Setelah memahami
berbagai asumsi dasar serta bentuk model linear programming yang dikemukakan
pada bagian terdahulu, langkah berikutnya adalah mulai mencoba memahami
berbagai persoalan dasar yang dapat dipakai sebagai titik tolak pemahaman
tehnik linear programming ini. Persoalan dasar pertam sebagai dasar, sering
disebut sebagai permasalahan dengan jawaban tunggal seperti tampak berikut ini
:
Persoalan pertama
:
Pabrik baja
“Baja Sari “ mempunyai 18 ton bahan mentah untuk diproses. Pimpinan pabrik
menyetujui sebuah kontrak pembuatan 7,6 mur dan baut dari bahan yang tersedia.
Selama proses produksi berlangsung, 5% bahan baja menghilang (dalam proses).
Selain membuat mur dan baut, Baja Sari dapat menjual besi baja (berwujud bahan
mentah) ke pabrik lain. Berapa jumlah besi baja yang dapat dijual sebagai bahan
mentah, sementara kontrak tetap berjalan ?
Persoalan diatas
merupakan suatu persoalan yang sangat sederhana. Variabel yang dikandungnya
hanya sebuah, dan dapat dihitung dengan mudah. Misalkan besi baja yang dapat
dijual berwujud bahan mentah adalah X ton. Sehingga pabrik tersebut mempunyai
(18-x) ton besi baja yang dapat diproses menjadi baut dan mur. Tetapi 5% hilang
selama proses berlangsung sehingga jumlah sesungguhnya baja yang dapat diproses
menjadi mur dan baut adalah sebanyak :
(18
- x) -
Atau
(18 - x)
Jumlah
ini adalah sama dengan 7,6 ton mur dan baut yang dihasilkan. Sehingga diperoleh
persamaan:
(18 - x) = 7,6
18 – x =
X = 10
Jadi
besi baja yang dapat dijual berwujud bahan mentah adalah sebanyak 10 ton.
Setelah
memahami persoalan yang sederhana diatas, selanjutnya kita membicarakan
persoalan yang lebih kompleks. Pada persoalan diatas, x merupakan variabel
tunggal. Pada persoalan berikut, kita akan menghadapi persoalan dua variabel,
sehingga memerlukan perhitungan-perhitungan yang lebih lengkap.
Persoalan
2 :
Pak W adalah
seorang petani yang cukup kaya. Ia mempunyai 40 area tanah pertanian. Tanahnya
terdiri dari 2 jenis. Sebagian berupa tanah kering dan sebagian berupa tanah
basah. Ia menanami seluruh tanah kering dan separuh tanah basah yang
dimilikinya dengan jagung.
Penghasilan
yang didapat adalah :
Rp
1.200 dari setiap area tanah basah
Rp 800 dari setiap area tanah kering
Apabila
dijumlahkan, seluruh penghasilannya adalah Rp 27.000. berapa luas masing-masing
jenis tanah yang dimiliki pak W ?
Persoalan
ini mempunyai dua variabel yakni x (tanah basah) dan y (tanah kering). Karena
luas seluruhnya 40 are, maka dapat ditulis sebuah persamaan :
X
+ y = 40 ............ (1)
Karena
pak W menanami separuh tanah basah dan seluruh tanah keringnya, dimana
penghasilan dari setiap are tanah basah adalah Rp 1.200 dan setiap are tanah
kering adalah Rp. 800 serta jumlah penghasilan adalah Rp. 27.000 maka dapat
ditulis sebuah persamaan:
1200
() + 800 (y) = 27000
Atau
600x
+ 800y = 27000........ (2)
Nilai
x dan y dapat dihitung dengan menghubungkan kedua persamaan diatas :
Persamaan
1 : x + y = 40......................... x 600
2 : 600x + 800y = 27000.........x 1
600x + 800y = 24000
600x
+ 800y = 27000
200y = 3000
Y = 15
X = 40 – 15 = 25jadi,
Jadi,
pak W mempunyai 15 are tanah kering dan 25 are tanah basah.
Persoalan-persoalan
1 dan 2 diatas dikatakan sebagai suatu persoalan yang mempunyai jawaban
tunggal.
Umpamanya
: tanah kering pak W 15 are, jawaban ini sudah pasti dan tidak ada jawaban
lain. Seandainya ada tanah kering seluas 16 are atau 14 are tentunya bukan
milik pak W.
Berikut
ini kita akan menemukan persoalan-persoalan yang lain biasanya persoalan ini
disebut permasalahan dengan jawaban gambar. Untuk menjawab pertanyaan itu,
sebaiknya kita coba pahami persoalan berikut ini :
Persoalan
3
Pabrik
baja BAJA SARI mempunyai bahan mentah besi baja sebanyak 18 ton yang siap untuk
diproses. Pimpinan pabrik telah menyetujui sebuah kontrak untuk pembuatan
sekurang-kurangnya 7,6 ton mur dan baut dari bahan yang tersedia. Selama
produksi berlangsung, 5% baja hilang (dalam proses). Selain membuat mur dan
baut pabrik baja BAJA SARI dapat menjual besi baja (berwujud bahan mentah) ke
pabrik lain. Berapa jumlah maksimum besi baja yang dapat dijual sebagai bahan
mentah sementara kontrak tetap berjalan ?
Sepintas
lalu tampak seolah-olah persoalan 3 adalah sama dengan persoalan 1 yang telah
disajikan dimuka. Tetapi sebetulnya tidak. Antara persoalan 1 dan persoalan 3
terdapat perbedaan yang jelas. Pada persoalan 3 kita diperkenalkan dengan
kata-kata “sekurang-kurangnya” dan “jumlah maksimum” yang tidak terdapat pada
persoalan 1.
Perhatikan
kata : sekurang-kurangnya 7,6 ton. Perkataan tersebut memberikan arti bahwa
pabrik tersebut boleh membuat mur dan baut berapun asal tidak kurang dari 7,6
ton.
a.
Seandainya pabrik itu
menghasilkan 7,6 ton maka bahan mentah yang diperlukan dapat dihitung sebagai
berikut :
Misalkan
bahan mentah yang diperlukan adalah x ton, karena5% hilang dalam proses berarti
yang menjadi mur dan baut adalah 95%
Sehingga
: 0,95 x = 7,6
X = 8 ton
Dengan
demikian besi baja yang dapat dijual berwujud bahan mentah adalah sebanyak :
(18
- 8) ton atau 10 ton
Apabila
pabrik menggunakan semua bahan mentah yang tersedia untuk menghasilkan mur dan
baut, akan dihasilkan mur dan baut sebanyak :
(0,95
x 18) ton atau 17,1 ton
Besi
baja yang dpat dijual berwujud bahan mentah sudah tidak ada persoalan ini
digambarkan sebagai berikut:
A B C
0 2 4 8 10 12 14 16 18
Keterangan
:
1.
Karena pabrik harus menghasikan
sekurang-kurangnya 7,6 ton mur dan baut,
yang membutuhkan 8 ton bahan mentah, maka garis AB adalah jumlah bahan
menhtah minimun yang diperlukan untuk produksi
2.
Karena bahan mentah yang tersedia adalah 18 ton,
maka jumlah yang dapat dipakai sebagai bahan mentah paling banyak adalah 10
ton. Atau : jumlah maksimum yang dapat dijual dalam bentuk bahan mentah adalah
10 ton ditunjukkan oleh garis BC.
Pada persoalan 3 diatas kita sudah mulai dihadapkan pada masalah
yang misasi, yakni berupa pemilihan kombinasi tang terbaik antara bahan mentah
yang akan diproses menjadi baut dan mur dan bahan mentah yang akan dijual
kepada perusahaan lain.
Persoalan diatas dikatakan sebagai suatu : permasalahan dengan
jawaban ganda. Tidak ada suatu jawaban pasti berapa jumlah yang dapat dijual
oleh pabrik baja BAJA SARI berwujud bahan mentah. Pabrik dapat menjual sebanyak
1, 2, 3, sampai 10 ton. Untuk lebih jelas, kirta tinjau persoalan berikut ini.
Persoalan 4 :
Pak W adalah seorang petani yang cukup kaya, ia mempunyai 40 are
tanah yang terdiri dari :
25 are tanah
basah, dan
15 are tanah
kering
Ia mempertimbangkan untuk menanami seluruh tanah kering dan
sebagian tanah basah yang dimilikinya dengan jagung. Untuk itu ia membutuhkan
perlengkapan-perlengkapan seperti traktor tangan, dan lain-lain. Untuk membeli
perlengkapan-perlengkapan tersebut, dipinjamnya uang dari sebuah bank. Bank
meminta jaminan berupa tanah basahnya yang tidak ditanami. Jumlah pinjaman
dihitung berdasarka luasnya jaminan dari setiap are tanah basah sebagai
jaminan, ia akan menerima Rp 480,-
Pendapatan
yang diharapkannya adalah :
Rp 1200 dari
setiap are tanah basah, dan
Rp 800 dari setiap tanah kering
Sedangkan
modal yang dibutuhkan adalah
Rp
240 untuk setiap tanah basahn, dan
Rp
200 untuk setiap tanah kering
Apabila
pak W mengharapkan pendapatan yang maksimum, berapa are tanah basah miliknya
yang harus dijadikan jaminan ?
Persoalan 4 ini mulai secara
jelas mengemukakan suatau masalah imisasi, yang berupa maksimasi keuntungan.
Perhatikan perhitungan-perhitungan berikut:
Pendapatan
bersih setiap are tanah basah adalah Rp 1200 – Rp 240 = Rp 960. Sedangkan pada
setiap are tanah kering adalah Rp (800 - 200) = Rp 600. Luas tanah yang akan
dijadikan jaminan pinjama pada bank adalah x are, sehingga besarnya pinjaman
yang akan diberikan bank adalah sebesar Rp 480x
Karena
setiap are tanah basah membutuhkan modal sebesar Rp 240 dan setiap are tanah
kering sebesar Rp 200 maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut :
(25 - x) 240 + (15)(200) = 480x
600
– 240x + 300 = 480x
9000 = 720x
X = 12,5
Jadi,
luas tanah basah yang harus dijadikan jaminan agar mendapatkan yang maksimum
adlah seluas 12,5 are. Berapa pendapatan tersebut ?
Tanah
basah yang digarap tinggal seluas (25 – 12,5) are = 12,5 are. Tanah kering
seluas 15 are. Karena tingkat pendapatan per are tanah basah adalah Rp 1200 dan
Rp 800., untuk setiap are tanah kering maka pendapatannya:
(12,5)(1200)
+ (15)(800)
15000
+ 12000 = Rp 27000
Tentu
saja pak W dapat menggunakan lebih dari 12,5 are tanah basahnya sebagai jaminan
untuk memperoleh pinjaman yang lebih besar. Tetapi akibatnya, luas tanah yang
digarapnya akan berkurang, dan pendapatan totalnya juga akan berkurang.
Bukti
:
Andaika
luas tanah basah yang dijadikan jaminan adalah 20 are. Sehingga pinjaman dari
bank adalah Rp (20 x 480) = Rp 9600. Jumlah ini lebih besar daripada modal
pinjaman yang diperoleh dengan jamina 12,5 are tanah basah, yakni (12,5 x 480)
sebesar Rp 6000. Tetapi luas tanah garapannya akan berkurang menjadi :
(25
- 20) = 5 are tanah basah, dan
15
are tanah kering
Hingga
pendapatan totalyang akan diperolehnya menjadi
(5)(1200)
+ (15)(800)
6000
+ 12000 = Rp 18000
Sebaliknya,
bila pak W menggunakan tanah basahnya sebagai jaminan dengan luas kurang dari
12,5 are, maka ia akan kekurangan modal, dan akhirnya total pendapatan akan
berkurang juga.
Dari
keempat persoalan sederhan diatas dapat ditarik suatu gambaran persoalan
sederhanan yang dipecahkan secara matematis. Tentusaja persoalan yang timbul
seringkali tidak sesederhana contoh tersebut. Persoalan yang timbul
kadang-kadang memaksa seseorang untun menggunakan perhitungan-perhitungan yang
lebih rumit. Akibatnya, untuk persoalan-persoalan tersebut diperlukan alat alat
analisa yang lebih lengkap seperti tehnik linear programming yang sedang
dibicarakan ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar