Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beban
tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat upah minimum
Sulawesi Selatan terhadap tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan model
linier regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh secara negatif terhadap tingkat beban tanggungan, yang berarti jika
pertumbuhan meningkat akan mengurangi tingkat beban tanggungan, dan variabel upah
minimum provinsi dan tingkat inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap tingkat pengangguran,yang berarti jika upah minimum dan tingkat
inflasi meningkat, maka akan menambahpengangguran. Dapat disimpulkan bahwa
variabel pertumbuhan beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, tingkat upah minimum berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di
Provinsi Sulawesi Selatan.
1
Pendahuluan
1.1. Latar
Belakang
Setiap negara
khususnya negara berkembang mengalami masalah yang sama, yaitu kesulitan untuk
mengendalikan peningkatan pengangguran. Keadaan di negara berkembang dalam
beberapa dasawarsa ini, menunjukkan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan
tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja kepada angkatan kerja yang ada. Hal
itu terjadi karena laju pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi dari
pertumbuhan kesempatan kerja yang ada.
Pengangguran
juga merupakan pilihan bagi setiap individu. Di satu sisi, Ada orang-orang yang
memang menyukai dan tidak ingin bekerja karena mereka malas, di lain pihak lain
ada orang yang ingin bekerja dan sedang
mencari pekerjaan tetapi mereka belum mendapatkan karena tidak sesuai dengan
pilihan (pengangguran sukarela)
Dalam sudut pandang makroekonomi,
pengangguran yang tinggi merupakan suatu masalah. Salah satu gambaran dampak
dari tingginya tingkat pengangguran yaitu akan banyaknya sumber daya yang
terbuang percuma dan pendapatan masyarakat berkurang. Dalam masa-masa seperti
itu, tekanan ekonomi menjalar kemana-mana sehingga mempengaruhi emosi
masyarakat maupun kehidupan rumah tangga sehingga akan mengurangi kesejahteraan
masyarakat. (Samuelson dan Nordhaus,
1996)
Kondisi ekonomi
Indonesia tertekan setelah krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun
1997. Krisis moneter ini melanda kehidupan ekonomi, politik, keamanan,
pemerintah, hukum, kepercayaan, sosial budaya, moral dan ideologi. Di bidang
ekonomi krisis ini berimbas khususnya pada pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan
di Indonesia dan kemiskinan. Banyak perusahaan yang bangkrut atau terpaksa
melakukan PHK pada sebagian tenaga kerjanya untuk bertahan.
Inflasi yang makin meningkat di
sertai dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan proporsi penduduk
yang belum dewasa menjadi tambah tinggi
dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar menyebabkan pertambahan
penduduk yang tidak seimbang (Suparmoko,1997). Sebaliknya, Laju pertumbuhan
ekonomi yang meningkat maka produksi barang dan jasa akan meningkat pula
sehingga meningkatkan standart hidup. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi
biasanya akan memperluas kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran.
Perkembangan ini selanjutnya mendorong berkurangnya permintaan terhadap tenaga
kerja seperti tercermin dari pemutusan hubungan kerja dan semakin bertambahnya
jumlah pengangguran.
Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia
dipengaruhi dengan naiknya harga barang-barang pokok khususnya kelompok makanan
sebagai akibat melambungnya harga pangan dunia dan minyak dunia yang
mengakibatkan sebagian perusahaan khususnya yang tergantung dengan produk
impor, mengurangi atau bahkan menghentikan produksinya.
Berdasarkan data dari BPS, Secara
umum, tingkat pengangguran Sulawesi Selatan memang mengalami penurunan tetapi
Sulawesi Selatan belum berhasil mengungguli 4 provinsi lain di kawasan pulau
Sulawesi. (Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat).
Tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan berada di posisi kedua tertinggi untuk
pulau Sulawesi.
jumlah angkatan kerja di Provinsi
Sulawesi Selatan pada Agustus 2012 mencapai 3.560.891 orang, atau
berkurang lebih dari 50 ribu orang dibandingkan jumlah
angkatan kerja pada Agustus 2011 yang sebesar 3.612.424 orang
angkatan kerja.
Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Selatan pada Agustus 2012 sebesar 3.351.908 orang pekerja atau mengalami penurunan lebih dari 23 ribu pekerja dibandingkan keadaan Agustus 2011.
Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Selatan pada Agustus 2012 sebesar 3.351.908 orang pekerja atau mengalami penurunan lebih dari 23 ribu pekerja dibandingkan keadaan Agustus 2011.
Angka Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) Agustus 2012 di Sulawesi Selatan mengalami penurunan dibandingkan dengan
TPT tahun sebelumnya yaitu dari 6,6 persen pada Agustus 2011 turun menjadi 5,9
persen di Agustus 2012.
1.2
Rumusan Masalah
Apakah
ada pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
tingkat upah minimum Sulawesi Selatan terhadap tingkat pengangguran di Sulawesi
Selatan?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui
seberapa besar pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi dan tingkat upah minimum
Sulawesi Selatan dengan tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan
1.4. Manfaat Penelitian
4.1.
Manfaat teoritis
sebagai
sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi khususnya ekonomi sumber daya manusia
dan sekaligus sebagai informasi bagi mahasiswa selanjutnya terutama yang
berhubungan dengan pengangguran.
4.2.
Manfaat praktis
sebagai
sumbangan pemikiran bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam merumuskan
kebijakan-kebijakan khususnya masalah pengangguran.
2. Tinjauan Pustaka
2.1
Teori Pengangguran
Pengangguran
merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan
tersebut (Sadono Sukirno, 2008).
Menurut Muana Nanga (2001) dilihat dari sebab-sebab timbulnya,
pengangguran dapat dibedakan menjadi: pengangguran friksional atau transisi (frictional
or transitional unemployment, pengangguran struktural (structural
unemployment), pengangguran alamiah (natural unemployment) atau
lebih dikenal dengan istilah tingkat pengangguran alamiah (natural rate of
unemployment) dan pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical
unemployment)
Berdasarkan lama waktu kerja, pengangguran dibagi ke dalam empat
kelompok (Sadono Sukirno, 2008) yaitu : pengangguran Terbuka, pengangguran tersembunyi, pengangguran
bermusim dan petengah menganggur (underemployed).
Mankiw (2000) menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul
dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya
proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para
pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah
ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya
tawar kolektif dari serikat pekerja, dan upah efisiensi.
2.2 Teori Beban Tanggungan Penduduk
Beban tanggungan
penduduk adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang
tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya
orang yang termasuk usia produktif ( umur 15-64)
Kelompok penduduk yang
berusia 0-14 tahun dan diatas 65 tahun secara umum dinyatakan sebagai kelompok
yang tidak mempunyai penghasilan tetap sendiri sehingga harus mengandalkan
penduduk atau pihak lain (keluarga, pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan.
Secara ekonomi, kelompok tersebut dianggap tidak produktif dan tidak dihitung
dalam angkatan kerja (Todaro, 2002)
Tingginya angka Rasio Beban Tanggungan Penduduk merupakan faktor
penghambat pembangunan ekonomi Indonesia karena sebagian dari pendapatan yang
diperoleh oleh golongan yang produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk
memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif. Negara-negara yang sedang
berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi, mempunyai angka rasio beban
tanggungan yang tinggi, dikarenakan besarnya proporsi anak-anak dalam kelompok
penduduk tersebut.
2.3 Teori Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang secara
terus-menerus (Nopirin,2000). Sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi
kenaikan harga - harga barang dalam periode waktu tertentu (Sadono Sukirno,
2008).
Menurut Boediono (1999) diukur tingkat keparahan, inflasi
dibedakan menjadi Inflasi ringan (di
bawah 10% setahun), Inflasi sedang (antara 10- 30% setahun), Inflasi berat
(antara 30-100% setahun), Hiperinflasi (di atas 100% setahun)
Menurut Boediono (1999) berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan
menjadi yaitu Inflasi yang berasal dari
dalam negeri (domestic inflation) timbul misalnya karena defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal. Inflasi
yang berasal dari luar negeri (imported inflation) timbul karena kenaikan
harga-harga di negara-negara langganan berdagang negara kita.
2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Boediono (1999) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah salah
satu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dimana penekanannya
pada 3 aspek, yaitu: Proses dimana pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran
dari suatu perekonomian yang melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang
atau berubah dari waktu ke waktu, output per kapita dimana pertumbuhan ekonomi
berkaitan dengan adanya kenaikan output per kapita dalam hal ini ada dua unsur
yang penting yaitu output total dan jumlah penduduk, dan jangka waktu, yaitu
kenaikan output per kapita selama 1 – 2 tahun lalu diikuti penurunan output per
kapita bukan merupakan pertumbuhan ekonomi. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka
waktu yang lama (5 tahun atau lebih) mengalami kenaikan output per kapita.
Menurut Sadono Sukirno (2008) pertumbuhan ekonomi berarti
perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian
untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung
pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang
berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi
dari perkembangan suatu perekonomian.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto). Saat ini umumnya PDRB baru dihitung
berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari
sisi sektoral / lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya
PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.
2.5 Teori Upah
Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk
uang, yang mencakup bukan hanya komponen upah/gaji, tetapi juga lembur dan
tunjangan tunjangan yang diterima secara rutin/reguler (tunjangan transport,
uang makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak
termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan,
tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin (BPS, 2008).
Menurut Gilarso (2003) balas karya untuk faktor produksi tenaga
kerja manusia disebut upah (dalam arti luas, termasuk gaji, honorarium, uang
lembur, tunjangan, dsb). Masih menurut Gilarso upah biasanya dibedakan menjadi
dua, yaitu: upah nominal (sejumlah uang yang diterima) dan upah riil (jumlah
barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu). Upah dalam arti sempit
khusus dipakai untuk tenaga kerja yang bekerja pada orang lain dalam hubungan
kerja (sebagai karyawan/buruh).
3. Metode Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian.
Penelitian ini
dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan dan ruang lingkup pembahasan terfokus
hanya pada pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat
inflasi, tingkat upah minimum Sulawesi Selatan terhadap tingkat pengangguran.
2. Data dan sumber data.
Dalam penelitian
ini digunakan data sekunder yaitu data surveisosial ekonomi Sulawesi Selatan,
data pertumbuhan ekonomi (PDRB) Sulawesi Selatan serta data-data lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar