Selasa, 26 November 2013

Analisis Tingkat Pengangguran di Provinsi Sulawesi Selatan


Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat upah minimum Sulawesi Selatan terhadap tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan model linier regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara negatif terhadap tingkat beban tanggungan, yang berarti jika pertumbuhan meningkat akan mengurangi tingkat beban tanggungan, dan variabel upah minimum provinsi dan tingkat inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran,yang berarti jika upah minimum dan tingkat inflasi meningkat, maka akan menambahpengangguran. Dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat upah minimum berpengaruh terhadap tingkat pengangguran di Provinsi Sulawesi Selatan.

1         Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Setiap negara khususnya negara berkembang mengalami masalah yang sama, yaitu kesulitan untuk mengendalikan peningkatan pengangguran. Keadaan di negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini, menunjukkan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan tidak sanggup menyediakan kesempatan kerja kepada angkatan kerja yang ada. Hal itu terjadi karena  laju  pertumbuhan angkatan kerja lebih tinggi dari pertumbuhan kesempatan kerja yang ada.
Pengangguran juga merupakan pilihan bagi setiap individu. Di satu sisi, Ada orang-orang yang memang menyukai dan tidak ingin bekerja karena mereka malas, di lain pihak lain ada orang yang ingin bekerja  dan sedang mencari pekerjaan tetapi mereka belum mendapatkan karena tidak sesuai dengan pilihan (pengangguran sukarela)
Dalam sudut pandang makroekonomi, pengangguran yang tinggi merupakan suatu masalah. Salah satu gambaran dampak dari tingginya tingkat pengangguran yaitu akan banyaknya sumber daya yang terbuang percuma dan pendapatan masyarakat berkurang. Dalam masa-masa seperti itu, tekanan ekonomi menjalar kemana-mana sehingga mempengaruhi emosi masyarakat maupun kehidupan rumah tangga sehingga akan mengurangi kesejahteraan masyarakat. (Samuelson dan Nordhaus, 1996)
Kondisi ekonomi Indonesia tertekan setelah krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997. Krisis moneter ini melanda kehidupan ekonomi, politik, keamanan, pemerintah, hukum, kepercayaan, sosial budaya, moral dan ideologi. Di bidang ekonomi krisis ini berimbas khususnya pada pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan di Indonesia dan kemiskinan. Banyak perusahaan yang bangkrut atau terpaksa melakukan PHK pada sebagian tenaga kerjanya untuk bertahan.

Inflasi yang makin meningkat di sertai dengan penurunan laju pertumbuhan ekonomi menyebabkan proporsi penduduk yang belum dewasa  menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang (Suparmoko,1997). Sebaliknya, Laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat maka produksi barang dan jasa akan meningkat pula sehingga meningkatkan standart hidup. Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya akan memperluas kesempatan kerja dan menurunkan tingkat pengangguran. Perkembangan ini selanjutnya mendorong berkurangnya permintaan terhadap tenaga kerja seperti tercermin dari pemutusan hubungan kerja dan semakin bertambahnya jumlah pengangguran.

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dipengaruhi dengan naiknya harga barang-barang pokok khususnya kelompok makanan sebagai akibat melambungnya harga pangan dunia dan minyak dunia yang mengakibatkan sebagian perusahaan khususnya yang tergantung dengan produk impor, mengurangi atau bahkan menghentikan produksinya.

Berdasarkan data dari BPS, Secara umum, tingkat pengangguran Sulawesi Selatan memang mengalami penurunan tetapi Sulawesi Selatan belum berhasil mengungguli 4 provinsi lain di kawasan pulau Sulawesi. (Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat). Tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan berada di posisi kedua tertinggi untuk pulau Sulawesi.
jumlah angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Selatan pada Agustus 2012 mencapai 3.560.891 orang, atau berkurang  lebih dari 50 ribu  orang dibandingkan  jumlah  angkatan  kerja pada  Agustus 2011 yang sebesar  3.612.424 orang angkatan kerja.
Penduduk yang Bekerja di Sulawesi Selatan pada Agustus 2012 sebesar 3.351.908 orang pekerja  atau mengalami penurunan  lebih dari 23 ribu pekerja dibandingkan keadaan Agustus 2011.
Angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2012 di Sulawesi Selatan mengalami penurunan dibandingkan dengan TPT tahun sebelumnya yaitu dari 6,6 persen pada Agustus 2011 turun menjadi 5,9 persen di Agustus 2012.

1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat upah minimum Sulawesi Selatan terhadap tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan?

1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui seberapa besar pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan tingkat upah minimum  Sulawesi Selatan dengan tingkat pengangguran di Sulawesi Selatan

1.4. Manfaat Penelitian
4.1. Manfaat teoritis
sebagai sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi khususnya ekonomi sumber daya manusia dan sekaligus sebagai informasi bagi mahasiswa selanjutnya terutama yang berhubungan dengan pengangguran.

4.2. Manfaat praktis
sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam merumuskan kebijakan-kebijakan khususnya masalah pengangguran.

2. Tinjauan Pustaka
2.1 Teori Pengangguran
Pengangguran merupakan suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut (Sadono Sukirno, 2008).
Menurut Muana Nanga (2001) dilihat dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi: pengangguran friksional atau transisi (frictional or transitional unemployment, pengangguran struktural (structural unemployment), pengangguran alamiah (natural unemployment) atau lebih dikenal dengan istilah tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment) dan pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical unemployment)

Berdasarkan lama waktu kerja, pengangguran dibagi ke dalam empat kelompok (Sadono Sukirno, 2008) yaitu : pengangguran Terbuka,  pengangguran tersembunyi, pengangguran bermusim dan petengah menganggur (underemployed).

Mankiw (2000) menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja, dan upah efisiensi.

2.2 Teori Beban Tanggungan Penduduk 
       Beban tanggungan penduduk adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif ( umur 15-64)

       Kelompok penduduk yang berusia 0-14 tahun dan diatas 65 tahun secara umum dinyatakan sebagai kelompok yang tidak mempunyai penghasilan tetap sendiri sehingga harus mengandalkan penduduk atau pihak lain (keluarga, pemerintah) dalam memenuhi kebutuhan. Secara ekonomi, kelompok tersebut dianggap tidak produktif dan tidak dihitung dalam angkatan kerja  (Todaro, 2002)

Tingginya angka Rasio Beban Tanggungan Penduduk merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi Indonesia karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif, terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif. Negara-negara yang sedang berkembang dengan tingkat fertilitas yang tinggi, mempunyai angka rasio beban tanggungan yang tinggi, dikarenakan besarnya proporsi anak-anak dalam kelompok penduduk tersebut.

2.3 Teori Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga – harga umum barang secara terus-menerus (Nopirin,2000). Sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga - harga barang dalam periode waktu tertentu (Sadono Sukirno, 2008).

Menurut Boediono (1999) diukur tingkat keparahan, inflasi dibedakan  menjadi Inflasi ringan (di bawah 10% setahun), Inflasi sedang (antara 10- 30% setahun), Inflasi berat (antara 30-100% setahun), Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

Menurut Boediono (1999) berdasarkan asal dari inflasi, dibedakan menjadi  yaitu Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) timbul misalnya karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) timbul karena kenaikan harga-harga di negara-negara langganan berdagang negara kita.

2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Boediono (1999) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah salah satu proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dimana penekanannya pada 3 aspek, yaitu: Proses dimana pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran dari suatu perekonomian yang melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu, output per kapita dimana pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output per kapita dalam hal ini ada dua unsur yang penting yaitu output total dan jumlah penduduk, dan jangka waktu, yaitu kenaikan output per kapita selama 1 – 2 tahun lalu diikuti penurunan output per kapita bukan merupakan pertumbuhan ekonomi. Dikatakan tumbuh bila dalam jangka waktu yang lama (5 tahun atau lebih) mengalami kenaikan output per kapita.

Menurut Sadono Sukirno (2008) pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Dengan demikian untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai perlu dihitung pendapatan nasional riil menurut harga tetap yaitu pada harga-harga yang berlaku ditahun dasar yang dipilih. Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Saat ini umumnya PDRB baru dihitung berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari  sisi sektoral / lapangan usaha dan dari sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan.

2.5 Teori Upah
Upah adalah pendapatan yang diterima tenaga kerja dalam bentuk uang, yang mencakup bukan hanya komponen upah/gaji, tetapi juga lembur dan tunjangan tunjangan yang diterima secara rutin/reguler (tunjangan transport, uang makan dan tunjangan lainnya sejauh diterima dalam bentuk uang), tidak termasuk Tunjangan Hari Raya (THR), tunjangan bersifat tahunan, kwartalan, tunjangan-tunjangan lain yang bersifat tidak rutin (BPS, 2008).

Menurut Gilarso (2003) balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia disebut upah (dalam arti luas, termasuk gaji, honorarium, uang lembur, tunjangan, dsb). Masih menurut Gilarso upah biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu: upah nominal (sejumlah uang yang diterima) dan upah riil (jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan upah uang itu). Upah dalam arti sempit khusus dipakai untuk tenaga kerja yang bekerja pada orang lain dalam hubungan kerja (sebagai karyawan/buruh).

3. Metode Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian.
            Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan dan ruang lingkup pembahasan terfokus hanya pada pengaruh beban tanggungan penduduk, pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat upah minimum Sulawesi Selatan terhadap tingkat pengangguran.
2. Data dan sumber data.
            Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yaitu data surveisosial ekonomi Sulawesi Selatan, data pertumbuhan ekonomi (PDRB) Sulawesi Selatan serta data-data lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar