A.
PENDAHULUAN
Ekonomi
pembangunan adalah cabang dari ilmu ekonomi yang prioritasnya membahas mengenai
masalah-masalah pembangunaan di negara berkembang dan kebijakan-kebijakan yang
perlu dilakukan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi.
Banyak
pembelajaran tentang pembangunan di negara berkembang yang menyatakan bahwa
tingkat pengangguran sangat tinggi baik pengangguran terbuka maupun
terselubung. Negara berkembang biasanya identik dengan negara agraris yang
sebagian besar penduduknya bekerja dalam sektor pertanian. Pertanian yang
tergantung pada musim banyak menciptakan pengangguran musiman yang justru lebih
serius keadaannya. Disamping itu sifat penting lain dari keadaan penduduk di
negara berkembang adalah tingkat pertambahan penduduk yang sangat cepat yang
menyebabkan masalah pengangguran di negara berkembang di negara tersebut.
Pertambahan
penduduk yang semakin cepat menimbulkan masalah pengangguran dan proses
pembangunan , hal ini mendorong beberapa ahli ekonomi untuk membuat teori
mengenai model pembangunan dan perubahan stuktur ekonomi pada yang sebagian
penduduknya bekerja di sektor pertanian yang masih tradisional dan sektor
tersebut mempunyai kelebihan dalam jumlah tenaga kerja sehingga menghadapi
masalah pengangguran terbuka dan terselubung yang serius. Model pembangunan
pertama kali secara implisit memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari
desa ke kota dikembangkan oleh Prof. W Arthur Lewis dan kemudian diperbaharui
oleh Gustav Ranis dan John C. H Fei.
B. TEORI LEWIS
Lewis menganggap di negara berkembang terdapat kelebihan tenaga
kerja tetapi kekurangan modal dan keluasan tanah yang belum digunakan sangat
terbatas. Lewis tidak menyangkal bahwa beberapa negara berkembang seperti
Afrika dan Amerika Latin terdapat masalah kekurangan tenaga kerja, akan tetapi
di banyak negara berkembang lainnya seperti India, Mesir, Jamaika, dan negara
kita sendiri terdapat penawaran tenaga kerja yang berlebih. Di negara seperti
ini, jumlah penduduk tidak seimbang jika dibandingkan dengan modal dan sumber
daya alam, dan sebagai akibat dari keadaan ini kegiatan-kegiatan ekonomi yang
produktivitasnya sangat kecil atau nol. Maka sebagian dari pekerja dalam
kegiatan tersebut dipindahkan ke kegiatan lain, produksi dalam sektor yang
pertama tidak akan menurun. Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan
pengangguran terselubung.
Analisis Lewis mengenai proses pembangunan perekonomian yang
menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan dalam tiga aspek:
1. Analisis mengenai proses corak proses pertumbuhan itu
sendiri.
2. Analisis mengenai factor utama yang memungkinkan tingkat
penanaman modal menjadi bertambah tinggi.
3. Analisis mengenai factor-faktor yang menyebabkan proses
pembangunan tidak terjadi.
Teori
pembangunan Lewis termasuk dalam teori perubahan struktural. Dalam model Lewis,
perekonomian dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor tradisional “agraris” dan
sektor modern “industri”, semua buruh bermula dari
ektor agraris sehingga penggunaan buruh sangat tidak efisien atau dengan kata
lain produktivitas tenaga kerjanya sangat rendah atau mendekati nol.
Sektor
modern atau industri perkotaan ditandai oleh perpindahan tenaga kerja, yaitu
tenaga kerja dari sektor subsisten berpindah secara perlahan. Titik perhatian
utama model ini adalah proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan tingkat
pengerjaan (employment) di sektor modern. Perpindahan tenaga kerja dan
pertumbuhan pengerjaan di perkotaan tersebut menyebabkan pertumbuhan output di
sektor modern. Kecepatan kedua hal di atas (perpindahan tenaga kerja dan
pertumbuhan pengerjaan) tergantung pada tingkat akumulasi modal industri di
sektor modern. Konsep teorinya membahas tentang
pembangunan di negara-negara berkembang yang memiliki surplus tenaga-kerja. Dia
melihat pentingnya keseimbangan antara bidang agraris dan industri. Buruh dari
sektor agraris akhirnya akan berpindah ke sektor industri sepanjang upah di
sektor industri itu lebih tinggi daripada tingkat subsistensi. Jika lebih
sedikit buruh yg bekerja di sektor agraris, efisiensi dan produktivitas tidak
akan menjadi masalah. Diasumsikan bahwa ketika industri mendapat untung, dia
akan selalu menabung dan melakukan investasi. Kuncinya ialah bahwa investasi
dan tabungan harus lebih besar daripada inflasi dan upah. Proses ini akan terus meningkatkan permintaan akan
tenaga-kerja (bahwa tenaga-kerja harus terus surplus).
Walaupun model pembangunan dua sektor dari Lewis ini sederhana
dan sesuai dengan pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi Eropa Barat model ini
mempunyai asumsi-asumsi pokok yang sangat berbeda dengan kenyataan dari imigrasi dan
keterbelakangan yang terjadi di Negara-negara berkembang.
Pertama, model ini secara implisit menganggap bahwa tingkat
perpindahan tenaga kerja dan tingkat penciptaan kesempatan kerja di sektor perkotaan proporsional dengan tingkat
akumulasi modal perkotaan. Makin cepat tingkat akumulasi modal, makin tinggi
pula tingkat penciptaan lapangan kerja baru.
Kedua, asumsi bahwa surplus tenaga kerja terjadi di daerah
pedesaan sedangkan di daerah perkotaan ada banyak kesempatan kerja. Hampir
semua penelitian sekarang ini, menunjukkan keadaan yang sebaliknya terjadi di
negara-negara berkembang yaitu banyak pengangguran terbuka terjadi di daerah
perkotaan tetapi hanya ada sedikit surplus tenaga kerja di daerah pedesaan.
Ketiga, anggapan bahwa upah nyata di perkotaan akan selalu tetap
sampai pada suatu titik dimana penawaran dari surplus tenaga kerja pedesaan
habis. Salah satu gambaran yang menarik, dari pasar tenaga kerja perkotaan dan penentuan tingkat upah di
hampir semua negara sedang berkembang adalah adanya kecenderungan bahwa tingkat
upah untuk meningkat sepanjang waktu, baik dalam nilai absolutnya maupun jika
dibandingkan dengan pendapatan rata-rata pedesaan, sekalipun ada tingkat
kenaikan pengangguran terbuka.
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa jika kita
memperhitungkan bias hemat tenaga kerja dari hampir semua perubahan teknologi
modern, tidak terjadinya surplus tenaga kerja pedesaan, berkembangnya surplus
tenaga kerja di perkotaan, dan kecendurangan upah di perkotaan untuk
meningkatkan cepat sekalipun terjadi pengangguran terbuka di perkotaan, maka
model dua sektor dari Lewis ini
hanya memberikan pedoman analisis dan kebijaksanaan yang terbatas dalam
menyelesaikan masalah perpindahan penduduk dan kesempatan kerja di negara
sedang berkembang.
Namun demikian, model ini masih memiliki beberapa nilai analitis
yang menekankan pada dua elemen utama dari masalah pengerjaan, yaitu perbedaan
structural dan ekonomi antara sektor pedesaan dan perkotaan serta arti penting proses perpindahan
tenaga kerja.
|
|
|
|
Q1 Q2 Q3 Q4
Pada kurva di atas, sumbu tegak menunjukkan tingkat upah di
sektor subsisten dan sektor kapitalis, dan tingkat produk marjinal tenaga kerja
di sektor kapitalis. Apabila factor-faktor lain tidak mengalami perubahan, dan
masih terdapat kelebihan dalam tenaga kerja, tingkat upah di kedua sektor
ekonomi tidak mengalami perubahan. Besarnya tingkat upah di sektor subsisten
adalah S dan tingkat upah ini dinamakan upah subsisten yaitu upah yang
memungkinkan pekerja dan keluarganya mempertahankan hidup mereka. Di sektor
kapitalis, tingkat upah mencapai W. kurva menunjukkan
tingkat produk marjinal dari setiap pekerja tambahan di sektor kapitalis. Pada
permulaannya tingkat produk marjinal satu pekerja tambahan adalah seperti
ditunjukkan oleh kurva . selama jumlah
atau nilai produk marjinal seorang tenaga kerja di sektor kapitalis masih lebih
besar daripada tingkat upah di sektor itu, jumlah tenaga kerja yang akan
dipekerjakan di sektor itu akan terus ditambah oleh pengusaha. Langkah itu
dilakukan dengan tujuan supaya pengusaha mencapai keuntungan maksimal dan
keadaan ini tercapai apabila nilai tingkat produk marjinal telah sama dengan
nilai upah di sektor kapitalis. Oleh karena itu, penggunaan tenaga kerja baru
akan dihentikan apabila besarnya produk marjinal sama dengan W, dan ini dicapai
pada titik . Dengan
demikian, jumlah pekerja di sektor kapitalis adalah O, dan pada waktu
yang sama jumlah keuntungan (surplus) di sektor kapitalis sebesar P1WQ1.Surplus
tersebut seluruhnya akan ditanamkan kembali.
Kegiatan ini bukan saja akan mengakibatkan perkembangan dalam kegiatan ekonomi,
tapi juga kenaikan tingkat produktivitas. Maka pada masa berikutnya produk
marjinal para pekerja akan bertambah tinggi, misalnya menjadi seperti yang
digambarkan kurva P2Q2.Perubahan tingkat produktivitas
ini akan mendorong para pengusaha menggunakan lebih banyak pekerja yaitu
sebanyak ON2.Pada tingkat kegitan ekonomi seperti ini besarnya
surplus adalah P2WQ2. Penanaman kembali keuntungan ini
akan menaikan tingkat produktivitas pekerja lebih lanjut, sehingga secara terus
menerus meningkatkan penggunaan tenaga kerja. Makin lama sektor kapitalis akan
bertambah besar dan jumlah tenaga kerja terus menerus akan bertambah, hingga
akhirnya tidak terdapat lagi kelebihan pekerja dalam perekonomian tersebut.
Lewis mengatakan bahwa ciri utama dalam proses pembangunan
ekonomi adalah berlakukanya kenaikan tabungan dan investasi disektor kapitalis.
Pada awal proses pembangunan perekonomian akan menabung dan menambahkan modal
sebesar 4-5% dari pendapatan nasionalnya. Proses pembangunan merombak kegiatan
ekonomi masyarakat menjadi suatu perekonomian dimana tabungan sukarela mencapai kira-kira 12-15% dari
pendapatan nasional atau lebih. Dari gambaran mengenai proses pembangunan yang
dikemukakan, sumber dari berlakunya kenaikan tabungan dan penanaman modal
adalah surplus yang bertambah besar.
Factor yang menimbulkan perubahan dalam proses pembangunan
adalah:
1. Apabila pembentukan modal berlangsung lebih cepat dari
pertambahan penduduk.
2. Bertambah besarnya sektor kapitalis, perbandingan perdagangan
antara sektor tersebut dengan sektor subsisten menjadi bertambah buruk.
3. Kemajuan teknik mugkin timbul disektor subsisten dan
menyebabkan kenaikan produktivitas serta kenaikan upah.
C. TEORI RANIS-FEI
John
Fei dan Gustav Ranis dalam "A Theory of Economic Development"
menelaah proses peralihan yang diharapkan akan dilewati suatu negara
terbelakang untuk beranjak dari keadaan stagnasi ke arah pertumbuhan swadaya.
Teori merupakan penyempurnaan dari teori Lewis mengenai persediaan buruh yang
tidak terbatas. Walaupun jaraknya sama tetapi kedua teori tersebut menekankan
analisis masing-masing kepada aspek yang berbeda. Lewis menekankan pada corak
pertumbuhan disektor modern atau kapitalis, dan mengabaikan analisis mengenai
perubahan-perubahan yang akan terjadi disektor pertanian. Analisis Ranis-Fei
agak lebihg seimbang dan bahkan dapat dikatakan penekanan lebih banyak
diberikan kepada perubahan-perubahan yang terjadi disektor pertanian. Secara
keseluruhan dapat dikatakan bahwa analis Ranis-Fei lebih mendalam daripada
analisis Lewis.
Analisis
Ranis-Fei juga menunjukkan pengaruh dari pertambahan penduduk terhadap proses
pembangunan, pengaruh system pasar terhadap interaksi diantara sektor pertanian
dan industri, dan jangka masa (life
cycle)dari berlakunya proses pembangunan untuk mencapai taraf negara
industri.
Teori
Ranis-Fei menyatakan bahwa” Suatu negara yang kelebihan buruh dan
perekonomiannya miskin sumberdaya, sebagian besar penduduk bergerak disektor
pertanian di tengah pengangguran yang hebat dan tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi.” Dalam kondisi tersebut, sektor ekonomi pertanian berhenti. Di
sana terdapat sektor industri yang aktif dan dinamis. Pembangunan terdiri dari
pengalokasian kembali surplus tenaga kerja pertanian yang sumbangannya terhadap
output nol, ke industri dimana mereka menjadi produktif dengan upah yang sama.
Asumsi
yang digunakan:
Ø Ekonomi
dua-muka yang terbagi dalam sektor pertanian tradisional yang tidak berjalan
dan sektor industri yang aktif.
Ø Output
sektor pertanian adalah fungsi dari tanah dan buruh saja.
Ø Di sektor
pertanian tidak ada akumulasi modal, kecuali reklamasi.
Ø penawaran
tanah bersifat tetap.
Ø kegiatan
pertanian ditandai dengan hasil (return to scale) yang tetap dengan buruh
sebagai faktor variable.
Ø produktivitas
marginal buruh nol.
Ø output
sektor industri merupakan fungsi dari modal dan buruh saja.
Ø pertumbuhan
penduduk sebagai fenomena eksogen.
Ø upah nyata
di sektor pertanian dianggap tetap dan sama dengan tingkat pendapatan
nyata sektor pertanian.
nyata sektor pertanian.
Ø pekerja di
masing-masing sektor hanya mengkonsumsikan produk-produk pertanian.
Berdasar
asumsi tersebut, telaah pembangunan ekonomi surplus-buruh menjadi 3 tahap:
· Para penganggur tersamar,
dialihkan dari pertanian ke industri dengan upah institusional yang sama.
· Pekerja pertanian menambah
keluaran pertanian tetapi memproduksi lebih kecil daripada upah institusional
yang mereka peroleh.
· buruh pertanian menghasilkan
lebih besar daripada perolehan upah institusion.
Apabila
jumlah tenaga kerja disektor pertanian masih berlebih—yang diartiikan oleh Ranis-Fei sebagai suatu keadaan dimana produk
marjinal penganggur terselubung adalah nol –tingkat upah disektor industri
besarnya tidak berubah. Jika kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat lagi
pengambilan tenaga kerja baru oleh sektor industri hanya dapat diperoleh dengan
menaikkan tingkat upah pekerja disektor tersebut. Sebab dari berlakunya
kenaikan upah ini, yaitu pada waktu kelebihan tenaga kerja sudah tidak terdapat
lagi, hanya dapat dijelaskan setelah dilakukan analisis tentang perubahan yang
berlaku disektor pertanian sebagai akibat dari pengaliran tenaga kerja dari
sektor pertanian ke sektor industri.
Seperti
teori Lewis, dalam teori Ranis-Fei tingkat upah disektor pertanian lebih tinggi
dari nol, walaupun sudah terdapat kelebihan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan
sebagaian tenaga kerja tidak akan menciptakan produksi tambahan. Produk
marjinal pekerja-pekerja ini adalah nol. Besarnya tingkat upah yang melebihi
besarnya produk marjinal ini bertentangan dengna teori ahli-ahli ekonomi klasik
mengenai penentuan tingkat upah. Dalam teori Ranis-Fei, walaupun jumlah tenaga
kerja berlebih sehingga sebagaian produk marjinal pekerja adalah nol tingkat
upah disektor pertanian mempunyai nilai yang positif. Tingkat upah ini
dinamakan tingkat upah institutional.
Ranis-Fei
membedakan proses pembangunan ekonomi dalam tiga tahap. Tahap pertama merupakan
tahap dimana tenaga kerja jumlahnya masih berlebih dan keadaan ini mengakibatkan
produk marjinal disektor pertanian adalah sebesar nol. Tahap kedua merupakan
tahap dimana kelebihan tenaga kerja tidak terdapat lagi akan tetapi masih
terdapat pengangguran terselubung. Tahap ketiga merupakan tahap dimana produk
marjinal disektor pertanian besarnya telah melebihi tingkat upah institutional
dan mengakibatkan tenaga kerja yang berada disektor pertanian akan menerima
upah yang lebih tinggi dari tahap-tahap sebelumnya. Pada tahap pertama dan
tahap kedua para pekerja disektor pertanian menerima upah sebesar upah
institutional, akan tetapi pada tahap ketiga tidak lagi demikian. Tingkat upah
yang baru adalah sama dengan tambahan produksi yang diciptakan oleh seorang
pekerja tambahan yang terakhir disektor pertanian, berarti sama dengan produk
marjinal tenaga kerja disektor itu.
Apabila
sebagian tenga kerja disektor pertanian digunakan oleh sektor industri, maka
dengan sendirinya tenaga kerja disektor pertanian akan berkurang. Akan tetapi
pada permulaannya, hal demikian tidak akan mengurangi produksi sektor
pertanian. Oleh sebab itu, apabila pembanguan ekonomi terjadi, akan terdapat
kelebihan produksi pertanian jika dibandingkan dengan konsumsi atas hasil
pertanian yang dilakukan oleh penduduk disektor pertanian. Namun pada akhirnya
produksi sektor pertanian akan mulai berkurang, penurunan ini disebabkan karena
produk marjinal telah melebihi besarnya upah institutional. Oleh karena itu
upah pekerja disektor pertanian telah mencapai tingkat yang lebih tinggi
daripada upah institutional. Ini berarti lebih banyak lagi proporsi dari hasil
pertanian yang akan digunakan dalam sektor pertanian itu sendiri dan mengurangi
kelebihan disektor industri. Sebagai akibatnya apabila seorang pekerja dari
sektor pertanian pindah kesektor industri maka produksi petanian akan menjadi
lebih kecil.
Setelah
menunjukan keadaan yang terjadi disektor pertanian Ranis-Fei kembali
menjelaskan tentang perubahan yang berlaku disektor industri. Sebagai akibat
dari menurunnya produksi sektor pertanian surplus hasil pertanian yang dapat
digunakan oleh sektor industri, jumlah pertambahannya akan menurun dibandingkan
sebelumnnya. Keadaan ini menunjukan bahwa sektor industri tidak lagi dengan
mudah memperoleh bahan makanan dan berarti harga hasil sektor pertanian
relative lebih mahal dibandingkan harga hasil sektor industri. Bila proses
pembangunan ini telah tercapai sektor industri akan memperoleh tenaga kerja
tambahan hanya bila mereka dibayar lebih tinggi dari sebelumnya.
D. KRITIK TERHADAP TEORI LEWIS DAN
RANIS-FEI
Sejak
tahun 1950-an muncul segolongan ahli ekonomi yang meragukan pendapat Lewis dan
Ranis-Fei. Mereka pada hakikatnya berpendapat bahwa tidak benar di beberapa
negara berkembang yang padat penduduknya terdapat tenaga kerja yang memiliki
produktivitas sebesar nol dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan
pemindahan mereka ke sektor industri dan sektor modern lainnya tana mengalami
kemunduran produksi di sektor pertanian.
Schulz
misalnya, pada tahun 1956 telah mengatakan bahwa India--sebagai suatu negara
yang sangat padat penduduknya--tidak menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja.
Kesimpulan ini diambilnya setelah membuat pengamatan dan penelitian terhadap
pengaruh menurunnya penduduk di sektor pertanian di India sebagai akibat wabah
penyakit pada tahun 1918—1919, yaitu sebanyak 9 persen, terhadap luas tanah
yang ditanami. Menurut pengamatan Schultz pada tahun 1916—1920 luas areal tanah
yang ditanami menurun sebesar 4 juta hektar atau 3,8 persen lebih rendah
daripada luas areal tanah yang ditanami paa tahun 1916—1917. Menurut Schulz,
hal ini membuktikan akan ketidakbenaran pandangan yang menyatakan bahwa
sebagian tenaga kerja produktivitas marjinalnya adalah nol dan oleh sebab itu
dapat dipindahkan dari sektor pertanian tanpa mengurangi produksi di sektor
itu.
Pepelasis
dan Yotopoulos alam penelitian mereka mengenai kesemaptan kerja dalam sektor
pertanian di Yunani antara tahun 1953 sampai 1960 mengambil kesimpulan bahwa
kelebihan tenaga kerja di sektor pertanian tidak ada sama sekali. Hanya pada
tahun 1953 dan tahun 1954 pengangguran dalam sektor pertanian dialami oleh
negara itu. Pada tahun-tahun lainnya kekurangan tenaga kerja musiman selalu
ada. Hasil penyelidikan Yong Sam Cho mengenai pengagguran dan sektor pertanian
di Korea Selatan merupakan satu contoh lain dari kritik terhadap pendapat bahwa
di negara berkembang adakalanya terdapat kelebihan tenaga kerja yang cukup
besar. Berdasarkan pada pengamatan atas keadaan kesempatan kerja dalam sektor
pertanian di Korea, Cho berkesimpulan bahwa masalah pengangguran terselubung
yang serius tidak terdapat dalam sektor pertanian di negara itu, yang ada
hanyalah pengangguran musiman.
Solow-Swan,
memberikan kritik terhadap teori Lewis yaitu percepatan pertumbuhan bisa
terjadi karena meningkatnya tabungan/investasi, Teori Lewis hanya berlaku untuk
jangka pendek, Pertumbuhan jangkapanjang akan kembali ke tingkat yang
sebelumnya.
Kritik
umum terhadap teori Lewis:
· Teori Lewis
bersifat pro-kapital; anti terhadap distribusi pendapatan bagi buruh;
mengakibatkan meningkatnya ketimpangan karena mementingkan pertumbuhan.
· Tidak mengakui
pengaruh faktor-faktor kelembagaan dalam penentuan upah, misalnya kebijakan
upah minimum, serikat pekerja, dan praktik tawar-menawar kolektif.
· Asumsi
mengenai sebuah Strata Kapitalis sebagai sumber investasi dan pertumbuhan tidak
memiliki dasar kuat.
Teori Lewis dan Ranis-Fei dikritik pula karena kurang
mencerminkan gambaran yang sebenarnya mengenai corak urbanisasi di negara
berkembang pada masa ini. Kedua teori tersebut pada hakikatnya menunjukkan bahwa
perpindahan penduduk dari sektor
pertanian ke sektor modern baru terjadi apabila terbuka kesempatan kerja di
sektor modern, terutama sektor industri. Apabila hal tersebut tidak terjadi
tenaga kerja akan tetap berada di sektor pertanian. Proses perpindahan tenaga
kerja yang berlangsung semenjak PD II keadaannya sangat berlainan. Arus
perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke kota adalah sangat cepat,
sehingga menimbulkan pengangguran yang bertambah besar di daerah urban. Dalam
persoalan perpindahan penduduk dari sektor pertanian ke sektor-sektor lain,
pada waktu ini teori Todaro dipandang lebih mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.
Menurut Todaro, lajunya urbanisasi dalam suatu waktu tertentu
ditentukan oleh dua faktor: perbedaan tingkat upah riil antara daerah urban
dengan daerah pertanian, dan kemungkinan memperoleh pekerjaan lain di daerah
urban. Menurut Todaro salah satu factor penting yang menyebabkan arus
urbanisasi begitu tinggi di negara berkembang akhir-akhir ini, walaupun
pengangguran di daerah urban telah cukup besar, adalah jurang besar antara upah
riil di daerah pertanian dengan upah riil di daerah urban. Maka dari sudut ini
teori Todaro dapat dipandang sebagai mengkritik
satu aspek lain dari teori Lewis dan Ranis-Fei, yaitu terhadap anggapan dalam
teori mereka bahwa tingkat upah riil di sektor pertanian dan sektor industri,
dan jurang tingkat upah diantara kedua sektor itu akan tetap sama besarnya selama masih terdapat kelebihan
tenaga kerja di sektor pertanian.
E. KESIMPULAN
Disamping
keterbatasan-keterbatasannya teori Lewis memiliki keunggulan didalam
menjelasakan proses pembangunan dengan cara yang gamblang. Teori 2 sektor ini
mempunyai analitis yang tinggi. Ia menjelaskan bagaimana pembentukan modal yang
rendah berlangsung di negara terbelakang yang mempunya tenaga kerja yang
berlebihan dan kurang modal. Sedangkan terori Ranis-Fei merupakan penyempurnaan
dari teori Lewis. Jika teori Lewis lebih menekankan pada corak pertumbuhan
disektor modern dan mengabaikan analisis mengenai perubahan-perubahan yang
terjadi disektor pertanian, teori Ranis-Fei agak lebih seimbang dan bahkan
dapat dikatakan penekanan lebih banyak diberikan kepada perubahan-perubahan
yang terjadi disektor pertanian.
DAFTAR
PUSTAKA
Prayitno,
Hadi dan Budi Santoso. 1996. Ekonomi Pembangunan.Jakarta: Ghalia
Indonesia
Sukirno,
Sadono. 2007. Ekonomi Pembangunan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Todaro,
Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga 1. Cet. Kesembilan.
Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
http://olga260991.wordpress.com/2010/04/07/teori-pertumbuhan-ekonomi/,
diakses tanggal 22 februari 20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar