Jumat, 10 Januari 2014

Rencana Audit yang Tanggap dan Prosedur Audit Selanjutnya


RENCANA AUDIT YANG TANGGAP
Tinjauan Umum
Dalam tahap kedua dalam suatu proses audit (tahap menanggapi risiko), tujuannya ialah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko yang dinilai (assessed risk). Hal ini dapat dicapai dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat (appropriate response) terhadap risiko salah saji material yang dinilai, pada tingkat laporan keuangan maupun tingkat asersi.

Langkah Awal
Langkah awal untuk merancang tanggapan audit yang efektif adalah dengan membuat daftar dari semua risiko yang dinilai dan dikembangkan pada akhir tahap penilaian risiko. Pada tahap itu, risiko sudah diidentifikasi dan dinilai pada:
·         Tingkat laporan keuangan; dan
·         Tingkat asersi untuk area laporan keuangan dan disclosures

Tanggapan Menyeluruh (Overall Response)
Risiko yang pervasif pada tingkat laporan keuangan ditangani melalui rancangan dan implementasi tanggapan menyeluruh oleh auditor. Dalam membuat tanggapan menyeluruh, auditor juga menentukan:
·         Intensnya anggota tim audit
·         Staf mana yang ditugaskan, apakah mereka mempunyai keterampilan khusus ? Atau apakah tim menggunakan tenaga ahli ?
·         Luasnya supervisi yang digunakan selama audit.
·         Perlunya memasukkan unsur pendadakan (elements of unpredictability) dalam memilih prosedur audit selanjutnya yang akan dilaksanakan
·         Setiap perubahan yang ahrus dibuat berkenaan dengan sifat, waktu pelaksanaan, atau luasnya prosedur audit.



Materialitas dalam Merancang Pengujian
Faktor kunci dalam menentukan luasnya suatu prosedur audit ialah performance materiality atau materialitas pelaksanaan. Performance materiality ditetapkan untuk memperhitungkan risiko tertentu berkenaan dengan suatu saldo akun, transaksi, atau disclosures dalam laporan keuangan.

Kotak Peralatan Auditor
Dalam membuat rencana auditor terinci, auditor akan menggunakan kearifan profesionalnya (professional judgment) untuk memilih jenis prosedur audit yang tepat.
Kita dapat membayangkan suatu kotak peralatan auditor yang berisi:
·         Prosedur substantif dasar (substantive procedures-basic)
·         Prosedur substantif yang diperluas (substantive procedures-extended)
·         Prosedur analitikal substantif (substantive analytical procedures)
·         Uji pengendalian (test of controls)

Prosedur Substantif Dasar
Prosedur substantif dasar mencerminkan kenyataan bahwa:
·         Penilaian risiko oleh auditor bersifat judgemental dan mungkin tidak dapat mengidentifikasi semua salah saji material; dan
·         Ada kendala bawaan (inherent limitations) dalam pengendalian internal termasuk management override.

Prosedur Substantif Yang Diperluas
Contoh prosedur substantif yang diperluas antara lain:
·         Prosedur yang disesuaikan untuk menanggapi faktor risiko khusus, jenis kecurangan lainnya, atau risiko sognifikan; dan
·         Prosedur yang serupa dengan basic prosedures, tetapi luasnya prosedur ditingkatkanuntuk mencapai tingkat yang tepat dalam menurunkan risiko.

Uji Pengendalian
Ketika pengendalian inti berfungsi secara efektif, uji pengendalian (test of controls) dapat dilaksanakan untuk memperoleh bukti audit  mengenai suatu asersi.

Prosedur Analitikal Substantif
Prosedur analitikal substantif dapat dikelompokkan sebagai berikut:
·         Perbandingan sederhana diantara data
·         Model prakiraan (predictive models) saja atau dikombinasikan dengan uji pengendalian atau prosedur substantif lainnya, sudah cukup untuk menekan risiko sudit ke tingkat rendah yang dapat diterima (acceptably low level)

Rencana Audit Responsif
Ada tiga langkah umum yang dijalankan auditor dalam menyusun rencana:
·         Tanggapi risiko yang dinilai pada tingkat laporan keuangan (atau tanggapan menyeluruh, overall responsive)
·         Identifikasi prosedur tertentu yang diperlukan untuk area laporan keuangan yang material; dan
·         Terntukan prosedur audit dan luasnya.

Menanggapi Risiko Fraud
Risiko kecurangan atau fraud (termasuk management override) dapat terjadi di semua entitas, dan perlu mendapat perhaian ketika auditor menyusun rencana audit. Langkah pertama ialah menilai risiko potensial terjadinya kecurangan, dan kemudian merancang tanggapan menyeluruh dan tanggapan terinci yang tepat.
Management override atau menajemen yang sengaja meniadakan atau melemahkan pengendalian dapat dilakukan terhadap atau dalam hubungan dengan:  journal entries, estimasi oleh manajemen, transaksi penting, transaksi hubungan istimewa, (related-party transaction), dan pengakuan pendapatan (revenue recognition)

Risiko Salah Saji dalam Presentasi dan Disclosure
Prosedur yang spesifik perlu dirancang untuk menanggapi risiko yang bertalian dengan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Prosedur spesifik ini memastikan apakah:
·         Semua laporan dalam perangkat laporan keuangan disajikan dengan cara yang mencermiankan klasifikasi dan penjelasan informasi keuangan dengan benar;
·         Penyajian laporan keuangan termasuk pengungkapan (disclosures) yang memadai dari hal-hal yang material dan ketidakpastian.
·         Manajemen mengungkapkan hal-hal tertentu mengenai situasi dan fakta yang diketahui oleh auditor pada saat penandatanganan laporan auditor.

Menentukan Lengkapnya Rencana Auditor
Sebelum menyimpulkan suatu audit sudah lengkap, auditor mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
·         Apakah semua area laporan keuangan sudah tercakup ?
·         Adakah kebutuhan akan konfirmasi eksternal ?
·         Dapatkah bukti yang diperoleh tahun lalu, digunakan ?
·         Apakah perlu tenaga ahli ?
·         Apakah proses tutup buku sudah diinput ?
·         Apakah risiko signifikan telah ditangani ?
·         Apakah bukti yang diperoleh dari pengujian di tengah tahun, sudah dimutakhirkan ?
·         Apakah risiko potensial terjadinya kecurangan, mendapat perhatian auditor ?

Dokumentasikan  Tanggapan Menyeluruh dan Rencana Audit Terinci
Tanggapan menyeluruh dapat didokumentasikan sebagai sebuah dokumen yang beriri sendiri (stand-alone document) atau yang lebih lazim, sebagai bagian strategi audit menyeluruh (overall audit strategy).
Rencana audit terinci (detailed audit plan) sering didokumentasikan dalam bentuk program audit yang menggambarkan secara garis besar, sifat dan luasnya proseur asersi yang diperiksa.


Komunikasi Mengenai Rencana Audit
Strategi audit menyeluruh, tanggapan menyeluruh, dan rencana audit sepenuhnya merupakan tanggung jawab auditor. Namun, sering kali bermanfaan untuk membahas unsur-unsur dalam rencana audit terinci dengan manajemen. Pembahasan seperti ini menyebabkan perubahan kecil mengenai penetapan waktu  dan akan memfasilitasi pelaksanaan prosedur tertentu.


PROSEDUR AUDIT SELANJUTNYA
Tinjauan Umum
Prosedur Substantif
Prosedur substantif dapat dilaksanakan auditor untuk :
·         Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan (embedded) dalam salio akun dan jenis transaksi
·         Mendeteksi salah saji yang material

Uji Pengendalian (Test Of Controls)
Uji pengendalian dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti mengenai berfungsinya secara efektif pengendalian internal
·         Menangani asersi-asersi tertentu
·         Mencegah atau menemukan dan mengoreksi kesalahan dan kecurangan yang material.

Prosedur Substantif
Prosedur Substantif dirancang oleh auditpr untuk mendeteksi salah saji yang material pada tingkat asersi (at te assertion level). Ada dua jenis prosedur substantif, adalah sebagai berikut:
·         Test of details (uji rinci)—sebagai prosedur substantif, test of details ini melihat substansi (misalnya dari satu akun) dengan menganalisis rincian atau detailnya.
·         Substantive analytical procedures (prosedur analitikal substansi) — sama seperti test of details, sebagai prosedur substantif ia melihat substansi angka dalam laporan keuangan.

Uji Rinci (Test of Details)
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam uji rinci adalah sebagai berikut:
·         Saldo akun, transaksi, dan disclosure yang material.
·         Prosedur audit yang diwajibkan
·         Perlunya prosedur konfirmasi eksternal
·         Risiko yang signifikan
·         Timing (penentuan waktu)
Dalam menentukan prosedur substantif mana yang paling tepat menanggapi risiko yang dinilai (assessed risk), auditor apat melaksanakan:
·         Uji rinci (test of details) saja; atau
·         Kalau tidak ada salah saji material yang signifikan, prosedur analitikal substantif saja; atau
·         Kombinasi uji rinci dan prosedur analitikal substantif.

Melaksanakan Prosedur Substantif pada Tanggal Interim
Ketika prosedur substantif dilaksanakan paa tanggal interim, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif selanjutnya, atau prosedur substantif yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode tersisa.

Prosedur Audit untuk Periode Sisa
Ketika prosedur audit dilaksanakan pada tanggal interim:
·         Bandingkan konfirmasi pada akhir tahun/periode dengan informasi terkait/ pembanding (compare information) pada tanggal interim
·         Identifikasi angka-angka yang kelihatannya janggal atau tidak umum (unusual)
·         Sewaktu merencanakan prosedur analitikal substantif, lihat apakah prakiraan saldo akhir tahun/periode dari jenis transaksi atau akun tertentu memang dapat dibuat; dan
·         Perhatikan prosedur entitas untuk menganalisis dan menyesuaikan jenis transaksi atau saldo akun pada tanggal interim.

Prosedur Substantif yang Dilaksanakan pada Periode yang Lalu
Penggunaan bukti audit yang diperoleh melalui prosedur substantif yang dilaksanakan pada periode yang lalu, dapat dimanfaatkan dalam perencanaan audit tahun ini.


Konfirmasi Eksternal
Mengenai tujuan prosedur permintaan konfirmasi eksternal (external conformation), ISA 505.5 menyatakan:
“Tujuan audit dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, ialah merancang dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal”
Sewaktu menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib mengendalikan seluruh proses permintaan konfirmasi, termasuk:
a)      Menentukan informasi yang harus dikonfirmasi atau akan diminta;
b)      Memilih siapa yang akan dimintai konfirmasinya;
c)      Merancang permintaan konfirmasi;
d)      Mengirimkan formulir konfirmasi.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan atau dipertimbangkan auditor dalam melaksanakan prosedur konfirmasi:
·         Kendalikan seluruh proses konfirmasi
·         Apakah jawaban konfirmasi itu andal/dapat dipercaya ?
·         Evaluasi hasil konfirmasi secara keseluruhan.

Prosedur Analitikal Substantif
Ketika merancang dan melaksanakan prosedur analitikal substantif, secara terpisah atau dalam kombinasi dengan uji rinci, sebagai prosedur substantif sesuai dengan ISA 330, auditor wajib:
a)      Menentukan tepatnya suatu prosedur analitikal substantif tertentu untuk suatu asersi tertentu, dengan memperhatikan risiko salah saji yang dinilai auditor dan uji rinci, jika ada, untuk asersi tersebut;
b)      Evaluasi keandalan data yang menjadi dasar ekspektasi auditor mengenai angka yang diprakirakan dan ratios yang digunakan.
c)      Kembangkan ekspektasi mengenai jumlah (amounts) atau rasio, dan evaluasi apakah ekspektasi tersebut cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji, secara terpisah atau tergabung dengan salah saji lainnya, bisa menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara material; dan
d)      Menentukan antara jumlah yang tercatat dalam pembukuan dengan angka prakiraanyang didasarkan atas nilai ekspektasi tang dapat diterima tanpa melakukan invertigasi lebih lanjut.
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam merancang prosedur analitikal substantif.
·         Cocok tepatnya penggunaan prosedur analitikal substantif tersebut, dengan sifat asersi yang diperiksa.
·         Keandalan data (internal atau eksternal) yang digunakan untuk mneguji ekspektasi dari angka yang dicatat atau rasio yang dikembangkan.
·         Apakah ekspektasi cukup tepat (sufficiently precise) untuk menunjuk salah saji yang material pada tingkat asurans yang dikehendaki.
·         Seberapa besat perbedaan antara angka yang dicatat dan nilai ekspektasi (expected values), yang bisa diterima atau ditolerir.

Perbedaan dengan Ekspektasi
Prosedur untuk menginvestigasi lebih lanjut perbedaan (antara recorded amounts dengan auditor’s expectation) dapat terdiri atas:
·         Pertimbangkan kembali metode dan faktor yang digunakan untuk merumuskan ekspektasi;
·         Tanya atau minta penjelasan dari manakemen tentang kemungkinan sebab-sebab perbedaan.
·         Lakukan prosedur audit laiinya untuk menguatkan penjelasan yang diberikan manajemen.
Dengan hasil investigasi diatas, auditor dapat menyimpulkan bahwa perbedaan anatara recorded amounts dengan auditor’s expectation adalah:
·         Tidak mencerminkan salah saji; atau
·         Mungkinmencerminkan salah saji, dan diperlukan prosedur audit selanjutnya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat bahwa salah saji yang material terjadi atau tidak terjadi.

Prosedur Analitikal Lainnya
Menganalisis dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut:
·         Perbandingan secara rinci antara angka laporan keuangan tahun berjalan dengan tahun yang lalu atau dengananggara tahun berjalan
·         Data komparatif untuk semua jenis produk atau jenis pelanggan
·         Analisis rasio (ratio analysis)
·         Grafik (graphs)

Prosedur  Analitikal dalam Merumuskan Opini
Berikut ini terjemahan ISA 520.6 mengenai prosedur analitikal dalam merumuskan opini auditor:
Auditor wajib merancang dan melaksanakan prosedur analitikal menjelang akhir audit untuk membentunya merumuskan kesimpulan menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan entitas konsisten dengan pemahaman auditor mengenai entitas tersebut.

Uji Pengendalian (Test of Controls)
ISA 330.8
Auditor wajib merancang dan melaksanakan uji pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai berfungsinya pengendalian yang relevan jika:
a)      Penilaian auditor mengenai risiko salah saji yang material pada tingkat asersi meliputi ekspektasi bahwa pengendalian berfungsi secara efektif; atau
b)      Prosedur substantif saja  tidak dapat memberikan bukti yang cukup dan tepat pada tingkat asersi.

Tujuan Uji Pengendalian
Uji pengendalian atau test of controls dirancang untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai berfungsinya pengendalian.
Uji pengendalian akan dipertimbangkan auditor untuk digunakan dalam hal:
·         Penilaian risiko didasarkan atas ekspektasi bahwa pengendalian internal berfungsi secara efektif; atau
·         Prosedur substantfi saja tidak akan dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada tingkat asersi

Merancang Uji Pengendalian
Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan auditor dalam merancang uji pengendalian:
·         Apa RMM dan asersi yang menjadi perhatian
·         Tingkat keandalan dari pengendalian yang bersangkutan
·         Adanya pengendalian tidak langsung
·         Sifat pengujian yang memenuhi tujuan.

Pengendalian yang Diotomatisasi
Tidak jarang kegiatan pengendalian (control activities) dilaksanakan oleh komputer dan dokumen pendukung tidak ada. Dalam situasi seperti ini, auditor mungkin harus mengulang prosesnya (re-perform) untuk memastikan bahwa pengendalian aplikasi perangkat lunak (software aplication controls) memang berfungsi seperti desainnya.

Uji Pengendalian dengan Rotasi
Sebelum bukti audit yang diperoleh dalam audit periode yang lalu boleh digunakan, auditor perlu melihat apakah bukti tersebut mempunyai relevansi untuk periode berjalan. Ini memerlukan konfirmasi atau penegasan mengenai pengendalian tertentu (spesific controls) dengan:
·         Bertanya kepada manajemen dan pihak-pihak lain mengenai perubahan yang terjadi; dan
·         Amati atau inspeksi pengendalian internal untuk menentukan bahwa ia masih terus diimplementasi.


KESIMPULAN
·         Dalam tahap kedua dalam suatu proses audit (tahap menanggapi risiko), tujuannya ialah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko yang dinilai (assessed risk). Hal ini dapat dicapai dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang tepat (appropriate response) terhadap risiko salah saji material yang dinilai, pada tingkat laporan keuangan maupun tingkat asersi.
·         Faktor kunci dalam menentukan luasnya suatu prosedur audit ialah performance materiality atau materialitas pelaksanaan. Performance materiality ditetapkan untuk memperhitungkan risiko tertentu berkenaan dengan suatu saldo akun, transaksi, atau disclosures dalam laporan keuangan.
·         Risiko kecurangan atau fraud (termasuk management override) dapat terjadi di semua entitas, dan perlu mendapat perhaian ketika auditor menyusun rencana audit. Langkah pertama ialah menilai risiko potensial terjadinya kecurangan, dan kemudian merancang tanggapan menyeluruh dan tanggapan terinci yang tepat.
·         Strategi audit menyeluruh, tanggapan menyeluruh, dan rencana audit sepenuhnya merupakan tanggung jawab auditor. Namun, sering kali bermanfaan untuk membahas unsur-unsur dalam rencana audit terinci dengan manajemen. Pembahasan seperti ini menyebabkan perubahan kecil mengenai penetapan waktu  dan akan memfasilitasi pelaksanaan prosedur tertentu.
·         Prosedur Substantif dirancang oleh auditpr untuk mendeteksi salah saji yang material pada tingkat asersi (at te assertion level). Ada dua jenis prosedur substantif yaitu: Test of details (uji rinci) dan Substantive analytical procedures (prosedur analitikal substansi)
·         Tujuan audit dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal ialah merancang dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar