisikan akhlak sesuai ajaran al-Qur’an dan  as-Sunnah. Maka dapatlah saya katakan bahwa akhlak ialah sejumlah mabda’ (prinsip) dan nilai yang mengatur perilaku seorang muslim, yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya demi merealisasikan tujuan keberadaannya di muka bumi, yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.[2]
Dan dari sunnah Rasulullah SAW kita dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai akhlak dalam islam. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
tiap-tiap din (agama) memiliki akhlak, dan aklak islam ialah malu.[3]

ü  RUANG LINGKUP AKIDAH AKHLAK
Ruang lingkup akidah akhlak yang seharusnya diaktualisasikan dalam kehidupan seorang muslim adalah
a. Akhlak kepada Allah
·         Mentauhidkan Allah (QS. Al-ikhlas: 1-4)
·         Tidak berbuat musyrik pada Allah (QS. Luqman: 1-3)
·         Bertakwa pada Allah (QS. An-nisa’: 1)
·         Banyak berdzikir pada Allah (QS. Al-ahzab: 41-44)
·         Bertawakkal hanya pada Allah (QS. Ali imran: 159)
b. Akhlak kepada sesama manusia
ü  Akhlak terhadap diri sendiri
·         Sikap sabar (QS. Al-baqarah: 153)
·         Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
·         Sikap amanah atau jujur (QS. Al-ahzab: 72)
·         Sikap tawadlu’ (rendah hati) (QS. Luqman: 18)
·         Cepat bertaubat jika berbuat khilaf (QS. Ali imron: 135)
ü  Akhak terhadap Rasulullah
·         Mengikuti atau menjalankan sunnahnya (QS. Ali imran: 30)
·         Meneladani akhlaknya (QS. Al-ahzab: 21)
·         Bershalawat kepadanya (QS Al-ahzab: 56)
ü  Akhlak pada orang tua
·         Berbakti kepada kedua orang tua (QS. An-nisa’: 36)
·         Membina san mendidik keluarga (QS. At-tahrim:  6)
·         Memelihara keturunan (QS. An-nahl : 58-59)
ü  Akhlak terhadap sesama manusia
·         Merajut ukhuwah atau persaudaraan (QS. Al-hujurat: 10)
·         Ta’awun atau saling tolong menolong (QS. Al-maidah: 2)
·         Suka memaafkan kesalahan orang lain (QS. Ali imron: 134 & 159)
·         Menepati janji (QS. At-taubah: 111)
c. Akhlak pada alam semesta
·         Tafakkur (memperhatikan dan merenungkan ciptaan alam semesta) (QS. Ali imron: 190)
·         Memanfaatkan alam (QS. Yunus 101)[4]


   II.        Nilai-nilai akidah akhlak
ü  Menyuburkan dan membimbing rasa keagamaan
·         Senantiasa menambah keyakinan kepada Allah
·         Senantiasa bersyukur kepada Allah
·         Senantiasa berbakti dan beribadah kepada Allah
·         Menanamkan kerelaan beramal sholeh
ü  Membentuk kepribadian yang kokoh
 لَقَدْ كانَ لَكُمْ في‏ رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ الْآخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ كَثيراً
Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah.[5]

  III.        Tujuan akidah akhlak
v  Memperoleh Ridho Allah SWT
Sikap dan tujuan hidup manusia tentu dilandasi oleh sesuatu yang diyakininya. Sebagai seorang muslimah yang telah meyakini akidah islam, tujuan hidupnya semata-mata dilandaskan pada keridhaan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat yang menjadi ikrar setiap muslim yang dibacakan dalam setiap sholatnya, “Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah”. Artinya, seorang muslim yang telah mengikrarkan kalimat syahadat harus mewajibkan dirinya untuk melakukan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak kepada yang lain. [6]
v  Memperoleh Surga Allah SWT
Sebagai seorang muslim, tentu kita mendambakan kehidupan yang lebih baik di akhirat kelak. Kehidupan yang lebih baik itu adalah kehidupan di surga.
v  Pembebasan dari Api Neraka
Sesungguhnya neraka dan berbagai azab di dalamnya dan kiamat adalah bentuk-bentuk amal dan akhlak manusia. Neraka tidak lain merupakan buah dari tidak diridhainya batin amal-amal manusia. Kegelapan dan kengerian barzakh dan kiamat tidak lain karena kabut kegelapan akhlak manusia yang buruk dan akidah yang batil.

   IV.        Usaha untuk mencapai tujuan akidah akhlak
Usaha untuk mencapai tujuan dari akidah harus bermula dari sebuah pemahaman yang mendasar dan konkret tentang persoalan iman yang akan melahirkan sebuah konsep akidah (keyakinan yang benar), maka perlu pendekatan-pendekatan tentang pemahaman-pemahaman tentang syariat agama sehingga bisa melahirkan akidah yang haqqul yaqin . ini bisa dicapai manakala  ada sebuah kesadaran yang tinggi dalam pemahaman-pemahaman baik rukun iman maupun rukun isam
·         Rukun Iman
Rukun iman merupakan asas seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental. Dalam rukun iman manusia harus percaya adanya (1) Allah yang memunyai kehendak, sebagai bagian dari sifat-Nya, maka orang yakin pula adanya (para) (2) Malaikat yang diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat Jibril kepada para Rasul-Nya, yang kini dihimpun dalam (3) Kitab-kitab suci. Namun, perlu segera dicatat dan diingat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuat kehendak Allah, hanyalah al-Qur’an. Kehendak Allah itu disampaikan kepada manusia melalui manusia pilihan tuhan yang disebut (4) Rasul yang menyampaikan dan menjelaskan kehendak Allah tersebut kepada umat manusia, untuk dijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan. Hidup dan kehidupan ini pasti akan berakhir pada suatu ketika, sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh kitab-kitab suci dan oleh para rasul itu. Akibat logisnya adalah kita yakin adanya (5) Hari akhir, tatkala seluruh hidup dan kehidupan seperti yang ada sekarang ini akan berakhir. Pada waktu itu kelak Allah Yang Maha Esa akan menyediakan suatu kehidupan baru yang sifatnya kekal,  tidak fana seperti kehidupan sekarang ini. Yakin akan adanya hidup lain selain kehidupan sekarang, dan dimintainya pertanggungjawaban manusia kelak, membawa konsekuensi pada keyakinan akan adanya (6) Qada dan Qadar yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia di dunia yang fana ini yang membawa akibat pada kehidupan di alam baka kelak.[7]

·         Rukun Islam
ü  Mengucap dua kalimat syahadat
أشهد ان لا اله الاالله و اشهد ان محمدا رسول الله
ü  Mendirikan shalat
salat lima waktu sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
                                                                                                                   
ü  Berpuasa di bulan Ramadhan
Dalam puasa terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Di antara yang terpenting :
o    Merupakan ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.
o    Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi, sosial maka amat banyak. Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang berpuasa atas dorongan akidah dan iman.

ü  Mengeluarkan zakat
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur’an.

ü  Berhaji bagi yang mampu
Rukun Islam kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah haji terdapat manfaat tak terhingga :
o    Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah ta’ala dengan ruh, badan dan harta.
o    Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua merupakan makhluk dan hamba Allah.

    V.        Cara memilih dan menyusun iman, islam dan ihsan
Iman, islam, dan ihsan telah diakui sebagai perbendaharaan kunci dalam pola keberagaman Islam. Semula, konsep tersebut didasarkan pada sebuah hadis terkenal yang disebut sebagai “Hadis Jibril”. Hadis itu memberikan ide kepada kaum muslim Sunni tentang adanya enam rukun iman. Setiap umat muslim mengetahui dengan pasti bahwa Islam (al-Islam) tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa ihsan (perbuatan baik). Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin tanpa adanya inisial Islam. Disamping saling terkait, antara ketiganya juga terjalin secara tumpang tindih sehingga setiap satu dari ketiganya mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dalam iman terdapat Islam dan ihsan, dalan Islam terdapat iman dan ihsan, dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Maka, kita dapat melihat bahwa iman, Islam dan ihsan merupakan trilogi ajaran Ilahi.[8]

   VI.        Cara menanamkan rasa keimanan kepada allah swt melalui belajar
Iman kepada Allah adalah meyakini adanya Allah baik itu sifat-sifat-Nya maupun nama-nama-Nya dengan kesempurnaan-Nya, yang diyakini dengan hati, ucapan, dan perbuatan yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
rasa percaya adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah swt, dapat kita tumbuhkan dengan berbagai cara, baik itu mengunakan akal sehat kita dengan memperhatikan segala apa yang telah Allah ciptakan seperti alam semesta dan segala isinya termasuk manusia dan mengerti akan sifat-sifat Allah dan Asmaul Husna. Dengan akal sehat kita akan dapat mengenal, meyakini, memahami dan menghayati baik itu sifa-sifat-Nya maupun Asmaul Husna.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.[9]

VII.        PENGAJARAN IMAN DAN PERBUATAN MANUSIA DALAM MENYAYANGI BINATANG DAN ALAM
Islam adalah rahmatan lil alamin, yang mana syari’atnya tidak hanya untuk umat islam saja tapi bagi semesta alam sebagai Rahmat dari Allah. Bahkan diutusnya Nabi adalah sebagai rahmat, sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekian alam[10]
Rahmat ini meliputi seluruhnya. Termasuk alam ini, maka islam mengajarkan untuk mencintai alam dan menjaganya, serta melarang berbuat berbagai kerusakan di muka bumi. Maka dari itu Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan itu semua adalah bentuk dalam rangka beribadah kepada Allah.
Maka dari itu menjaga dan mencinta serta merawat alam adalah sudah kewajiban bagi kita semua. Menyayangi hewan dan berbuat baik kepadanya merupakan contoh dari Nabi, dan hewan merupakan salah satu komponen dari ekosistem alam. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa apabila seseorang menyayangi binatang, maka Tuhan akan menyayanginya. Bahkan, kalaupun manusia memerlukan daging untuk dimakan, Nabi mewajibkan kita untuk menajamkan pisau potongnya dan harus menyembelihnya dengan cepat. Juga diharuskan waktu menyembelih seekor binatang, tidak dilakukan di depan binatang lain.[11]

VIII.        MENGENAL DAN MENANAMKAN RASA CINTA KEPADA RASUL
Keimanan tidak akan menjadi kuat tanpa adanya rasa cinta (mahabbah). Rasa cinta itu dapat ditimbulkan dengan suatu pembiasaan yaitu dengan mengubah lingkungan sekitar, sehingga senantiasa mengingatkan kita kepada orang yang kita cintai. Tanpa sadar seluruh diri kita akan terbiasa dekat dengan lingkungan yang senantiasa berada di sekitar kita dan timbul rasa cinta yang begitu kuat tertanam sangat dalam.
Kecintaan tumbuh karena kita mengenal. Untuk mengenal Rasulullah. kita harus memulai dengan membaca riwayat hidupnya, akhlak, dan perjuangannya. Sejarah Rasulullah  pasti menyimpan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga, meskipun kita tidak harus mengukur kebesaran Rasulullah hanya lewat sejarah beliau semata-mata. Data sejarah hanyalah sebuah deskripsi lahiriah, sedangkan keagungan Rasulullah justru ada pada maqam (kedudukan) Ilahiyah-nya yang sangat tinggi di hadapan Allah SWT.Mencintai Rasulullah menjadi sebuah keharusan dalam iman. Ia harus menjadi prinsip, bukan pilihan. Dengan kata lain, mau atau tidak, kita wajib cinta kepada Rasulullah Seorang Muslim harus menyimpan rasa cinta kepada Nabi Muhammad seberapa pun kecilnya.

 IX.        MENGENAL ALLAH DAN MENCINTAI AL-QUR’ANUL KARIM
Alquran adalah firman Allah. Muncul dari zat-Nya dalam bentuk perkataan yang tidak dapat digambarkan. Diturunkan kepada Rasul-Nya dalam bentuk wahyu. Orang-orang mukmin mengimaninya dengan keimanan yang sebenar-benarnya. Mereka beriman tanpa keraguan, bahwa Alquran adalah firman Allah dengan sebenarnya. Bukan ciptaan-Nya, seperti layaknya perkataan makhluk, barang siapa mendengarnya dan menganggap sebagai perkataan manusia, maka ia telah kafir. Sebagaimana firman Allah
ان هذا القرءان يهدى للتى هى اقوم
Sesungguhnya Al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus ….[12]
Al-qur’an memiliki peran penting daam menuntun umat manusia. Mengawali kecintaan terhadap al-Qur’an, bisa dilakukan dengan mulai membacanya. Membaca al-Qur’an harus secara perlahan, tartil, penuh perhatian, hati penuh dengan kerinduan, isan yang fasih, dan lantunan yang merdu. Setelah itu, berusahalah untuk memahami dan mengerti maknanya. Kemudian merenungkannya sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan lebih istimewa jika kita bisa menghafalkannya.

   X.        PENGAJARAN TENTANG MALAIKAT
Malaikat adalah makhluk Alloh yang memiliki sifat-sifat terpuji yang harus diyakini dan imani dengan benar oleh seorang muslim berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia karena mereka adalah para hamba yang senantiasa menaati Allah dan tidak pernah menentang-Nya. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah SWT
Allah SWT  berfirman tentang sifat para Malaikat
وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ   يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.[13]
Kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia karena mereka adalah para hamba yang senantiasa menaati Allah dan tidak pernah menentang-Nya. Jumlah mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah
Kita meyakini ada sepuluh malaikat utama yang wajib diketahui. Malaikat tersebut memiliki nama-nama sesuai yang tertera di dalam kitab suci Al-Qur’an. Nama malaikat itu ialah Malaikat Jibril, sebagai pembawa wahyu Allah kepada Nabi, malaikat Mikail sebagai Pengatur rezeki, malaikat Israfil sebagai peniup sangkakala di hari kiamat, malaikat Munkar dan Nakir yang menanyai manusia di alam kubur, malaikat Ridwan penjaga surga, malaikat Malik penjaga neraka, malaikat Izrail sebagai pencabut nyawa, serta malaikat Rakib dan Atid sebagai pencatat amalan manusia.[14]


 XI.        PENGAJARAN TENTANG HARI KIAMAT
Hari kiamat adalah hari hancurnya seluruh alam semesta, atas kehendak Allah SWT. Setelah kehidupan alam semesta ini musnah, kemudian akan datang suatu kehidupan baru yaitu alam akhirat. Pada hari tersebut Allah akan membangkitkan kembali manusia, jin, setan, dan para malaikat. Kemudian Allah akan memperhitungkan semua amalan yang pernah dilakukan selama hidup di dunia.Hari kiamat akan datang secara tiba-tiba, tidak ada orang yang mengetahui kedatangan hari kiamat. Hanya Allah yang mengetahui.
Adapun nama-nama hari ahkir yaitu sebagai berikut :
·         Yaumul Qiyamah artinya hari rusaknya seluruh alam atau makhluk
·         Yaumul Ba’as artinya hari kebangkitan
·         Yaumus Sa’ah artinya waktu kegoncangan pada hari kiamat
·         Yaumud Din artinya hari pembalasan
·         Yaumul Hisab artinya hari perhitungan seluruh amal manusia
·         Yaumul Fathu artinya hari kemenangan bagi mukminin
·         Yaumut Talaq artinya hari pertemuan
·         Yaumul Gasiyah artinya hari kejadian yang menyelubungi
·         Yaumil Waqiah artinya hari kejadian yang dahsyat
·         Yaumut Tamah artinya hari bencana yang besar[15]


pertanyaan
Apakah akhlak yang ada pada diri manusia merupakan hasil dari pendidikan dan latihan ataukah pembawaan dari lahir ?
Sesungguhnya akhlak itu bukan muktasabah (hasil usaha) secara mutlak, sebagaimana bukan mawhibah (pemberian, anugerah) secara mutlak, akan tetapi gabungan antara fitrah yang salimah  dengan akal yang sehat  dalam memahami dan menetapkan satu sisi dari akhlak. Kemudian setelah itu datanglah peran syariat (iman dan ilmu) untuk menyempurnakan fitrah, melindungi akal dan meletakkan aturan-aturan umum yang meninggikan derajat pribadi dan masyarakat dari sisi akhlak.  Jadi dua faktor saja: fitrah dan akal sehat tidak mampu mewujudkan kesempurnaan manusiawi yang dicita-citakan. Oleh karena itu peran syariat (hukum Allah) datang untuk menyempurnakan fitrah dan meluruskan akal, menunjukkan kepada hukum-hukumnya. Dengan begitu rambu-rambu syariat beserta dengan arahan-arahannya ditambah dengan benarnya fitrah dan lurusnya akal fikiran secara bersama-sama membangun makhluk manusia dan bangsa.
Banyak hadits yang menunjukkan bahwa ada diantara akhlak itu yang bersifat fitri (bawaan), dan manusia bertingkat-tingkat dalam penciptaannya. Diantara hadits itu adaah:
تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا وَتَجِدُونَ خَيْرَ النَّاسِ فِي هَذَا الشَّأْنِ أَشَدَّهُمْ لَهُ كَرَاهِيَةً وَتَجِدُونَ شَرَّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَيَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْه
Kalian mendapati manusia itu (seperti) tambang (pangkalnya itu macam-macam; ada tambang emas, ada tambang perak dll.pent). yang paling baik dari mereka di jaman Jahiliyyah adalah yang paling dalam Islam jika mereka faqih (faham islam). Dan kalian akan mendapati sebaik-baik manusia dalam urusan (kepemimpinan; wilayah, imrah) ini adalah orang yang paling  tidak suka kepadanya dari mereka. Dan kalian akan mendapatkan bahwa manusia paling buruk (jahat) adalah yang punya dua muka; mendatangi mereka dengan satu wajah dan merndatangi mereka dengan wajah yang lain. (HR.  Bukhari)
Akhlak muktasabah (hasil usaha)
Sebagaimana ada akhlak fithriyyah yang didapat sejak lahir maka sesorang bisa mendapatkan akhlak melalu usaha, belajar dan bimbingan. Allah telah menanmkan dalam diri setiap orang potensi kekuatan kebaikan untuk dikembangkan.  Atas dasar itu maka ada taklif syar’i rabbani utnuk meningkatkan kesiapan masing-asing orang.
Rasululah bersabda:
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ، وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، مَنْ يَتَحَرَّى الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ،
Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar dan santun didapat dengan latihan, barang siapa mencari kebaikan maka dia diberinya dan barang siapa menjauhi keburukan maka dia dilindungi darinya. (HR. Thbarani, Baihaqi, Baghdadi, Abu Khaitsamah, dihasankan oleh al-Albani)





Daftar pustaka

Aminah, Mia Siti. 2010. Muslimah Career. Yogyakarta : Pustaka Grhatama
Ali, Muhammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Grafindo Persada
Budiman, Arie. 2007.  Membaca Gerak Alam Semesta. Jakarta : LIPI Press
Mahmud, Ali Abdul Halim. 1996. Karakteristi Umat Terbaik. Jakarta : Gema Insani Press
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. Yogyakarta : NARASI
Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta
Wahyudin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Wahyudin, Udin. 2007. Get Smart Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT Grafindo Media Gratama


[1] Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik,(Jakarta : gema Insani Press, 1996 ). hal. 11-12.
[2] Ibid, hal. 95-96.
[3] HR Imam Malik dalam al-muwaththa’, 2: 212, al-Halabi, Kairo, 1371 H

[4] Wahyudin. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2009). hal. 56-57.
[5] Al-Qur’an, 33 (Al-Ahzab) : 21.
[6] Mia Siti Aminah. Muslimah Career. (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2010)Hal. 63-65.
[7] Muhammad Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2000). Hal. 200-201.
[8] Muhammad Solikhin. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. (Yogyakarta : NARASI, 2008). hal. 222.
[9] Al-Qur’an, 4 (An-Nisa) : 136.
[10] Al-Qur’an, 21 (Al-Anbiya) : 107.
[11]Arie Budiman. Membaca Gerak Alam Semesta. (Jakarta : LIPI Press, 2007) . hal. 122.
[12] Al-Qur’an : 17 (Al-Isra’) : 9.
[13] Al-Qur’an 21 (Al-Anbiya) : 19-20.
[14]Nur Syam. Islam Pesisir (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta, 2005). hal 109.
[15]Udin Wahyudin. Get Smart Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT Grafindo Media Gratama, 2007). Hal. 9.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar