Kamis, 19 Desember 2013

I’JAZ AL-QUR’AN


 Kata pengantar

Kehadiran al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, merupakansebuah Maha Karya yang Agung dari Allah Swt sebagai sebuah landasan dan pedomanarahan hidup manusia. Kedatangan al-Qur’an yang original dari Allah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad merupakan penyempurna terhadap kitab-kitab sebelumnya. Ini merupakan bukti kemukjizatan al-Qur’an yang tiada seorangpun yang dapat menirunya dan mendatangkan hal semisalnya.
Al-Quran menantang orang-orang Arab yang meragukan kebenaran al-Qur’an untuk membuat hal yang serupa dengan al-Qur’an, Allah Swt berfirman dalam surah al-Baqarah; 23 yang artinya;
 “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepadahamba Kam (Muhammad), buatlah satu surat saja yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”
Dalam makalah ini kami mencoba memberikan secara umum pengertian mengenai I’jazul Qur’an yang dikaji dari beberapa referensi dan literatur al-qur’an. Sehingga kitasedikit terbantu dalam memahami kemujizatan al-Qur’an, baik pengertiannya, aspek-aspeknya maupun kadar kemu’jizatannya.





Makassar, 15 oktober 2011
Penyusun






Pengertian I’jaz al-Qur’an
Secara bahasa katai’jaz diambil dari kata‘ajz u yang berarti lemah. I’jaz dapatpula diartikan sebagai kemu’jizatan, yaitu sesuatu yang dapat melemahkan, yangmembuat sesuatu atau pihak lain tak berdaya. Pada dasarnya al-Mu’jiz (yangmelemahkan) itu adalah Allah Swt; yang menyebabkan selainnya lemah sebagaibentuk mubalaghah (penegasan) kebenaran berita mengenai betapa lemahnya orang-orang yang didatangi Rasul untuk menentang mu’jiz tersebut.1
Sesuatu yang dinamakan mu’jizat (melemahkan) karena manusia lemah untukmendatangkan yang sama dengannya atau saingannya, sebab mu’jizat memangdatang berupa hal-hal yang bertentang dengan adat, keluar dari batas-batas faktoryang telah diketahui dan dipahami oleh manusia. Hal-hal luar biasa itu hanya bisaditunjukkan oleh Allah.2
I’jazul Quran (kemu’jizatan al-Qur’an) ialah kekuatan, keunggulan dankeistimewaan yang dimiliki al-Qur’an yang menetapkan kelemahan manusia, baiksecara berpisah-pisah maupun berkelompok, untuk bisa mendatangkan sesuatu ataumenyamainya. Yang dimaksud dengan kemu’jizatan al-Qur’an bukan berartimelemahkan manusia dengan pengertian melmahkan yang sebenarnya. Artinyamemberi pengertian kepada mereka tentang kelemahan mereka untuk mendatangkansesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an; menjelaskan bahwa kitab al-Quran ini haq,dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar3.
Menurut para mutakillimin, mu’jizat adalah sesuatu yang berbeda dengan adatkebiasaan yang terjadi di dunia untuk menunjukkan kebenaran kenabian para Nabi.At-Thusi mendefenisikan mu’jizat sebagai terjadinya sesuatu yang tidak biasa terjadi,atau terjadinya sesuatu yang menggugurkan sesuatu yang biasa terjadi yang disertaidengan perombakan adat kebiasaan sesuai dengan tuntunan.4
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada NabiMuhammad Saw. Ini dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia sepanjang masadan memang beliau diutus oleh Allah untuk keselamatan seluruh manusia. Allahmenjamin keselamatan dan kemurnian al-Quran sesuai dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an dan Kami pula yang menjaganya” (QS. 15:9).
Kemu’jizatan al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah danbalaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya sengaja menantang seluruh manusai dan jin untukmembuat yang serupadengan al-Qur’an5 Alah berfirman:
Artinya: Katakanlah sesungguhnya bila manusia dan jin berkumpul untuk membuat (sesuatu) yang serupa dengan al-Qur’an, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia sekalippun sebagian mereka menjadi penolong yang lain (QS. 17:88).
Al-Qur’an adalah mu’jizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arabuntuk menandingi al-Qur’an padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensiuntuk itu. Ini adalah merupakan bukti tersendiri bagi kelemahan bahasa Arab di masabahasa ini berada puncak kejayaannya.6
Syaikh Muhammad Abduh dalam kitabnya Risalauah Tauhid menerangkanbagaimana dan kemauan bahasa serta sastra Arab pada masa turunnya al-Qur’an yaitual-Qur’an diturunkan pada suatu masa dimana pada masa itu banyak sekali terdapatahli-ahli pidato yang menguasai ilmu retorika dengan bagus. Kemudian ia berkata
mengenai mengenai tantangan al-Qur’an terhadap ahli sastra tersebut;”Benarlah bahwa al-Qur’an itu suatu mu’jizat. Telah berlalu masa yang panjang, telah silihberganti datangnya angkatan demi angkatan, tantangan al-Gur’an tetap berlaku,tetapi tak seorangpun yang dapat menjawabnya....Semua kembali dengan tanganhampa karena lemah dan tiada berdaya. Bu ankah lahirnya kitab al-Qur’an inidibawa oleh seorang Nabi yang buta huruf (ummi), suatu mu’jizat yang terbesaryang dapat membuktikan bahwa ia bukan buatan manusia, memang sebenarnyalahia mu’jizat untuk membuktikan Nabi Muhammad yang terpancar dari ilmu Ilahi”7
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw dan kepada Nabi-Nabiyang lain ada dua jenis:hiss i danmaknawi. Yanghissi, yaitu mu’jizat yang dapatdilihat oleh mata, didengar. Dirasa, dan ditangkap oleh panca indra. Ia sengajaditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dankecerdasannya untuk menangkap keluar biasaan Allah. Yangm aknawi, yaitu mu’jizatyang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indra semata, tapi harus dicapaidengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Hanya orang-orang yang mempunyaiakal sehat dan kecerdasan yang tinggi, mempunyai hati nurani serta berbudi luhursajalah yang mampu menangkap dan memahami kebesaran mu’jizat model ini.
Kedua jenis ini diberikan kepada Nabi Muhammad dan al-Qur’anmengandung keduanya. Bahkan yang maknawi lebih besar porsinya dibandingdengan yang hissi. Al-Qur’an memang dipersiapkan untuk menghadapi danmemgendalikan segala zaman8.
Misteri-misteri yang berhasil disingkapi oleh ilmu pengetahuan modernhanyalah merupakan sebagian kecil dari fenomena alam. Hakikat-hakikat yang tinggiyang terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi Sang Pencipta sanperencanaanNya. Itulah yang dikemukakandan diisyararatkan oleh al-Qur’an secaraglobal9.


Pendapat Para Ulama Tentang I’jaz al-Qur’an
Setelah para ulama sepakat bahwa kemu’jizatan al-Qur’an itu karena dzatnya,serta tidak seorangpun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebandingdengannya, maka pandangan ulama berbeda-beda dalam meninjau segikemu’jizatannya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-Qur’an adalahsesuatu yang terkandung dalam al-Qur’an itu sendiri, yaitu susunan yang asing yangberbeda dengan susunan orang arab pada umumnya.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalmlafadz-lafadznya yang jelas, redaksinya yang bersastra dan susunannya yang indah,karena al-Qur’an sastranya termasuk yang tidak ada bandingannya.
Ulama lain berpendapat bahwakemu’jizatan itu karena al-Qur’an terhinadardari adanya pertentangan, serta mengandung arti-arti yang lembut dan hal-hal yangghaib di luaar kemampuan manusia dan di luar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya, seperti halnya al-Qur’an bersih dan selamat dari pertentangan dan perselisihanpendapat.
Ada lagi yang berpendapat bahwavkemu’jizatan al-Qur’an adalah karena adanya keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yangmenarik yang terkandung dalam al-Qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalammenutup setiap surat10



Segi  Kemukjizatan Al-Qur’an

 Segi bahasa dan susunan redaksinya
Sejarah telah menyaksikan bahwa bangsa Arab pada saat turunnya al-Quran telah mencapai tingkat yang belum pernah dicapai oleh bangsa satu pun yang ada didunia ini, baik sebelum dan seudah mereka dalam bidang kefashihan bahasa (balaghah). Mereka juga telah meramba jalan yang belum pernah diinjak orang lain dalam kesempurnaan menyampaikan penjelasan (al-bayan), keserasian dalam menyusun kata-kata, serta kelancaran logika.11
Oleh karena bangsa Arab telah mencapai taraf yang begitu jauh dalam bahasa dan seni sastra, karena sebab itulah al-Quran menantang mereka. Padahal mereka memiliki kemampuan bahasa yang tidak bias dicapai orang lain seperti kemahiran dalam berpuaisi, syi’ir atau prosa (natsar), memberikan penjelasan dalam langgam sastra yang tidak sampai oleh selain mereka. Namun walaupun begitu mereka tetap dalam ketidakberdayaan ketika dihadapkan dengan al-Quran12
Dari sini bias disimpulkan bahwa setiap perbuatan yang tidak mampu oleh seorang pun, sementara sarana-sarana yang diperlukan secara berlimpah, sedang motivasi juga kuat, maka itu menandakan adanya ketidak mampuan dikerjakannya pekerjaan itu. Dan apabila hal itu telah terbukti, serta kita tahu bangsa Arab telah ditantang al-Quran namun tak mampu menjawabnya, meskipun mereka sangat ingin melakukannya dan memilki sarana yangkuat untuk itu. Maka tahulah kita bahwa tantangan itu merupakan tantangan yang tidak mampu mereka layani.
Selanjutnya apabila ketidakmampuan bangsa Arab telah terbukti sedangkan mereka jago dalam bidang bahasa dan sastra, maka terbukti pulalah kemukjizatan al-Quran dalam segi bahasa dan sastra dan itu merupakan argumenatasi terhadap mereka maupun terhadap kaum-kaum selain mereka. Sebab dipahami bahwa apabila sebuah pekerjaan tidak bias dilakukan oleh mereka yang ahli dalam bidangnya tentunya semakin jauh lagi kemustahilan itu bias dilakukan oleh mereka yang tidak ahli dibidangnya.13
Berkaitan dengan masalah pembuktian akan ketidak mampuan bangsa Arab untuk menyainngi al-Quran para ulama banyak memberikan komentar yang mengisyaratkan adanya perbedaan tentang ihwal ketidakmampuan itu bias terjadi. Secara umum pendapat ulama dalam masalah sebab terjadinya fenomena ketidakmampuan orang Arab untuk menandingi al-Quran ada dua pendapat, yaitu:14
a.     Muncul dari factor i’jaz yang terkait dan inheren dalam al-Quran
b.     Muncul dari luar al-Quran dengan adanya kesengajaan Allah untuk melemahkan orang Arab secara intelektual (sharfah)

 Segi isyarat ilmiah
Pemaknaan kemukjizatan al-Quran dalam segi ilmiyyah adalah dorongan serta stimulasi al-Quran kepada manusia untuk selalu berfikir keras atas dirinya sendiri dan alam semesta yang mengitarinya.15 Al-Quran memberikan ruangan sebebas-bebasnya pada pergulan pemikiran ilmu pengetahuan sebagaimana halnya tidak ditemukan pada kitab-kitab agama lainnya yang malah cenderung restriktif. Pada khirnya teori ilmu pengetahuan yang telah lulus uji kebenaran ilmiahnya akan selalu koheheren dengan al-Quran. Al-Quran dalam mengemukakan dalil-dalil, argument serta penjelasan ayat-ayat ilmiah, menyebutkan isyarat-isyarat ilmiah yang sebagaiannya baru terungkap pada zaman atom, planet dan penaklukan angkasa luar sekarang ini. Diantaranya adalah :
1.     “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya’: 30). Dalam ayat ini terdapat isyarat ilmiah tentang sejarah tata surya dan asal mulanya yang padu, kemudian terpisah-pisahnya benda-benda langit (planet-planet), sebagian dari yang lain secara gradual. Begitu juga di dalamnya terdapat isyarat tentang asal-usul kehidupan yaitu dari air.
2.     “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al-Hijr: 22) ayat ini meberikan isyarat tentang peran angin dalam turunnya hujan begitu juga tentang pembuahan serbuk bunga tumbuh-tumbuhan.
3.     “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka,” (QS. Al-Zalzalah: 6) adanyan pemeliharaan dan pengabadian segala macam perbuatan manusia di dunia. Dan jika ini dapat dilakukan manusia, maka pastilah itu jauh lebih mudah bagi Allah
4.     “Bukan demikian, sebenarnya Kami Kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.” (QS. Al-Qiyamah: 4) dianatara kepelikan penciptaan manusia adalah sidik jarinya. Ayat ini menyebtkan kenyataan ilmiah bahwa tidak ada jari-jari tangan seorang manusia yang bersidik jari yang sama dengan manusia yang lainnya
 Segi pemberitaan yang ghaib
Surat-surat dalam al-Quran mencakup banyak berita tentang hal ghaib. Kapabilitas al-Quran dalam memberikan informasi-informasi tentang hal-hal yang ghaib seakan menjadi prasyarat utama penopang eksistensinya sebgai kitab mukjizat. Akan tetapi pemberian informasi akan segala hal yang ghaib tidak memonopoli seuruh aspek kemukjizatan al-Quran itu sendiri. Diantara contohnya adalah:
a.     Keghaiban masa lampau. Al-Quran sangat jelas dan fasih seklai dalam menjelaskan cerita masa lalu seakan-akan menjadi saksi mata yang langsung mengikuti jalannya cerita. Dan tidak ada satupun dari kisah-kisah tersebut yang tidak terbukti kebenarannya. Diantaranya adalah: Kisah nabi Musa: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?”[62] Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”.(QS. Al-baqarah: 67) Kisah Fir’aun : 4. Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka[1111]. Sesungguhnya Fir’aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al-Qoshosh: 4)
b.     Keghaiban masa sekarang. Terbukanya niat busuk orang munafik di masa rasulullah. 204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.(QS. Al-Baqoroh: 204)
c.     Keghaiban masa yang akan datang. Ghulibatir ruum. Fii adnal ‘ardhii wahum min ba’di ghalibiin sayaghlibun fi bid’i sinin “Bangsa romawi telah di kalahkan. Di negeri yang terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang. Dalam beberapa tahun (lagi), bagi Allah lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang) dan pada (hari kemenangan bangsa romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman” (QS. Ar-Rum 2-4)

 Segi petunjuk penetapan hokum syara’
Diantara hal-hal yang mencengangkan akal dan tak mungkin dicari penyebabnya selain bahwa al-Quran adalah wahyu Allah, adalah terkandungnya syari’at paling ideal bagi umat manusia, undang-undang yang paling lurus bagi kehidupan, yang dibawa al-Quran utnuk mengatur kehidupan amanusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Antara lain contohnya :
a.     Keadilan. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-nahl: 90)
b.     Mencegah pertumpahan darah. “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya[412]. Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”
c.     Pertahanan untuk menghancurkan fitnah dan agresi. “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah: 193)

Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-Qur’an itutampak dalam tiga hak pokok.Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra bahasa Arab.Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang diisyaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.16



[1] Abu Zahra An Najd, AlQur’an dan Rahasia Angka-Angka, terjemah Agus Efendi (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), hlm. 17
[2Muhammad Ali Ash Shabuni, Pengantar Studi AlQuran, terjemah H. Muhammad  Khudhori Umar dan Muh. Matsna HS (Bandung; Al-Ma’arif, 1987), hlm. 102
[3] Ibi d, hlm. 103
[4Abu Zahra An Najd,Op.C i t ., hlm. 17
[5] Tim Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Madinah Al Hijrnawwarah, 1413 H), hlm. 90
[6]  Manna Khalil al Qathtan, Studi Ilmu-Ilmu Al Qur’an, terjemah Mudzakir AS (Jakarta: PT Pustaka Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 380.
[7] Tim Depag RI,Op.Ci t., hlm. 91
[8] KH. Munawar Khalil, Al Qur’an dari Masa ke Masa (t.k: t.p., t.th), hlm. 59-60
[9] Muhammad al Qhazali Khalil, Bedialog dengan Al Qur’an, terjemah Mansyhur Hakim & Ubaidilah
(Bandung; Mizan, 1996), hlm. 76
[10] Muhammad Ali Ash Sabuni,Op.C i t., hlm. 117-118
[11] At-Thbathaba’I, al-Mizan, juz I, halm. 66
[12] Manna’ al-Qathan, Mabahis fi Ulumil Quran, hal. 264-265. tantangan al-Quran pada orang-orang Arab pada saat itu tidak hanya sekali. Pertama tantangan itu berupa undangan bagi orang-orang Arab beserta seluruh keuatan pendudkungnya baik dari jin atau manusia utnk membuat padanan al-Quran (QS. Al-Isro’: 88). Kemudian tantangan itu ditingkatkan menjadi 10 surat (QS. Hud: 13). Pada khirnya tantangan terakhir hanya untuk meniru satu saurat dari al-Quran (QS. Al-Baqarah: 23). Lihat Abdul Qahir al-Jurjani, Dala’ilul I’jaz, hal. 385. dikatakan bahwa al-Quran itu adalam kalam tapi tidak seperti kalam manusia, sehingga para penyair Arab seperti Umrul Qais hanya ahli dalam hal ekspresi kegembiraan serta penggamabaran keelokan wanita, lalu an-Nabigho ahli dibidang syi’ir tentang ekspresi ketakutan, syi’ir al-A’sya paling demonstrative dalam hal penghibaan atau permohonan, sedangkan syi’ir-syi’ir Zuhair hanya piawai dalam penyusunan kata sebagai ungkapan cinta dan pengandaian. Lihat Ibn al-Khatib, al-Furqon, hal. 14
[13] M. Abdul Adzim az-Zarqoni, Manahilul Irfan fi Ulumil Quran, Juz III, hal. 332
[14] Manna’ al-Qathan, Mabahis fi ulumil Quran, halm. 261
[15] Mansur Hasbunabi, al-Kaun wa al-I’jaz fi al-Quran, hlm. 19-20
[16] M. Quraish Shihab, Membumikan Al Qu’an (Bandung; Mizan, 1994), hlm. 62

 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dipaparkan diatas dapat kita ambil kesimpulanbahwasanya I’jazul Qur’an merupakan sebuah kekuatan, keunggulan dankeistimewaan yang dimiliki al-Qur’an dalam menetapkan kelemahan manusia untukbisa mendatangkan sesuatu yang sejenis dengan al-Qur’an. Dengan kemu’jizatan al-Qur’an bereti Allah menunjukkan kepada manusia akan kebenaran Nabi yang haq.
Al Qur’an adalah mu’jizat terbesar yang diberikan Allah Swt kepada NabiMuhammad Saw dengan menantang orang-orang Arab yang memiliki kemampuansastra yang tinggi, namun tak ada satupun yang sanggup menandingi keindahansusunan ayat-ayat al Qur’an. Ini merupakan buktikelemahan bahasa Arab di masabahasa ini berada ipuncak kejayaannya.
Mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi yanglainnya ada dua jenis;Pertama, mu’jizat yang berbentukhiss i, yaitu kemu’jizatanyang dapat dilihat oleh mata, didengar, dirasa serta ditangkap oleh panca indra.
Kedua, mu’jizat yang berbentuk maknawi, yaitu kemu’jizatan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indra, namun bisa ditangkap dengan kecerdasan akal berpikir.’
Kedua mu’jizatan Ini juga dimiliki al Qur’an, bahkan yang maknawi porsinyalebih besar dari pada hissi. Misteri-misteri yang berhasil diungkapkan olehpengetahuan modern hanyalah sebagian kecil dari perencanaan Allah yang telah diisyarat dalam al Qur’an secara global.
Kemu’jizatan al Qur’an itu meliputi tiga aspek,Per tam a, aspek bahasa yangmemiliki keteraturan bahasanya, bunyi pada huruf-hurufnya serta keindahan sastrayang terkandung didalamya.Kedua, aspek ilmiah yang terletak pada teori-teorinyadan ilmu pengetahuan yang mantap dan meyakinkan.Ketiga, aspek tasyri’ yangberperan sebagai penetapan hukum syari’at dan sumber aturan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar