ü PENGERTIAN AKIDAH
Kata akidah berasal dari kata ‘aqd yang berartin
perhimpunan kata atau ikatan antara ujung-ujung (atau pangkal) sesuatu. Kata ‘aqd
ini juga digunakan untuk benda-benda yang keras, seperti ‘aqd
(ikatan) tali dan ikatan pada suatu bangunan.
Kemudian kata ini dipinjam (isti’arah) untuk beberapa
makna, seperti “akad jual beli”, “akad nikah” dan “perjanjian”. Disamping itu,
akidah adalah sesuatu yang padanya berkumpul hati dan perasaan. Kata akidah
juga dipakai untuk hal-hal yang dipercayai dalam agama (al-mu’taqadat
ad-diniyyah).
Dalam kajian-kajian sosiologis, kata akidah mempunyai beberapa
arti:
Akidah berarti ‘itiqad (iktikad), yaitu menerima pendapat
sebagai hakikat, dan penerimaan pendapat ini semata-mata bersifat fikri
(pemikiran), walaupun kadang-kadang membekas pada perasaan yang menjadi
landasan pikiran seseorang dalam melakukan amalan-amalan yang dipilihnya. Akidah
juga berarti mu’taqad, yaitu mabda’ atau prinsip yang dipegang
teguh sebagai sesuatu yang benar tanpa disandarkan pada dalil sama sekali.
Sedangkan yang saya maksud dengan akidah disini adalah akidah
islam, yaitu sesuatu yang terhimpun pada Qalbu seorang muslim, berupa iman
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta
qada dan qadar yang baik dan yang buruk. Kesemuanya disertai rasa tunduk dan
patuh kepada Allah SWT dengan melakukan ibadah kepada-Nya sesuai yang disyariatkan-Nya,
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, mengerjakan shalat, menunaikan ibadah
haji bagi yang mampu, beramal ma’ruf dan nahi munkar, serta berjihad demi
menjunjung tinggi kalimat Allah.[1]
ü PENGERTIAN AKHLAK
Kata “akhlak” menunjukkan sejumah sifat tabiat fitri (asli) pada
manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah. Akhlak
ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua
bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku. Inilah pengertian akhlak
secara garis besar sebagaimana tersebut dalam beberapa kamus.
Saya memandang cukup dengan mendefinisikan akhlak sesuai ajaran
al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka dapatlah
saya katakan bahwa akhlak ialah sejumlah mabda’ (prinsip) dan nilai yang
mengatur perilaku seorang muslim, yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur
kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya demi merealisasikan tujuan
keberadaannya di muka bumi, yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih
kebahagiaan dunia dan akhirat.[2]
Dan dari sunnah Rasulullah SAW kita dapat memberikan gambaran
yang utuh mengenai akhlak dalam islam. Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
tiap-tiap din (agama) memiliki akhlak, dan aklak islam
ialah malu.[3]
ü RUANG LINGKUP AKIDAH AKHLAK
Ruang lingkup akidah akhlak yang seharusnya diaktualisasikan
dalam kehidupan seorang muslim adalah
a. Akhlak kepada Allah
·
Mentauhidkan Allah (QS.
Al-ikhlas: 1-4)
·
Tidak berbuat musyrik pada
Allah (QS. Luqman: 1-3)
·
Bertakwa pada Allah (QS.
An-nisa’: 1)
·
Banyak berdzikir pada Allah
(QS. Al-ahzab: 41-44)
·
Bertawakkal hanya pada Allah
(QS. Ali imran: 159)
b. Akhlak kepada sesama manusia
ü Akhlak
terhadap diri sendiri
·
Sikap sabar (QS. Al-baqarah:
153)
·
Sikap syukur (QS. Ibrahim: 7)
·
Sikap amanah atau jujur (QS.
Al-ahzab: 72)
·
Sikap tawadlu’ (rendah hati)
(QS. Luqman: 18)
·
Cepat bertaubat jika berbuat
khilaf (QS. Ali imron: 135)
ü Akhak
terhadap Rasulullah
·
Mengikuti atau menjalankan
sunnahnya (QS. Ali imran: 30)
·
Meneladani akhlaknya (QS.
Al-ahzab: 21)
·
Bershalawat kepadanya (QS
Al-ahzab: 56)
ü Akhlak
pada orang tua
·
Berbakti kepada kedua orang
tua (QS. An-nisa’: 36)
·
Membina san mendidik keluarga
(QS. At-tahrim: 6)
·
Memelihara keturunan (QS.
An-nahl : 58-59)
ü Akhlak
terhadap sesama manusia
·
Merajut ukhuwah atau
persaudaraan (QS. Al-hujurat: 10)
·
Ta’awun atau saling tolong
menolong (QS. Al-maidah: 2)
·
Suka memaafkan kesalahan
orang lain (QS. Ali imron: 134 & 159)
·
Menepati janji (QS.
At-taubah: 111)
c. Akhlak pada alam semesta
·
Tafakkur (memperhatikan dan
merenungkan ciptaan alam semesta) (QS. Ali imron: 190)
·
Memanfaatkan alam (QS. Yunus
101)[4]
II.
Nilai-nilai akidah akhlak
ü Menyuburkan
dan membimbing rasa keagamaan
·
Senantiasa menambah keyakinan
kepada Allah
·
Senantiasa bersyukur kepada
Allah
·
Senantiasa berbakti dan beribadah
kepada Allah
·
Menanamkan kerelaan beramal
sholeh
ü
Membentuk kepribadian yang
kokoh
لَقَدْ كانَ لَكُمْ في
رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كانَ يَرْجُوا اللهَ وَ الْيَوْمَ
الْآخِرَ وَ ذَكَرَ اللهَ
كَثيراً
Sesungguhnya adalah bagi kamu pada
Rasulullah itu teladan yang baik; Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah dan
Hari Kemudian dan yang banyak ingat kepada Allah.[5]
III.
Tujuan akidah akhlak
v Memperoleh
Ridho Allah SWT
Sikap dan tujuan hidup manusia tentu dilandasi
oleh sesuatu yang diyakininya. Sebagai seorang muslimah yang telah meyakini
akidah islam, tujuan hidupnya semata-mata dilandaskan pada keridhaan Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan kalimat syahadat yang menjadi ikrar setiap muslim yang
dibacakan dalam setiap sholatnya, “Tidak ada Tuhan (yang disembah) kecuali
Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah”. Artinya, seorang muslim
yang telah mengikrarkan kalimat syahadat harus mewajibkan dirinya untuk
melakukan ibadah hanya kepada Allah semata, tidak kepada yang lain. [6]
v Memperoleh
Surga Allah SWT
Sebagai seorang muslim, tentu kita mendambakan
kehidupan yang lebih baik di akhirat kelak. Kehidupan yang lebih baik itu
adalah kehidupan di surga.
v Pembebasan
dari Api Neraka
Sesungguhnya neraka dan berbagai azab di
dalamnya dan kiamat adalah bentuk-bentuk amal dan akhlak manusia. Neraka tidak
lain merupakan buah dari tidak diridhainya batin amal-amal manusia. Kegelapan
dan kengerian barzakh dan kiamat tidak lain karena kabut kegelapan akhlak
manusia yang buruk dan akidah yang batil.
IV.
Usaha untuk mencapai tujuan akidah akhlak
Usaha untuk mencapai tujuan dari akidah harus bermula dari
sebuah pemahaman yang mendasar dan konkret tentang persoalan iman yang akan
melahirkan sebuah konsep akidah (keyakinan yang benar), maka perlu
pendekatan-pendekatan tentang pemahaman-pemahaman tentang syariat agama
sehingga bisa melahirkan akidah yang haqqul yaqin . ini bisa dicapai
manakala ada sebuah kesadaran yang
tinggi dalam pemahaman-pemahaman baik rukun iman maupun rukun isam
·
Rukun Iman
Rukun iman merupakan asas seluruh
ajaran islam. Kedudukannya sangat sentral dan fundamental. Dalam rukun iman
manusia harus percaya adanya (1) Allah yang memunyai kehendak, sebagai
bagian dari sifat-Nya, maka orang yakin pula adanya (para) (2) Malaikat
yang diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk melaksanakan dan
menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat Jibril kepada para
Rasul-Nya, yang kini dihimpun dalam (3) Kitab-kitab suci. Namun, perlu
segera dicatat dan diingat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuat
kehendak Allah, hanyalah al-Qur’an. Kehendak Allah itu disampaikan kepada
manusia melalui manusia pilihan tuhan yang disebut (4) Rasul yang
menyampaikan dan menjelaskan kehendak Allah tersebut kepada umat manusia, untuk
dijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan. Hidup dan kehidupan ini pasti akan
berakhir pada suatu ketika, sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh
kitab-kitab suci dan oleh para rasul itu. Akibat logisnya adalah kita yakin
adanya (5) Hari akhir, tatkala seluruh hidup dan kehidupan seperti yang
ada sekarang ini akan berakhir. Pada waktu itu kelak Allah Yang Maha Esa akan
menyediakan suatu kehidupan baru yang sifatnya kekal, tidak fana seperti kehidupan sekarang ini.
Yakin akan adanya hidup lain selain kehidupan sekarang, dan dimintainya
pertanggungjawaban manusia kelak, membawa konsekuensi pada keyakinan akan
adanya (6) Qada dan Qadar yang berlaku dalam hidup dan kehidupan manusia
di dunia yang fana ini yang membawa akibat pada kehidupan di alam baka kelak.[7]
·
Rukun Islam
ü Mengucap
dua kalimat syahadat
أشهد ان لا اله الاالله و اشهد ان محمدا رسول الله
ü Mendirikan
shalat
salat lima waktu
sehari semalam yang Allah syariatkan untuk menjadi sarana
interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa
kepada-Nya. Juga untuk menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari
perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh kedamaian jiwa dan badan yang
dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
ü Berpuasa
di bulan Ramadhan
Dalam puasa
terdapat beberapa manfaat tak terhingga. Di antara yang terpenting :
o
Merupakan
ibadah kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya. Seorang hamba meninggalkan
syahwatnya, makan dan minumnya demi Allah. Hal itu di antara sarana terbesar
mencapai taqwa kepada Allah ta’ala.
o Adapun manfaat puasa dari sudut kesehatan, ekonomi,
sosial maka amat banyak. Tidak ada yang dapat mengetahuinya selain mereka yang
berpuasa atas dorongan akidah dan iman.
ü Mengeluarkan
zakat
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang
memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia
berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka
yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana telah diterangkan dalam
Al Qur’an.
ü Berhaji
bagi yang mampu
Rukun Islam
kelima adalah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah. Dalam ibadah
haji terdapat manfaat tak terhingga :
o Pertama, haji merupakan bentuk ibadah kepada Allah
ta’ala dengan ruh, badan dan harta.
o Kedua, ketika haji kaum muslimin dari segala penjuru
dapat berkumpul dan bertemu di satu tempat. Mereka mengenakan satu pakaian dan
menyembah satu Robb dalam satu waktu. Tidak ada perbedaan antara pemimpin dan
yang dipimpin, kaya maupun miskin, kulit putih maupun kulit hitam. Semua
merupakan makhluk dan hamba Allah.
V.
Cara memilih dan menyusun iman, islam dan ihsan
Iman, islam, dan ihsan telah diakui sebagai perbendaharaan kunci
dalam pola keberagaman Islam. Semula, konsep tersebut didasarkan pada sebuah
hadis terkenal yang disebut sebagai “Hadis Jibril”. Hadis itu memberikan ide
kepada kaum muslim Sunni tentang adanya enam rukun iman. Setiap umat muslim
mengetahui dengan pasti bahwa Islam (al-Islam) tidak absah tanpa iman, dan iman
tidak sempurna tanpa ihsan (perbuatan baik). Sebaliknya, ihsan adalah mustahil
tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin tanpa adanya inisial Islam. Disamping
saling terkait, antara ketiganya juga terjalin secara tumpang tindih sehingga
setiap satu dari ketiganya mengandung makna dua istilah yang lainnya. Dalam
iman terdapat Islam dan ihsan, dalan Islam terdapat iman dan ihsan, dan dalam
ihsan terdapat iman dan Islam. Maka, kita dapat melihat bahwa iman, Islam dan
ihsan merupakan trilogi ajaran Ilahi.[8]
VI.
Cara menanamkan rasa keimanan kepada allah swt melalui belajar
Iman kepada Allah adalah meyakini adanya Allah baik itu
sifat-sifat-Nya maupun nama-nama-Nya dengan kesempurnaan-Nya, yang diyakini
dengan hati, ucapan, dan perbuatan yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
rasa percaya adanya Sang Maha Pencipta Tunggal, Allah swt, dapat
kita tumbuhkan dengan berbagai cara, baik itu mengunakan akal sehat kita dengan
memperhatikan segala apa yang telah Allah ciptakan seperti alam semesta dan
segala isinya termasuk manusia dan mengerti akan sifat-sifat Allah dan Asmaul
Husna. Dengan akal sehat kita akan dapat mengenal, meyakini, memahami dan
menghayati baik itu sifa-sifat-Nya maupun Asmaul Husna.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ
مِنْ قَبْلُ ۚ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.[9]
VII.
PENGAJARAN IMAN
DAN PERBUATAN MANUSIA DALAM MENYAYANGI BINATANG DAN ALAM
Islam adalah
rahmatan lil alamin, yang mana syari’atnya tidak hanya untuk umat islam saja
tapi bagi semesta alam sebagai Rahmat dari Allah. Bahkan diutusnya Nabi adalah
sebagai rahmat, sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
sekian alam[10]
Rahmat ini meliputi seluruhnya. Termasuk alam ini, maka islam
mengajarkan untuk mencintai alam dan menjaganya, serta melarang berbuat
berbagai kerusakan di muka bumi. Maka dari itu Allah menciptakan manusia
sebagai khalifah di muka bumi dan itu semua adalah bentuk dalam rangka beribadah
kepada Allah.
Maka dari itu menjaga dan mencinta serta merawat alam adalah
sudah kewajiban bagi kita semua. Menyayangi hewan dan berbuat baik kepadanya
merupakan contoh dari Nabi, dan hewan merupakan salah satu komponen dari
ekosistem alam. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa apabila seseorang menyayangi
binatang, maka Tuhan akan menyayanginya. Bahkan, kalaupun manusia memerlukan
daging untuk dimakan, Nabi mewajibkan kita untuk menajamkan pisau potongnya dan
harus menyembelihnya dengan cepat. Juga diharuskan waktu menyembelih seekor
binatang, tidak dilakukan di depan binatang lain.[11]
VIII.
MENGENAL DAN
MENANAMKAN RASA CINTA KEPADA RASUL
Keimanan tidak akan menjadi
kuat tanpa adanya rasa cinta (mahabbah). Rasa cinta itu dapat ditimbulkan
dengan suatu pembiasaan yaitu dengan mengubah lingkungan sekitar, sehingga
senantiasa mengingatkan kita kepada orang yang kita cintai. Tanpa sadar seluruh
diri kita akan terbiasa dekat dengan lingkungan yang senantiasa berada di
sekitar kita dan timbul rasa cinta yang begitu kuat tertanam sangat dalam.
Kecintaan tumbuh karena kita mengenal. Untuk mengenal
Rasulullah. kita harus memulai dengan membaca riwayat hidupnya, akhlak, dan
perjuangannya. Sejarah Rasulullah pasti menyimpan pelajaran-pelajaran
yang sangat berharga, meskipun kita tidak harus mengukur kebesaran Rasulullah
hanya lewat sejarah beliau semata-mata. Data sejarah hanyalah sebuah deskripsi
lahiriah, sedangkan keagungan Rasulullah justru ada pada maqam (kedudukan) Ilahiyah-nya yang sangat tinggi
di hadapan Allah SWT.Mencintai Rasulullah menjadi sebuah keharusan dalam iman.
Ia harus menjadi prinsip, bukan pilihan. Dengan kata lain, mau atau tidak, kita
wajib cinta kepada Rasulullah Seorang Muslim harus menyimpan rasa cinta kepada
Nabi Muhammad seberapa pun kecilnya.
IX.
MENGENAL ALLAH
DAN MENCINTAI AL-QUR’ANUL KARIM
Alquran adalah firman Allah. Muncul dari zat-Nya dalam bentuk
perkataan yang tidak dapat digambarkan. Diturunkan kepada Rasul-Nya dalam
bentuk wahyu. Orang-orang mukmin mengimaninya dengan keimanan yang
sebenar-benarnya. Mereka beriman tanpa keraguan, bahwa Alquran adalah firman
Allah dengan sebenarnya. Bukan ciptaan-Nya, seperti layaknya perkataan makhluk,
barang siapa mendengarnya dan menganggap sebagai perkataan manusia, maka ia
telah kafir. Sebagaimana firman Allah
ان هذا القرءان يهدى للتى هى اقوم
Sesungguhnya Al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus ….[12]
Al-qur’an memiliki peran penting daam menuntun umat manusia.
Mengawali kecintaan terhadap al-Qur’an, bisa dilakukan dengan mulai membacanya.
Membaca al-Qur’an harus secara perlahan, tartil, penuh perhatian, hati penuh
dengan kerinduan, isan yang fasih, dan lantunan yang merdu. Setelah itu,
berusahalah untuk memahami dan mengerti maknanya. Kemudian merenungkannya
sehingga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan lebih istimewa jika
kita bisa menghafalkannya.
X.
PENGAJARAN
TENTANG MALAIKAT
Malaikat adalah makhluk Alloh yang memiliki sifat-sifat terpuji
yang harus diyakini dan imani dengan benar oleh seorang muslim berdasarkan
Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia karena mereka adalah
para hamba yang senantiasa menaati Allah dan tidak pernah menentang-Nya. Jumlah
mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah SWT
Allah SWT
berfirman tentang sifat para Malaikat
وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ
عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ
وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai
rasa angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka
selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.[13]
Kedudukan mereka di sisi Allah sangat mulia karena mereka adalah
para hamba yang senantiasa menaati Allah dan tidak pernah menentang-Nya. Jumlah
mereka sangat banyak, tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah
Kita meyakini ada sepuluh malaikat utama yang wajib diketahui.
Malaikat tersebut memiliki nama-nama sesuai yang tertera di dalam kitab suci
Al-Qur’an. Nama malaikat itu ialah Malaikat Jibril, sebagai pembawa wahyu Allah
kepada Nabi, malaikat Mikail sebagai Pengatur rezeki, malaikat Israfil sebagai
peniup sangkakala di hari kiamat, malaikat Munkar dan Nakir yang menanyai
manusia di alam kubur, malaikat Ridwan penjaga surga, malaikat Malik penjaga
neraka, malaikat Izrail sebagai pencabut nyawa, serta malaikat Rakib dan Atid
sebagai pencatat amalan manusia.[14]
XI.
PENGAJARAN
TENTANG HARI KIAMAT
Hari kiamat adalah hari hancurnya seluruh alam semesta, atas
kehendak Allah SWT. Setelah kehidupan alam semesta ini musnah, kemudian akan
datang suatu kehidupan baru yaitu alam akhirat. Pada hari tersebut Allah akan
membangkitkan kembali manusia, jin, setan, dan para malaikat. Kemudian Allah
akan memperhitungkan semua amalan yang pernah dilakukan selama hidup di
dunia.Hari kiamat akan datang secara tiba-tiba, tidak ada orang yang mengetahui
kedatangan hari kiamat. Hanya Allah yang mengetahui.
Adapun nama-nama hari ahkir yaitu sebagai berikut :
·
Yaumul Qiyamah artinya hari
rusaknya seluruh alam atau makhluk
·
Yaumul Ba’as artinya hari
kebangkitan
·
Yaumus Sa’ah artinya waktu
kegoncangan pada hari kiamat
·
Yaumud Din artinya hari
pembalasan
·
Yaumul Hisab artinya hari
perhitungan seluruh amal manusia
·
Yaumul Fathu artinya hari
kemenangan bagi mukminin
·
Yaumut Talaq artinya hari
pertemuan
·
Yaumul Gasiyah artinya hari
kejadian yang menyelubungi
·
Yaumil Waqiah artinya hari
kejadian yang dahsyat
·
Yaumut Tamah artinya hari
bencana yang besar[15]
pertanyaan
Apakah akhlak yang ada pada diri manusia merupakan
hasil dari pendidikan dan latihan ataukah pembawaan dari lahir ?
Sesungguhnya akhlak itu bukan muktasabah (hasil usaha) secara
mutlak, sebagaimana bukan mawhibah (pemberian, anugerah) secara mutlak, akan
tetapi gabungan antara fitrah yang
salimah dengan akal yang sehat dalam
memahami dan menetapkan satu sisi dari akhlak. Kemudian setelah itu datanglah
peran syariat
(iman
dan ilmu)
untuk menyempurnakan fitrah, melindungi akal dan meletakkan aturan-aturan umum
yang meninggikan derajat pribadi dan masyarakat dari sisi akhlak. Jadi
dua faktor saja: fitrah dan akal sehat tidak mampu mewujudkan kesempurnaan
manusiawi yang dicita-citakan. Oleh karena itu peran syariat (hukum Allah)
datang untuk menyempurnakan fitrah dan meluruskan akal, menunjukkan kepada
hukum-hukumnya. Dengan begitu rambu-rambu syariat beserta dengan arahan-arahannya
ditambah dengan benarnya fitrah dan lurusnya akal fikiran secara bersama-sama
membangun makhluk manusia dan bangsa.
Banyak hadits yang menunjukkan bahwa ada
diantara akhlak itu yang bersifat fitri (bawaan), dan manusia
bertingkat-tingkat dalam penciptaannya. Diantara hadits itu adaah:
تَجِدُونَ النَّاسَ مَعَادِنَ خِيَارُهُمْ
فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا وَتَجِدُونَ
خَيْرَ النَّاسِ فِي هَذَا الشَّأْنِ أَشَدَّهُمْ لَهُ كَرَاهِيَةً وَتَجِدُونَ
شَرَّ النَّاسِ ذَا الْوَجْهَيْنِ الَّذِي يَأْتِي هَؤُلَاءِ بِوَجْهٍ وَيَأْتِي
هَؤُلَاءِ بِوَجْه
Kalian mendapati manusia itu (seperti) tambang (pangkalnya itu
macam-macam; ada tambang emas, ada tambang perak dll.pent). yang paling baik
dari mereka di jaman Jahiliyyah adalah yang paling dalam Islam jika mereka
faqih (faham islam). Dan kalian akan mendapati sebaik-baik manusia dalam urusan
(kepemimpinan; wilayah, imrah) ini adalah orang yang paling tidak suka
kepadanya dari mereka. Dan kalian akan mendapatkan bahwa manusia paling buruk
(jahat) adalah yang punya dua muka; mendatangi mereka dengan satu wajah dan
merndatangi mereka dengan wajah yang lain. (HR. Bukhari)Akhlak muktasabah (hasil usaha)
Sebagaimana ada akhlak fithriyyah yang didapat sejak lahir maka sesorang bisa mendapatkan akhlak melalu usaha, belajar dan bimbingan. Allah telah menanmkan dalam diri setiap orang potensi kekuatan kebaikan untuk dikembangkan. Atas dasar itu maka ada taklif syar’i rabbani utnuk meningkatkan kesiapan masing-asing orang.
Rasululah bersabda:
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ،
وَإِنَّمَا الْحِلْمُ بِالتَّحَلُّمِ، مَنْ يَتَحَرَّى الْخَيْرَ يُعْطَهُ، وَمَنْ
يَتَّقِ الشَّرَّ يُوقَهُ،
Sesungguhnya ilmu itu didapat dengan belajar dan santun didapat dengan
latihan, barang siapa mencari kebaikan maka dia diberinya dan barang siapa
menjauhi keburukan maka dia dilindungi darinya. (HR. Thbarani, Baihaqi,
Baghdadi, Abu Khaitsamah, dihasankan oleh al-Albani)
Daftar
pustaka
Aminah, Mia Siti. 2010. Muslimah
Career. Yogyakarta : Pustaka Grhatama
Ali, Muhammad Daud. 2000. Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: PT Grafindo Persada
Budiman, Arie. 2007. Membaca Gerak Alam Semesta. Jakarta : LIPI
Press
Mahmud, Ali Abdul Halim. 1996. Karakteristi Umat Terbaik.
Jakarta : Gema Insani Press
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat
dan Metafisika dalam Islam. Yogyakarta : NARASI
Syam, Nur. 2005. Islam Pesisir.
Yogyakarta : LkiS Yogyakarta
Wahyudin, dkk. 2009. Pendidikan
Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Wahyudin, Udin. 2007. Get Smart
Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT Grafindo Media Gratama
[1] Ali
Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik,(Jakarta : gema Insani
Press, 1996 ). hal. 11-12.
[2] Ibid,
hal. 95-96.
[3] HR Imam
Malik dalam al-muwaththa’, 2: 212, al-Halabi, Kairo, 1371 H
[5]
Al-Qur’an, 33 (Al-Ahzab) : 21.
[6] Mia Siti
Aminah. Muslimah Career. (Yogyakarta: Pustaka Grhatama, 2010)Hal. 63-65.
[7] Muhammad
Daud Ali. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2000). Hal.
200-201.
[8] Muhammad
Solikhin. Filsafat dan Metafisika dalam Islam. (Yogyakarta : NARASI,
2008). hal. 222.
[9]
Al-Qur’an, 4 (An-Nisa) : 136.
[10]
Al-Qur’an, 21 (Al-Anbiya) : 107.
[11]Arie
Budiman. Membaca Gerak Alam Semesta. (Jakarta : LIPI Press, 2007) . hal.
122.
[12]
Al-Qur’an : 17 (Al-Isra’) : 9.
[13]
Al-Qur’an 21 (Al-Anbiya) : 19-20.
[14]Nur
Syam. Islam Pesisir (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta, 2005). hal 109.
[15]Udin
Wahyudin. Get Smart Pendidikan Agama Islam (Jakarta : PT Grafindo Media
Gratama, 2007). Hal. 9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar