Kamis, 19 Desember 2013

Pidato (Keterbukaan dan Kejujuran)


Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh
Yang terhormat Bapak dosen Bahasa Indonesia
Yang saya banggakan, teman – teman sekalian,
Terlebih dahulu, marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Penyayang yang telah menganugerahkan berbagai kenikmatan kepada kita, terlihat dengan kesehatan, kesempatan, dan kebahagiaan yang kita rasakan hari ini. Karena kemurahan-Nya pula, kita dapat berkumpul di tempat yang penuh mubarokah ini guna melaksanakan kegiatan perkuliahan sebagaimana biasanya. Pada kesempatan kali ini saya akan membawakan sebuah pidato yang bertemakan Keterbukaan dan Kejujuran.
Teman-teman yang saya banggakan,
kejujuran dan keterbukaan sangat diperlukan dalam kehidupan , diamanapun kita berada entah itu kondisi kita sedang bekerja atau sedang melakukan aktifitas apapaun , kita selalu butuh kejujuran dan keterbukaan, kejujuran dan keterbukaan sangat penting dalam dunia kerja. Keterbukaan dan kejujuran bukan sekadar tuntutan akan tetapi juga sebuah hasil. Dalam pembicaraan sosial maupun budaya, keterusterangan dan kejujuran menempati posisi etis yang paling tinggi. Orang akan mendapatkan kedudukan terhormat apabila mampu merefleksikan dirinya atas dua konsepsi di atas. Masyarakat akan salut dengan perilaku itu, menghormatinya dan akan menjadi inspirasi. Itulah yang membuat orang-orang seperti Mahatma Gandhi mendapatkan tempat pada sebagian besar masyarakat dunia, demikian juga dengan Ibu Theresa di India.
Akhir-akhir ini, setelah kasus wisma Atlet Sea Games di Palembang mencuat, kata korupsi begitu populer dan mendapat perhatian di tanah air. Sesungguhnya baik perilaku maupun kata ini, telah populer sejak di zaman Orde Baru. Pada masa itu, kata-kata ini hanya diucapkan secara sembunyi-sembunyi di kalangan terbatas, kecuali di ranah akademis dan kampus. Begitu Orde Baru jatuh, kata ini menjadi demikian terbuka dan ditindaklanjuti oleh pemrintah pengganti Orde Baru. Dan sampai sekarang perjuangan untuk memberantas itu tidak pernah berhasil, pasti ada masalah di negara kita. Lalu dimanakan persoalannya?

Sekali lagi, mencari jawabannya tidaklah terlalu susah. Kita mempunyai persoalan antara kejujuran dan keterbukaan. Kita tidak bisa berlaku jujur baik untuk diri kita sendiri, lingkungan maupun untuk negara bangsa. Itu telah melingkupi perilaku seluruh komponen bangsa. Kita tidak mampu menjiwai ajaran budaya nasional kita yang menekankan kejujuran. Pancasila telah memberikan nilai itu pada sila keadilan sosial yang ditopang oleh nilai berketuhanan. Banyak di antara kita telah lupa nilai-nilai nasional tersebut.
Jadi, bagaimana membangun sebuah budaya keterbukaan ?
Budaya keterbukaan tidak ada dengan sendirinya, budaya ini terlalu kuat dalam sebuah organisasi apa pun, dan pemimpin harus bisa menjadi role model bagi budaya keterbukaan.  Pemimpin harus mau berbagi informasi, mencari counterargument dari bawahannya, mengakui kesalahan, dan berusaha berperilaku sesuai dengan norma seorang pemimpin inginkan dari orang lain untuk berperilaku.
Dua hal yang menjadi inti dari budaya keterbukaan yaitu pertama, pemimpin harus berkata sejujur-jujurnya tanpa mengubah-ubah isi yaitu ketika pemimpin tersebut mengeluarkan pernyataan kepada semua level di organisasi, sehingga pengikut atau bawahannya berusaha mati-matian memberikan yang terbaik kepada organisasi untuk mencapai tujuan bersama.
Yang kedua, adalah pemimpin harus mendorong pengikut atau bawahannya untuk berkata yang sebenarnya.  Kebenaran membutuhkan dua hal dalam penyampaiannya yaitu orang yang mau mendengarkan dan orang yang berani mengatakannya. Jangan sampai menyampaikan kebenaran mendapatkan teror dari atasan yang menyebabkan bawahan atau pengikut tidak ingin berkata yang sebenarnya kepada dunia atau lebih spesifik kepada kepentingan organisasinya.
Teman-teman sekalian yang saya banggakan,
Untuk itu marilah kita bangun keterbukaan dan kejujuran dimanapun kita berada, baik di sebuah organisasi, komunitas, tim,  lembaga negara, kampus, bahkan keluarga. Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan apabila ada kesalahan dalam bertutur kata, saya mohon maaf. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalaamu’alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar