DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
BAB II :
PEMBAHASAN
2.1 UANG ………………………………………………………………………………………....
2.2 PASAR BEBAS ………………………………………………………………………………
2.3 DEPRESIASI RUPIAH ……………………………………………………………………….
2.4 PENGARUH FLUKTUASI MATA UANG TERHADAP PEREKONOMIAN ……………..
BAB III : PENUTUP
………………………………………………………………………………………
3.1 KESIMPULAN ………………………………………………………………………………
3.2 SARAN ………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perekonomian Indonesia pada saat ini dihadapkan dengan sistem perdagangan
bebas. Padahal Indonesia belum siap menghadapi perdagangan bebas, sebab
nilai-nilai dasar seperti kejujuran, disiplin, visioner, kerjasama, tanggung
jawab, peduli dan adil, belum menjadi landasan para pelaku industri atau
ekonomi. Jadi rakyat, para pelaku industri dan ekonomi di Indonesia tidak siap
untuk menerima perdagangan bebas.
Berdasarkan data menurut Periode 2009 bahwa di Indonesia hanya terdapat 7%
generasi muda yang memiliki mental menjadi pengusaha. Selebihnya lebih suka
menjadi budak, hal ini disebabkan kurikulum pendidikan yang telah menjiwai
masyarakat sejak duduk di bangku sekolah sampai kuliah. Pada akhirnya
pengenalan dunia usaha dan kebijakan dari iklim usaha tidak tertanam sejak
dini.
Pemerintah hanya mampu menggerakkan roda ekonomi sekitar 15% saja,
selebihnya para pengusaha hitam pelaku economic animal yang menguasai
perindustrian dan ekonomi negeri ini. Estafet kewirausahaan tidak ada, maka
perdagangan bebas akan dengan cepat menaklukan Indonesia di bawah penjajahan
Cina nantinya, sebagaimana VOC pada dahulu kala mengembara ke negeri untuk
berdagang berubah menjadi penjajah.
Perdagangan bebas berpengaruh pada produk lokal yang harus menghadapi
serbuan produk negara lain yang mungkin lebih berkualitas dan murah. Ketika
produk lokal suatu negara tidak bernilai tambah, konsekuensinya akan tergilas
oleh produk asing. Kondisi semacam inilah yang dicemaskan Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Indonesia. Oleh sebab itu, pada pertengahan September 2009
dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kadin Indonesia Bidang Perdagangan
dan Distribusi 2008. Lembaga ini mencoba mengusung kembali isu nasionalisme
yang dikaitkan dalam era perdagangan bebas. Bagi Kadin, hal itu sangat
penting agar Indonesia bisa menghadapi tantangan aktual pada saat ini dan di
masa depan. Sejatinya, slogan "cinta produk dalam negeri" sudah sejak
lama dikampanyekan. Namun, slogan itu hingga kini masih sebatas "kata
manis di bibir" saja. Isu ini pun dianggap penting karena untuk wilayah
ASEAN saja, produk Indonesia dianggap belum mampu bersaing. Sebab, bagi negara
yang sudah siap pun, kebijakan tersebut merupakan prasyarat utama
keberhasilan mereka dalam perdagangan bebas. Mereka terlebih dahulu
memproteksi produk dalam negeri, baru kemudian bermain di pasar dunia. Akhirnya
banyaknya hambatan dan beban dalam aliran barang dan jasa dalam negeri,
hal ini menuntut dilakukannya reformasi birokrasi dan penyediaan
infrastruktur pelabuhan, jalan tol, guna memperlancar arus barang.
Di samping itu, masih sulitnya pemerintah Indonesia untuk mempercayai
pribumi dalam hal memberikan kemudahan pinjaman modal usaha walau hanya
setingkat UKM saja, padahal terhadap pengusaha cina, segenap kemudahan
diberikan kepada mereka, walau telah berulang kali tertipu, sebagaimana kasus
Bank Century belakangan ini, terjadi karena begitu percaya dan cintanya
pemerintah negeri ini kepada pengusaha yang berdarah cina. Secara gambaran
besarnya perdagangan bebas dengan China adalah pengulangan kembali sejarah
penjajahan VOC terhadap negeri ini. Maka tunggu akibat dari semua ini, kematian
yang semakin cepat, rakyat akan semakin melarat.
Para pelaku perdagangan bebas tidak akan dapat mengerti atau bahkan
tidak mengerti bahwasanya satu negeri atau kelompok masyarakat dapat
seketika bertumbuh menjadi kaya dengan merugikan negeri atau kelompok lain,
satu kelas dapat merugikan kelas yang lainnya. Karena dalam perdagangan bebas
tidak berlaku lagi kebijakan proteksionis yang bersifat konservatif,
sedangkan sistem perdagangan bebas adalah destruktif. Sehingga akan mampu
membongkar bangunan kebijakan pro rakyat dan negara, pro buruh, sehingga dengan
keadaan itu tergiringlah antagonisme kaum miskin.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Melihat permasalah pada latar belakang maka kami dapat mengambil
beberapa rumusan masalah, yaitu :
1.
Bagaimana analisa tentang uang dan fungsinya dalam perekonomian
2.
Bagaimana analisa pasar bebas mengenai cirri-ciri, dan dampaknya
dalam perekonomian
3.
Depresiasi rupiah terhadap perekonomian
4.
Pengaruh fluktuasi mata uang terhadap perekonomian
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 UANG
Uang
dalam ilmu ekonomi tradisional
didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat
tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses
pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu
ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara
umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan
jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran utang.Beberapa ahli
juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Sedangkan
Uang dalam ekonomi modern didepenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a.
A.C Piguo dalam
bukunya The Veil Of Money yang dimaksud uanga adalah alat tukar.
b.
\D.H Robertson
dalam bukunya Money yang dimaksud dengan uang adalah sesuatu yang bisa diterima
dalam pembayaran untuk mendapatkan barang.
c.
R.G Thomas
dalam bukunya Our Modern Banking menjelaskan bahwa uang adalah
seseuatu yang tersedia dan diterima umum sebagai alat pembayaran bagi pembelian
barang-barabg dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya.
Keberadaan
uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter yang lebih
kompleks, tidak efesien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern
karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan
pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efesiensi yang didapatkan
dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian
tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.
Pada
awalnya di Indonesia, uang —dalam hal ini uang kartal— diterbitkan
oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak
dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk
mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai
satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan
uang itu disebut dengan hak oktroi.
Fungsi asli uang ada tiga, yaitu sebagai alat tukar, sebagai satuan hitung, dan
sebagai penyimpan nilai. Fungsi turunan uang yaitu, uang sebagai alat
pembayaran yang sah, alat pembayaran utang, alat penimbun kekayaan, alat pemindah kekayaan, alat pendorong kegiatan ekonomi.
Uang adalah salah satu topik utama dalam
pembelajaran ekonomi dan finansial. Monetarisme adalah sebuah
teori ekonomi yang kebanyakan membahas tentang permintaan dan penawaran uang.
Sebelum tahun 80-an, masalah stabilitas permintaan uang menjadi bahasan utama
karya-karya Milton Friedman, Anna
Schwartz, David
Laidler, dan lainnya.
Semua aspek kehidupan manusia dalam peradaban
modern saat ini tidak terlepas dan ditopang sepenuhya oleh uang.tidak ada satu
peradaban pun di dunia ini yang tidak mengenal dan menggunakan uang.Kalaupun
ada maka perekonomian dalam peradaban tersebut pasti stagnan dan tidak
berkembang.
Peran uang dalam perekonomian bias diibaratkan
seperti darah dalam tubuh manusia.Tanpa darah ,manusia seakan-akan hendak
mati.Kekurangan uang diibaratkan kekurangan darah yang mengakibatkan gairah
hidup yang turun dan melemah , yang pada akhirnya manusia menjadi
sakit-sakitan.Abraham H.Maslow dalam teori motivasainya menyatakan bahwa
kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan fisik.Kebutuhan fisik
manusia antara lain barang dan jasa.Untuk memenuhi kebutuhan akan barang dan
jasa tersebut,cara yang paling mudah adalanh dengan memiliki sesuatu yang
disebut uang. Karena uanga adala
seseuatu benda yang diterima dan digunakan secara umum sebagai alat yang
memudahkan proses transaksi dalam memenuhi kebutuhan manusia berupa barang dan
jasa.Sehingga secara tidak langsung juga dapat dikatakan bahwa kebutuhan
yang paling mendasar dalam perekonomian dan kehidupan sosialnya adalah uang
Uang yang semula dimaksudkan berfungsi sebagai
alat tukar dan standar satuan nilai ternyata juga berdampak terhadap
fokusbudaya manusia ketika uang diaplikasikan sebagaiproperti yang menentukan
martabat seseorang di tengah masyarakat.Dalam sejarahnya peranan dan fungsi
uang telah berkembang secara pesat tanpa mengenal batas ras,bangsa, da Negara
sehigga uang telah memberikan andil yang sangat penting dalam proses
perkembangan peradaban manusia secara global.Aphra Behn seorang dramawan abad
ke-17 menulis dalam bukunya The Rovers”Uang berbicara dalam bahasa yang bias
dimengerti oleh semua bangsa”.
Uang memang benda mati,namun ternyata ia bias
mengembalikan hidup manusia.Ini bisa terjadi jika manusia lupa akan fungsi dan
peran uang yang sesungguhnya.Dengan uang napas hidup perekonomian suatu Negara
dapat terlihat. Dengan uang manusia bias membeli rasa
aman,bersosislisasi,dihargai dan dihormati.Dengan uang manusia bias
mengaktualisasikan dirinya.
Peranan uang dalam
perekonomian yaitu :
a) Memudahkan pertukaran barang dan jasa.
b) Mempersingkat waktu dan usaha yang di perlukan untuk melakukan perdagangan
a) Memudahkan pertukaran barang dan jasa.
b) Mempersingkat waktu dan usaha yang di perlukan untuk melakukan perdagangan
2.2 PASAR BEBAS
2.2.1 PENGERTIAN PASAR BEBAS
Perdagangan
bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu penjualan produk antar negara
tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan bebas
dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang
diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan
perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Dalam pasar
bebas yang ada hanyalah persaingan, pasar bebas merupakan pasar dimana harga
barang dan jasa disusun secara lengkap oleh ketidak saling memaksa yang
disetujui para penjual dan pembeli, ditetapkan umumnya oleh hukum penawaran dan
permintaan dengan tanpa campur tangan pemerintah dalam regulasi harga,
penawaran dan permintaan. Dalam etika pasar islami, ekuiblirium sebagai titik
pertemuan persamaan hak antara pembeli dan penjual. Hak pembeli untuk
mendapatkan barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari
barang yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing
pihak harus terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban penjual untuk membuat produk
berkualitas dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang tang sepantasnya
sebagai pangganti harga barang yang diperoleh.
2.2.2 SISTEM PEREKONOMIAN PASAR BEBAS
Dalam teori
ekonoi dan dalam keadaan yang sebenarnya sistem pasar bebas atau laissez-faire
merupaka sistem ekonomi yang paling ideal. Oleh sebab itu pada masa ini semaki
banyak negara yang melaksanakan sistem ini dengan sebaik-baiknya. Uraian
berikut menerangkan ciri asa sistem itu, dan bagaimana sistem ini mengatasi
masalah-masalah pokok dalam masalah perekonomian.
Kata laissez
faire sendiri berasal dari bahasa perancis yang artinya “biarkan mereka
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginan mereka”.maka pada hakekatnya
dalam sistem laissez-faire anggota masyarakat diberikan kebebasan yang
sepenuh-penuhnya untuk menentukan kegiatan ekonomi yang ingin mereka lakukan.
Filsafat atau ideologi yang menjadi landasan kepada sistem ekonomi seperti itu
adalah keyakinan bahwa apabila setiap unit pelaku kegiatan ekonomi diberi
kebebasan untuk melakuan kegiatan-kegiatanyang akan memberikan keuntungan
kepada dirinya,maka pada waktu yang sama masyarakat akan memperoleh keuntungan
juga.
2.2.3 CIRI-CIRI DAN DAMPAK PASAR BEBAS
Ciri-ciri
sistem ekonomi pasar bebas adalah sebagai berikut:
a.
Alat dan sumber produksi dapat dimiliki dan diatur oleh
perseorangan, masyarakat, atau perusahaan.
b.
Terdapat pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kelas pekerja atau
buruh dan kelas pemilik modal.
c.
Terjadi persaingan diantara para pengusaha untuk memperoleh laba
atau keuntungan sebesar-besarnya (profit motive).
d.
Pemerintah tidak melakukan campur tangan dalam pasar. Campur tangan
negara dibatasi hanya pada hal-hal yang tidak dapat diusahakan oleh swasta
tetapi menjadi syarat terselenggaranya pasar bebas, misalnya keamanan negara.
Kelebihan sistem ekonomi
pasar bebas adalah sebagai berikut:
a. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi.
b. Inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan.
c. Terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu.
d. Efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi.
a. Setiap individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi.
b. Inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat dikembangkan.
c. Terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang bermutu.
d. Efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada prinsip ekonomi.
Kelemahan sistem ekonomi
pasar bebas adalah sebagai berikut:
a. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak
yang kuat ekonominya.
b. Menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat.
c. Munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah.
d. Perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
b. Menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat.
c. Munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah.
d. Perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
2.3 Depresiasi Rupiah
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS, menjadi momok bagi perekonomian nasional. Masa depan ekonomi seolah suram
manakala dolar AS menjadi semakin mahal. Padahal, sejatinya tidak demikian.
Depresiasi atau melemahnya mata uang terhadap mata uang jangkar, bisa berbuah
berkah, sejauh negara itu mampu memanfaatkannya untuk mendorong ekspor.
Itulah yang dialami Tiongkok. Di saat negara
lain, termasuk Indonesia, mati-matian mempertahankan level nilai tukar mata
uangnya agar tidak terpuruk terhadap dolar AS, sebaliknya Tiongkok justru
mendapat tekanan agar mengapresiasi nilai tukar yuan. Sebab, kebijakan Beijing
sejak 1994 yang nilai tukar mematok yuan terhadap dolar AS, bahkan di bawah
nilai riilnya, membuat produk ekspornya merajai pasar dunia, karena harganya
lebih murah ketimbang produk dalam negeri sebuah negara.
Lain halnya dengan Indonesia. Pekan lalu, nilai
tukar rupiah dilanda turbulensi hingga mengalami depresiasi hebat, hingga
menembus level Rp 11.000 per dolar AS. Kurs rupiah semakin menjauh dari asumsi
yang dipatok pada APBN Perubahan 2013, yakni Rp 9.600 per dolar AS. Senasib
dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
juga terjerembab hingga ke level 4.100, dari awal pekan lalu di level 4.500.
Faktor utama buruknya dua indikator kunci di
pasar tersebut adalah akibat defisit neraca perdagangan yang besar. Nilai
ekspor nasional menurun, di sisi lain impor melonjak. Sektor manufaktur yang
rapuh, yang didominasi ekspor bahan mentah, dan impor yang didominasi bahan
modal dan konsumsi, membuat neraca perdagangan nasional mencatat defisit yang
sangat besar. Selama semester pertama tahun ini, defisit neraca
perdagangan mencapai US$ 3,3 miliar.
Dari fakta ini menunjukkan bahwa sektor
industri sangat menentukan daya tahan perekonomian. Industri yang kuat, membuat
ekonomi akan mampu bertahan dari turbulensi. Nilai tukar mata uang dan indeks
harga saham, dua elemen dalam perekonomian yang sangat dipengaruhi persepsi
pasar, menjadi tidak signifikan menghadapi sektor industri yang solid.
Dari berbagai pengalaman selama ini, reaksi
pasar yang negatif, yang terkonfirmasi dari pergerakan rupiah terhadap dolar AS
dan IHSG, membuat perekonomian Indonesia sangat rentan. Tak jarang, persepsi
negatif yang berlebihan, mengabaikan fundamental ekonomi yang sesungguhnya, dan
sangat berpotensi membuat perekonomian masuk ke lembah krisis.
Berbagai paket kebijakan penangkal krisis,
sebagaimana yang diluncurkan pemerintah dan otoritas terkait lainnya, akhir
pekan lalu, hanya obat sesaat untuk mencegah perekonomian jauh lebih dalam.
Paket kebijakan yang berisi stimulus baik di sektor riil maupun sektor
keuangan, belum menyentuh akar perekonomian yang sesungguhnya. Dengan
pengalaman tersebut, sudah saatnya pemerintah serius memperkuat sektor industri
dalam negeri. Dalam hal ini, Tiongkok bisa menjadi rujukan. Negara itu terbukti
mampu bertahan dari krisis, bahkan kini mencatat pertumbuhan paling pesat, dan
menjadi macan ekonomi dunia. Kunci sukses Tiongkok yakni memiliki sektor
industri yang sangat kuat.
Tiongkok seolah tak pernah risau dengan persepsi
pasar. Sebab, pasar sesungguhnya telah mengidentifikasi bahwa struktur industri
telah membentuk fundamental yang kokoh. Tiongkok justru menikmati berkah
tatkala nilai tukar mata uangnya melemah, bahkan dengan sengaja menempuh
kebijakan itu sehingga kini menjadi kekuatan baru di perekonomian global.
Dengan jumlah penduduk terbesar, yakni 1,3 miliar jiwa, Tiongkok sadar bahwa
dirinya menjadi pasar yang empuk bagi serbuan produk impor, jika tidak memiliki
industri dalam negeri yang kokoh. Pilihan kebijakannya pun jitu, yakni
membangun industri dalam negeri.
Indonesia harus belajar dari pengalaman
Tiongkok. Pemulihan dan penguatan ekonomi harus memanfaatkan peluang depresiasi
mata uang. Depresiasi rupiah saat ini, seharusnya bisa memberi dampak positif
bagi perekonomian. Sebab, produk dalam negeri berkesempatan memperbesar volume
dan nilai ekspor, serta berkesempatan melakukan penetrasi ke pasar dalam negeri
secara lebih luas.
Namun, harus diakui, peluang untuk memetik
manfaat dari depresiasi tersebut belum optimal. Penyebabnya, pertama,
jerat kebergantungan pada produk impor telanjur mendalam, sehingga sekian lama
mematikan produksi dalam negeri. Contohnya, produk bahan pangan dan barang
konsumsi. Kedua, kebergantungan yang sangat besar pada bahan baku impor.
Ketiga, ekonomi biaya
tinggi membuat sektor industri tidak efisien. Hal itu membuat produk dalam
negeri kehilangan daya saing. Menyikapi kenyataan tersebut, pemerintah harus
konsisten membangun industri dalam negeri. Hal itu agar fundamental perekonomian
tak rentan oleh reaksi pasar yang dikendalikan oleh persepsi.
Fluktuasi mata uang adalah hasil alami dari
sistem nilai tukar yang berubah-ubah yang merupakan norma dari sebagian besar
perekonomian utama. Nilai tukar satu mata uang terhadap yang lain dipengaruhi
oleh berbagai faktor fundamental dan teknis. Termasuk diantaranya jumlah
pasokan dan permintaan dari dua mata uang tersebut, kinerja ekonomi, prospek
inflasi, perbedaan suku bunga, arus modal, dukungan teknis dan tingkat
resistensi, dan sebagainya. Karena faktor-faktor ini umumnya dalam keadaan
fluks terus-menerus maka nilai mata uang berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Namun, walaupun tingkat mata uang sebagian besar seharusnya ditentukan oleh
ekonomi yang mendasarinya, hal ini sering berubah-ubah, karena gerakan besar dalam
mata uang juga bisa mendikte nasib perekonomian suatu negara.
Jangkauan
dari Efek Mata Uang
Sedangkan dampak perputaran mata uang terhadap
perekonomian jauh jangkauannya, kebanyakan orang justru tidak terlalu
memperhatikan nilai tukar mata uang karena sebagian besar bisnis dan transaksi
mereka dilakukan dengan mata uang domestik . Untuk sebagian konsumen, nilai
tukar hanya diperlukan untuk kegiatan atau transaksi tertentu seperti misalnya
bepergian ke luar negeri, pembayaran barang impor atau pengiriman uang
luar negeri sesekali waktu.
Kesalahan umum yang biasanya terjadi adalah
dengan menganggap bahwa mata uang domestik yang kuat merupakan hal yang baik
bagi perekonomian suatu negara, karena dengan begitu orang memerlukan biaya
yang lebih murah untuk melakukan perjalanan ke Eropa, misalnya, atau untuk
membayar sebuah produk impor. Pada kenyataannya, mata uang yang terlalu kuat
dapat memberikan hambatan yang signifikan terhadap perekonomian dasar dalam
waktu jangka panjang, karena seluruh industri yang ada justru tidak kompetitif
dan ribuan pekerjaan hilang. Sementara konsumen meremehkan melemahnya mata uang
domestik karena akan membuat biaya perjalanan ke luar negeri dan belanja impor
lebih mahal, malahan mata uang yang lemah justru dapat menghasilkan manfaat
ekonomi yang lebih.
Nilai mata uang domestik di pasar valuta asing
merupakan instrumen penting dalam sistem bank sentral, serta merupakan
pertimbangan utama ketika bank sentral hendak menetapkan kebijakan moneter.
Langsung atau tidak langsung, oleh karena itu, tingkat mata uang mempengaruhi
sejumlah variabel ekonomi utama. Mereka mungkin memainkan peran dalam tingkat
bunga yang Anda bayar untuk kepemilikan hipotek Anda, hasil portofolio
investasi Anda, harga bahan makanan di supermarket lokal, dan bahkan prospek
pekerjaan Anda.
Dampak
Mata Uang terhadap Perekonomian
Tingkat sebuah mata uang memiliki dampak
langsung pada aspek-aspek ekonomi berikut ini:
Perdagangan barang: Perdagangan
barang disini mengacu pada perdagangan internasional suatu negara, atau ekspor
dan impor. Secara umum, mata uang yang lemah akan merangsang ekspor dan membuat
impor lebih mahal, sehingga mengurangi defisit perdagangan suatu negara (atau
meningkatkan surplus) dari waktu ke waktu.
Contoh sederhana untuk menggambarkan konsep ini
adalah sebagai berikut:
Asumsikan
Anda adalah seorang eksportir AS yang menjual satu juta widget dengan harga
masing-masing $ 10 untuk pembeli yang ada di Eropa dua tahun lalu, nilai tukar
pada saat itu adalah EUR 1 = 1,25 USD. Biaya untuk pembeli Eropa Anda adalah
sebesar EUR 8 per widget. Pembeli Anda sedang melakukan negosiasi harga yang
lebih baik untuk pesanan besar, dan karena dolar telah menurun menjadi 1,35 per
euro, Anda mampu untuk memberikan potongan harga $ 10 per widget. Bahkan jika
harga baru yang Anda berikan adalah EUR 7,50, yang bearti diskon 6,25% dari
harga sebelumnya, harga dalam USD akan masih sebesar $ 10,13 dengan kurs saat
ini. Depresiasi mata uang lokal Anda adalah alasan utama mengapa bisnis ekspor
Anda tetap kompetitif di pasar internasional.
Sebaliknya, mata uang yang menguat secara
signifikan dapat mengurangi daya saing ekspor dan membuat impor lebih murah,
yang dapat menyebabkan defisit perdagangan akan terus berlanjut, dan kemudian
nantinya melemahnya mata uang bisa saja terjadi untuk penyesuaian keadaan. Tapi
sebelum penyesuaian ini terjadi, sektor industri yang sangat berorientasi
pada ekspor dapat hancur terlebih dahulu karena mata uang yang terlalu
kuat.
Pertumbuhan ekonomi: Rumus dasar
untuk PDB adalah C + I + G + (X – M) dimana:
C = Konsumsi atau belanja konsumen, komponen terbesar dari ekonomi
I = Modal investasi oleh perusahaan dan rumah tangga
G = Belanja Pemerintah
(X – M) = Ekspor dikurangi impor, atau ekspor neto.
C = Konsumsi atau belanja konsumen, komponen terbesar dari ekonomi
I = Modal investasi oleh perusahaan dan rumah tangga
G = Belanja Pemerintah
(X – M) = Ekspor dikurangi impor, atau ekspor neto.
persamaan
ini, jelaslah bahwa semakin tinggi nilai ekspor neto, semakin tinggi PDB suatu
negara. Seperti dibahas sebelumnya, ekspor bersih memiliki korelasi terbalik
dengan kekuatan mata uang domestik.
Arus modal: Modal asing
akan cenderung mengalir ke negara-negara yang memiliki pemerintahan yang kuat,
ekonomi dinamis dan mata uang yang stabil. Sebuah negara perlu memiliki mata
uang yang relatif stabil untuk menarik modal investasi dari investor asing.
Jika tidak, prospek pertukaran kerugian yang diakibatkan oleh depresiasi mata
uang dapat menghalangi investor luar negeri. Arus modal dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis yang utama – Investasi asing langsung (FDI), di mana investor
asing mengambil saham di perusahaan yang ada atau membangun fasilitas baru di
luar negeri, dan investasi portofolio asing, di mana investor asing
berinvestasi di sekuritas luar negeri. FDI adalah sumber dana penting
untuk ekonomi negara berkembang seperti China dan India, yang
pertumbuhannya akan terganggu jika modal tidak tersedia.
Pemerintah lebih menyukai FDI daripada
investasi portofolio asing, karena investasi portofolio asing lebih seperti
“uang panas” yang dapat meninggalkan negara ketika keadaan menjadi sulit.
Fenomena ini, disebut sebagai “pelarian modal”, yang dapat dipicu oleh
peristiwa negatif, termasuk devaluasi yang diharapkan atau diantisipasi dari
mata uang.
Inflasi: Sebuah mata
uang yang terdevaluasi dapat mengakibatkan “impor” inflasi bagi negara-negara
importir besar. Penurunan mendadak sebesar 20% dari mata uang domestik dapat
menyebabkan produk impor naik hingga 25% atau lebih yang artinya bahwa
penurunan 20% mengharuskan peningkatan sebesar 25% untuk kembali ke modal awal.
Suku bunga: Seperti
disebutkan sebelumnya, tingkat nilai tukar adalah pertimbangan utama bagi
sebagian besar bank sentral saat mengatur kebijakan moneter. Misalnya, mantan
Gubernur Bank of Canada , Mark Carney, mengatakan dalam sebuah pidatonya pada
September 2012 bahwa bank memperhatikan nilai tukar dolar Kanada dalam mengatur
kebijakan moneter. Carney mengatakan bahwa kekuatan terus-menerus dari dolar Kanada
adalah salah satu alasan mengapa kebijakan moneter Kanada telah “sangat
akomodatif” untuk waktu yang begitu lama.
Sebuah mata uang domestik yang kuat memberikan
suatu hambatan pada ekonomi, ia akan memberikan hasil akhir yang sama seperti
kebijakan moneter yang lebih ketat (yaitu suku bunga yang lebih tinggi). Selain
itu, pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut pada saat mata uang domestik
sudah terlalu kuat dapat memperburuk masalah dengan menarik “uang panas” lebih
dari investor asing, yang sedang mencari investasi untuk penghasilan lebih
tinggi (yang selanjutnya akan mendongkrak mata uang domestik).
Pengaruh
Global dari Mata Uang – Contoh
Pasar forex global sejauh ini merupakan pasar
keuangan terbesar dengan volume perdagangan harian lebih dari $ 5 triliun –
jauh melebihi pasar lain termasuk saham, obligasi dan komoditas. Meskipun
demikian, volume perdagangan yang sangat besar, mata uang tetap menjadi yang
utama sepanjang waktu. Namun, ada kalanya mata uang bergerak dengan cara
dramatis, pada saat seperti itu, gaung dari gerakan ini dapat benar-benar
dirasakan di seluruh dunia. Berikut beberapa daftar dari peristiwa
tersebut:
Krisis Asia 1997-98 – Krisis
Asia dimulai dari devaluasi baht Thailand pada bulan Juli 1997. Devaluasi
terjadi setelah baht diserang spekulatif intens, memaksa bank sentral Thailand
untuk bergantung terhadap dolar AS dan membiarkan mata uangnya tidak stabil.
Hal ini memicu keruntuhan finansial yang menyebar ke ekonomi tetangga seperti
Indonesia, Malaysia, Korea Selatan dan Hong Kong. Hal ini menyebabkan
kebangkrutan di negara-negara tersebut dan pasar saham jatuh.
Runtuhnya Yuan China : Nilai
Yuan China stabil selama satu dekade yaitu 1994-2004, yang memungkinkan
ekspornya meningkat . Hal ini menimbukan banyak keluhan dari AS dan
negara-negara lain bahwa China secara sengaja menekan nilai mata uangnya untuk
meningkatkan ekspor. Yuan Cina dihargai pada kecepatan yang moderat, mulai
lebih dari 8 terhadap dolar pada tahun 2005 menjadi lebih dari 6 tahun 2013.
Perputaran yen Jepang dari tahun 2008 hingga
pertengahan 2013: Yen Jepang telah menjadi salah satu mata uang
yang paling stabil dalam lima tahun terakhir sampai pertengahan 2013. Sejak
Agustus 2008 , yen – yang telah menjadi mata uang favorit untuk carry trades
karena kebijakan suku bunga Jepang mendekati nol – mulai sangat disukai karena
investor yang panik berbondong-bondong membeli mata uang tersebut untuk
melunasi pinjaman mereka dalam mata uang yen. Akibatnya, yen dihargai lebih
dari 25% terhadap dolar AS dalam lima bulan sampai Januari 2009. Pada 2013,
stimulus moneter Perdana Menteri Abe dan rencana stimulus fiskanyal – yang
dijuluki “Abenomics” – menyebabkan penurunan sebesar 16% dalam yen dalam lima
bulan pertama tahun ini.
Kekhawatiran Euro (2010-12): Kekhawatiran
bahwa negara-negara berhutang seperti Yunani, Portugal, Spanyol dan Italia pada
akhirnya dipaksa keluar dari Uni Eropa, menyebabkan Euro hancur, euro
turun sebesar 20% dalam tujuh bulan terakhir, dari tingkat 1,51 pada bulan
Desember 2009 menjadi sekitar 1,19 pada bulan Juni 2010. Jeda yang menyebabkan
mata uang tersebut menapak kembali semua kerugiannya selama tahun depan
terbukti hanya bersifat sementara, karena kebangkitan Uni Eropa menghentikan
kekhawatirannya lagi sehingga menyebabkan penurunan 19% dalam euro dari Mei
2011 hingga Juli 2012.
Bagaimana
investor mendapatkan keuntungan?
Berikut adalah beberapa saran untuk mendapatkan
keuntungan dari pergerakan mata uang:
Berinvestasi di luar negeri: Jika Anda
adalah seorang investor yang berbasis di AS dan percaya USD berada dalam
penurunan sekuler, maka berinvestasilah di pasar luar negeri yang kuat, karena
keuntungan Anda akan didorong oleh apresiasi mata uang asing . Perhatikan
contoh indeks patokan Kanada – TSX Composite – dalam dekade pertama milenium
ini. Sementara S & P 500 hampir datar selama periode ini, TSX menghasilkan
keuntungan total sekitar 72% (dalam $ Kanada ) selama dekade ini. Tapi
apresiasi curam dolar Kanada versus dolar AS selama 10 tahun ini akan hampir
senilai dua kali lipat untuk investor AS atau total sekitar 137% atau 9% per
tahun.
Investasi di perusahaan multinasional AS: AS memiliki
jumlah terbesar dari perusahaan multinasional, banyak sebagian besar
diantaranya menghasilkan pendapatan dari dalam negeri dan pendapatan dari luar
negeri mereka. Laba perusahaan multinasional AS didorong oleh dolar yang lebih
lemah, yang harus diterjemahkan ke dalam harga saham lebih tinggi ketika
greenback lemah.
Menahan diri dari pinjaman mata uang asing
dengan bunga rendah: Hal ini memang bukan masalah yang
mendesak sejak 2008 dan seterusnya, karena suku bunga AS telah berada di rekor
terendah selama bertahun-tahun. Namun di beberapa titik, suku bunga AS akan
kembali ke tingkat tinggi lagi. Pada saat seperti itu, investor yang tergoda
untuk meminjam dalam mata uang asing dengan suku bunga yang lebih rendah akan
dilayani dengan baik untuk mengingat penderitaan mereka yang harus membayar
dengan yen pinjaman pada tahun 2008. Nilai moral dari cerita tersebut – jangan
pernah meminjam dalam mata uang asing jika Anda tidak mengerti atau tidak dapat
melindungi nilai risiko dari nilai tukar.
Membatasi Resiko mata uang: Pergerakan
mata uang yang merugikan secara signifikan dapat berdampak pada keuangan Anda,
terutama jika Anda memiliki eksposur forex substansial. Tapi banyak pilihan
yang tersedia untuk membatasi nilai risiko mata uang, dari mata uang
berjangka dan selanjutnya options mata uang dan dana yang diperdagangkan di
bursa seperti Euro Currency Trust (FXE) dan CurrencyShares Japanese Yen Trust
(FXY). Jika risiko mata uang Anda ternyata cukup besar untuk membuat Anda
terjaga di malam hari, pertimbangkan untuk membatasi resiko ini.
Pergerakan mata uang bisa memiliki dampak yang
luas tidak hanya pada ekonomi domestik, tetapi juga pada ekonomi global.
Investor dapat menggunakan beberapa langkah tersebut diatas untuk mendapatkan
keuntungan dengan berinvestasi di luar negeri atau di perusahaan multinasional
AS ketika dollar lemah. Karena pergerakan mata uang bisa menjadi resiko
potensial ketika seseorang memiliki eksposur forex yang subtansial, mungkin
lebih baik untuk membatasi nilai risiko ini melalui instrumen nilai lindung
yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Uang sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai
alat pembayaran bagi pembelian barang dan jasa serta kekayaan berharga lainnya
serta untuk pembayaran utang.
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu
penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan
perdagangan lainnya. Dalam sistem perekonomian pasar bebas anggota masyarakat
diberikan kebebasan yang sepenuh-penuhnya untuk menentukan kegiatan ekonomi
yang ingin mereka lakukan.
Depresiasi membuat produk dalam negeri kehilangan daya saing.
Menyikapi kenyataan tersebut, pemerintah harus konsisten membangun industri
dalam negeri. Hal itu agar fundamental perekonomian tak rentan oleh reaksi
pasar yang dikendalikan oleh persepsi.
Fluktuasi mata uang adalah hasil alami dari sistem nilai tukar yang
berubah-ubah yang merupakan norma dari sebagian besar perekonomian utama. Bagaimana investor mendapatkan keuntungan
dari pergerakan mata uang, yaitu Berinvestasi di luar negeri, Investasi
di perusahaan multinasional AS, Menahan diri dari pinjaman mata uang
asing dengan bunga rendah, Membatasi Resiko mata uang.
3.2 SARAN
Pemerintah dalam meningkatkan persaingan menghadapi perdagangan bebas
global seharusnya sangat berperan penting.
Mengingat produk Indonesia yang kualitasnya minim, sehingga bisa terjadinya
pembelian besar-besaran terhadap barang impor yang masuk. Perlunya juga peran
aktif dari masyarakat agar tidak terlalu tertarik oleh produk impor yang
masuk, agar terjadinya keseimbangan pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar